Chapter 1

24 3 0
                                    

Belena terbangun dari tidurnya dan melakukan ritual paginya, dimulai dari olah raga kecil di kamarnya. Lalu, ia pelan pelan membuka pintu kamarnya berjalan keluar kamar dengan cara mengendap-endap.

Ia terkagum melihat pemandangan yang terbentang di bagian belakang rumah si 'Pembuat Onar'. Ia merentangkan tangannya dan mulai menghirup udara segar dipagi hari dengan memejamkan matanya.

Perlahan rentangan tangannya turun dan saat matanya membuka, ia langsung menangkap sosok si 'Pembuat Onar' yang sedang menatapnya, dengan terburu buru Belena langsung berlarian memasuki rumah si 'Pembuat Onar'.

Gadis gila, apa yang dia lakukan?

Belena masih berlarian, berniat memasuki kamarnya—oh bukan, kamar si 'Pembuat Onar, karena ia kini masih berada di pekarangan rumah yang jelas jelas bukan miliknya.

Langkahnya terhenti ketika melihat seseorang yang tadi menatapnya tajam dari arah kamarnya. Seketika ia tersenyum samar ketika melihat name tag yang terpajang di sisi kanan blazer si pembuat onar, Bintang Alvarez Azriel.

Bintang berniat akan mengatakan sesuatu, tetapi Belena sudah berjalan memasuki kamarnya. Selain gila, dia juga aneh, batin Bintang berkata.

Bintang menyalakan mesin mobilnya yang ia parkirkan di garasi, berniat untuk menjalankan ke sekolahnya. Saat mobilnya baru berjalan sekitar 5 detik Bintang memberhentikannya secara mendadak karena di hadapannya kini sedang berdiri seorang perempuan yang merentangkan kedua tangannya, dia benar benar gila.

Perempuan itu berjalan ke arah kursi pengemudi, "kamu mau kemana?", tanyanya sembari menggigit bibir bawahnya.

"Seperti yang biasa dilakukan pelajar", ucapannya benar-benar menunjukkan bahwa ia sedang malas.

"Bisakah aku ikut denganmu?", Bintang hanya menunjukkan kursi penumpang disebelahnya pertanda bahwa ia membolehkan Belena ikut dengannya.

Bintang menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan mata yang masih terfokus pada jalanan, gadis di sebelahnya ini tidak bisa diam membuat Bintang mendengus kesal.

Lalu, ia meluruskan tangan kirinya ke arah gadis di sebelahnya, membuat Belena mau tidak mau harus berdiam diri karena tubuhnya yang terhimpit antara kursi, pintu, dan tangan kiri Bintang. "Itu membahayakan", ucap Bintang di tengah tengah fokusnya mengemudi.

Kedua pemuda itu turun dari mobil dengan diantaranya tidak memakai seragam sekolah. Gadis itu membaca tulisan yang terpajang jelas di bagian atas gedung, Wolind School. Gadis itu terus merutuki diri betapa bodohnya ia telah tersesat di negara asing. Berbagai pertanyaan terus memasuki otaknya, dimana ia sekarang? Masihkah ia di Negara Indonesia? Apa yang akan dikatakan anak murid lain jika mengetahui ada penyusup—oh bukan, tetapi murid lain yang memasuki sekolahnya?

Tidak jauh dari tempat Belena berdiri, disana terlihat 5 orang lelaki yang dapat dipastikan murid Wolind School, Belena menyimpulkan bahwa itu sebuah pembully-an karena terlihat salah satu dari mereka seperti ketakutan dan berusaha mengambil kaca mata yang berada di tangan murid yang sedang tertawa lepas, Belena tidak perduli karena itu memang bukan urusannya. Tetapi, salah satu dari mereka yang dapat Belena tebak adalah si pembully, melihat Belena yang tengah asik melihat kejadian tersebut, bergegas Belena mengalihkan pandangan dan melihat Bintang yang sudah berjalan menjauhi tempatnya berdiri, ia lalu menyusulnya dan menarik lengan Bintang agar ia berhenti.

"Dimana kita sekarang?", pertanyaan bodoh. Bintang mengarahkan pandangannya pada tulisan yang terpajang di bagian atas gedung memberi tahu bahwa mereka kini berada di sekolah.

"Maksudku, ini di negara apa?", tanyanya lagi membuat Bintang mengernyitkan dahinya. Bintang berjalan mendekat ke arah Belena dengan kedua tangan yang memasuki saku celananya, ia lalu berkata bahwa ini negara Indonesia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HideawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang