Authors :
→WonderingMay
→Always__19
→BlueSky__21
→RomanSweet• Dilarang Copy Paste! •
KRIING...
Bel istirahat sekolah itu berbunyi nyaring membuat semua penghuni sekolah menghela napas lega.
Karena akhirnya mereka bisa menghilangkan stress dan lelah sesaat. Begitu juga dengan 9 sahabat itu. Mereka langsung keluar dari kelas masing-masing dan saling menyapa.
Pemandangan itu membuat seluruh siswa yang melihatnya terbawa suasana yang terang dan senang.
Bagaimana tidak? 9 orang itu selalu menyebarkan aura positif disaat mereka terlihat bersama.
"Eh, Lyn! Lo udah baca novel ini gak? Bagus lho! " ujar Lene salah satu dari 9 orang itu kepada Lyn yang juga termasuk dalam perkumpulan itu sambil membaca novel yang dipegangnya.
"Huh? Masa? Genrenya apa?" tanya Lyn.
"Ehm. Kalo gak salah sih... Ah! Iya! Fantasy! Fantasy! Keren banget deh pokoknya!" ujar Lene dengan logatnya yang tiba-tiba antusias.
"Astaga! Lene! Lo itu kapan sih bicara gak teriak?" ujar Visan yang merupakan salah satu laki-laki di perkumpulan itu sambil menutup telinganya yang berdengung karena Lene di belakangnya.
"Emang kenapa? Kalo misalnya gue bicara pelan? Lo kok sewot banget sih jadi laki!" sewot Lene sambil menunjuk-nunjuk tajam punggung Visan.
"Aduh, sakit tahu! Lo apain punggung gue? Nanti kalo bisulan gimana?" gurau Visan.
"Biarin aja, biar kapok!" balas Lene makin sewot deri sebelumnya.
"Udah - udah! Kalian ini ya! Gak pernah berubah selalu aja bertengkar kalo ketemu! Kayak kucing anjing aja!" lerai Clarrise diantara mereka.
"Ih! Kucing anjing? Kalo gitu gue yang anjing! Biar Visan aja yang kucing! Hahaha," tawa Lene yang diikuti oleh semua sahabatnya.
"San, udah jangan dibales. Bikin rame nanti!" ujar Clarrise pelan kepada Visan yang disambut jempolan oleh Visan.
"Eh, Guys! Ayo cepetan jalannya gue bisa mati kelaparan nanti!" ujar Lyn dengan nada memelas.
"Astaga, Lyn! Bukannya tadi sebelum masuk kelas lo udah makan?" tanya Yui dengan nada tidak percaya.
"Huh? Masa? Bukannya gue tadi makan roti ya? Hmm... Kan gak ngaruh, Itu tadi sarapan! Kalo sekarang itu... bakal gue anggap lunch pertama lah!" balas Lyn dengan nada sok pikun.
"Lo itu kerjaannya makan mulu! Tapi badan lo masih sama aja pendeknya!" ujar Visan pelan.
"Sorry! Lo barusan ngomong apa? Pendek? Lo bisa liat kagak kalo diantara cewek-cewek disini! Gue termasuk tinggi! Lo aja yang pendek apaan tuh? Laki kok pendek! Huh, udah lah gue duluan ya!" ujar Lyn seraya pergi meninggalkan yang lainnya menuju kantin dan segera memesan makanan.
"Lyn! Tunggu gue juga ikut!" ujar Axton yang menyusul Lyn.
"Huh? Bentar, gue gak salah liatkan? Ax. Dia nyusul Lyn?" ujar Mitch dengan nada dingin.
"Ya ampun? Iya lo bener lo gak salah liat! Tapi, yang bikin gue tambah kaget itu cara bicara lo yang sampai situasi kayak gini masih aja dingin logatnya!" ujar Lene kepada Mitch dengan nada mengejek suaranya.
"Udah lah... Gak usah dipikirin, lo tuh masih kecil! Lo gak bakal tahu sifat orang kayak dia!" ujar Visan sambil merangkul bahu Lene.
"Don't touch! Gak usah pegang – pegang gue! Lagian juga gue itu gak kecil, tuh! Yui tu yang paling kecil! Udah gitu, pendek lagi!" sinis Lene sambil menunjuk Yui.
"Huh? Ih jahat banget sih lo! Biarpun pendek gini yang penting panjang umur gak kayak lo! Dikit-dikit pilek!" ujar Yui sambil bergumam ria sendiri.
"Eh! Lo masih belum ngelepasin tangan lo? Lepasin gak?!" teriak Lene ke Visan.
"Gak ah! Udah enak ada senderannya."
"Huh?! Lo kata gue beton! Sini lo!" ujar Lene sambil merangkul bahu Visan dan mencekiknya.
"Lepasin kagak! Heh! Budeg! Lepasin."
"Eh, eh, aduh! Lene! Ampun gila! Woi! Sakit tau! Eh! Lo gak mikirin reputasi gue disini?" ampun Visan kepada Lene.
"Oi! Bisa diam nggak?" ujar suara di belakang Lene dan Visan. Yaitu, Mitch, Cameron, sedangkan Vaclav hanya menatap tajam Visan.
"Eh, ada suaranya om - om galak," ujar Visan pelan.
"Eh. Iya nih!" lalu Lene dan Visan menoleh berbarengan. Dan tampaklah wajah orang yang dikenal sangat misterius itu oleh para siswa disekolah.
"Ampun! Ada algojo datang! Visan ayo lari!" ajak Lene kepada Visan yang langsung disetujui Visan.
Dan akhirnya mereka berdua berlari menuju tempat duduk Lyn dan Mitch.
"Lyn! Tolong tendangin om - om galak itu!" teriak Lene dari kejauhan. Dan itu membuat Yui dan Clarrise tertawa mendengarnya.
"Kalian sih! Wajah kok datar banget," ujar Yui dengan polosnya.
"Lagian, siapa suruh dua kurcaci itu menghalangi jalan," ujar Vaclav sambil berjalan disamping Yui.
"Haha, lagian gak papa sih! Itu lebih baik! Kan mereka juga selalu gitu kalo ketemu bareng iya gak guys?" ucap Claire meninggalkan Yui. Karena dia bisa - bisa jadi nyamuk kalo tetep di samping Yui.
"Yaudah ayo susul mereka!" ujar Mitch sambil menaruh kedua tangannya di saku celananya dan berjalan menuju tempat duduk mereka. Cameron hanya mengangguk, mengikuti Mitch menuju bangku favorite mereka.
Disaat mereka berkumpul dalam satu meja. Lagi-lagi keributan tidak bisa di handle. Mereka adalah sahabat yang gak kenal dengan yang namanya jaim. Mereka sahabat bukan? Lalu? Apa yang harus di usikkan?
Tak jauh dari mereka yang sedang asik bersenda gurau yang menarik seisi kantin. Ada seorang perempuan yang duduk manis memakan makanannya sambil melihat kearah bangku 9 sahabat itu.
'Ya, bersenang-senanglah kalian saat ini. Sebelum kesenangan itu hancur. Kau akan tahu bagaimana rasanya hancur itu!'
Ujarnya dalam hati sambil tersenyum misterius lalu mengedipkan sebelah matanya kepada salah satu orang pada 9 orang sahabat itu.
-V- ~~~PROLOG END~~~ -V-
LOL ---Next Is Chapter 1--- LOL
KAMU SEDANG MEMBACA
Una In Perpetuum [ Together Forever ]
Teen FictionUna In Perpetuum. Together Forever. Persahabatan adalah hubungan tersulit dari semua hubungan yang ada didunia ini. Apalagi jika kalian bersahabat dengan lawan jenis. Bisa dibilang... cewek dan cowok itu, tidak ditakdirkan untuk bersahabat. Bahkan s...