Prolog

45 15 0
                                    

Hingga saat ini, belum juga ditemukan salah satu anggota dari keluarga Fernandez.

Pihak berwajib masih menyelidiki kasus menghilangnya salah satu anggota keluarga Fernandez.

Masih bersama kami dengan kasus hilangnya salah satu anggota keluarga Fernandez.

Kalimat-kalimat yang sering diucapkan para presenter di layar persegi panjang itu membuat seorang lelaki yang tengah duduk dengan kaki setengah bersila di sofa terus memutar bola matanya. Pasalnya, setiap kali ia mengganti berbagai channel, pasti selalu terganggu oleh berita yang memberitahukan tentang kasus anak dari keluarga Fernandez yang telah hilang sejak beberapa bulan yang lalu. Bahkan, berita itu masih menjadi perbincangan hangat baik di media sosial maupun di dunia nyata. Hingga saat ini.

Kejadian dimana salah satu anggota keluarga Fernandez yang menghilang disaat akan kepindahannya dari Indonesia ke Negara tetangga terpaksa dibatalkan saat mengetahui anak bungsu-nya menghilang di tengah luasnya lautan karena sebuah kecelakaan.

Lelaki itu mendengus kesal. Matanya menangkap sesosok perempuan yang masih berdiri di dekat tangga sejak beberapa menit yang lalu. Gadis itu memakai kaos putih polos dengan kemeja kotak kotak sebagai luarannya dan jeans panjang serta sneakers putih. Tidak lupa dengan sling bag berwarna hitam dan sebuah koper di sebelahnya.

Perempuan itu menundukkan kepalanya dengan tangan yang saling bertautan. Laki-laki itu berdiri menghadap langsung ke arah perempuan di hadapannya, ia mendekat membuat perempuan di hadapannya perlahan berjalan mundur.

  "Lo mau kemana?" tanya lelaki itu masih dengan tatapan ke arah perempuan di hadapannya.

Perempuan berumur 15 tahun itu menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering, "ak-aku mau pulang."

Lelaki itu melangkahkan kakinya lagi sembari memasukkan kedua tangan ke saku celananya, "lo gak bakal bisa pulang sebelum ngasih tau alamat rumah lo. Gue gak tau rumah lo." laki laki itu mengangkat koper milik perempuan di hadapannya lalu membawanya ke lantai 2, diikuti oleh perempuan di belakangnya.

Suara seseorang berdeham membuat perempuan yang sedang serius merapihkan barang-barangnya menoleh ke arah belakang—suara seseorang berdeham, lebih tepatnya.

  "Ada apa?" tanyanya ketakutan, tangannya mencengkram erat pakaian di hadapannya, lelaki itu datang dengan membawa nampan berisi sepiring nasi goreng dan air putih. Ia meletakannya di atas nakas, "Bahkan gue gak bisa bedain mana mayat hidup mana manusia." ejeknya membuat gadis di depannya memutar bola matanya kesal.

Matanya menangkap sebuah benda di sebelah koper. Gadis itu mengikuti pandangannya. Lelaki itu mengambilnya lalu mendekatkan ke wajahnya, "itu semacam snow globe, bedanya yang ini bintang-bintang dan ada penyangganya." jelas gadis itu.

  "Orang orang mempercayainya sebagai benda keberuntungan, keberuntungan akan selalu berada dipihaknya." tambahnya lagi.

  "Belena Hasna Auriga," gumam laki laki tersebut, membaca tulisan di bagian penyangga. Merasa namanya disebut, gadis itu langsung menjatuhkan pakaiannya dan merebut barang miliknya. Namun kalah cepat dengan lelaki di hadapannya, ia sudah menaikkan tangannya sehingga gadis yang bernama Belena Hasna Auriga tidak bisa menggapainya.

  "Kembalikan padaku!" perintah Belena kesal.

Laki laki itu tidak mau memberikannya dan menyuruh Belena untuk memakan nasi gorengnya dan segera beristirahat.

  "Panggil gue kalo lo perlu bantuan!" ucapnya sebelum benar benar meninggalkan kamar Belena.

Setelah Belena memastikan bahwa laki-laki yang ia juluki 'Pembuat Onar' pergi dari hadapannya. Ia mendekat ke arah nakas dan membawa sepiring nasi goreng itu ke depan wajahnya untuk menghirup aromanya, untuk memastikan benarkah itu makanan atau hanya luarnya saja seperti makanan tetapi akan membuat Belena mati detik itu juga.

Tidak ada racunnya kan?

Belena menaruhnya kembali di atas nakas dan beralih ke minuman disebelahnya. Seperti tadi, ia membawanya ke depan wajahnya untuk memastikan bahwa itu adalah air mineral biasa atau air mentah yang diambil dari kolam renang di belakang rumahnya. Huh, ia terlihat seperti anjing yang mengendus berkali-kali.

Perutnya berbunyi membuat Belena mau tidak mau memakan makanan pemberiaan—ia lupa belum mengetahui namanya. Belena mengambil piring itu lagi dan memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya dengan mata tertutup dan menahan nafas, takut-takut benar apa yang ia pikirkan tentang makanan itu. Apalagi benda keberuntungannya sudah dibawa oleh si 'Pembuat Onar'.

Untungnya, keberuntungan sedang berada dipihaknya. Makanan yang ia makan tidak bereaksi apapun di perutnya. Ia menghela nafas lega, dan mulai membuka matanya serta bernafas.

***

A/n :

Engga tau ini segaje apa, maaf kalo typo. Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin, maafin Ra kalo Ra punya salah baik disengaja maupun yang enggak, terutama buat typo dan gajenya cerita yang baru Ra buat ini.

HideawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang