= Chapter I - Junior High School =

63 3 1
                                    

• Dilarang Copy Paste! •

Stress. Satu kata untuk seorang siswi SMP di sebuah kelas. Apa kalian tahu penyebab dia stress? Baiklah kalian akan tahu. Jadi . . .

“Bazeeeng lo Visan! Kenapa lo kesini?” ujar siswi itu sambil menunjuk-nunjuk wajah cengo kambing orang yang dipanggilnya Visan.

“Yaelah, biasa aja kali! Gue juga gak sudi pindah ketempat yang dihuni sama lo!”

“Lo kira gue suka gitu lo ada disini?! Udara disini jadi tercemar karena ada lo!”

“Udara tercemar? Kepintaran lo udah pergi jauh ya, Lene?”

“Heh?”

“Adanya tu pencemaran udara diakibatkan oleh asap kendaraan bermotor yang sering terpakai di dunia ini!”

“Wwwoooooooo!” sorak semua orang di kelas kepada Visan.

Guru mereka menghela nafasnya, “Hushh… Sudahlah… Harusnya kalian menerima Visan sebagai murid baru disini. Terutama kamu, Lene.”

“Kok saya, Bu?”

“Ya jelas, kamu kan sepupunya.”

“Apa, Bu? Si Lene punya sepupu?”

“Ya, dan itu adalah murid baru ini. Visan, silahkan perkenalkan dirimu.”

“Oke, Perkenalkan! Ekhem. Gue anak tampan yang tahu diri, nama gue Visan Marvolo Blackendrof. Kalian bisa panggil gue Visan. Gue merasa terhormat setelah diberi sambutan yang cukup meriah. Terutama dari sepupu termanis gue,” sambil menunjuk Lene yang merupakan sepupunya.

“Maaf, anda siapa ya? Kita pernah bertemu?”

“Ahh… Terserah lo deh, mau nganggap gue sepupu atau pacar lo.”

“Dih, pacar? Gue malah nganggep lo jadi babu gue,”
sntak, seluruh murid pun tertawa keras karena lawakan dadakan Lene.

“DIAM!!”

Semua murid pun sontak terdiam. Melihat kearah orang yang sedang berteriak yang notabenenya adalah wali kelas mereka.

“Baiklah Visan, kamu bisa duduk di bangku kosong disebelah Lene. Ibu harap kalian berdua bisa berteman dengan baik,” guru itu menatap Lene dengan senyuman yang menuntut. Melihat hal itu, Lene hanya bisa menghela nafas pasrah.

“Oke semuanya perhatian! Karena para guru akan menghadiri rapat dadakan. Silahkan kalian belajar sendiri dan jangan ada yang ramai," Setelah mengatakan itu, guru mereka pun pergi meninggalkan kelas.

“Astaga, kelar hidup gue. Kelas ini bakal tambah ancur,” ucap salah satu anak di dalam kelas itu dengan berbisik.

Visan pun dengan santai dan dengan tidak berdosanya berjalan menuju bangku sebelah Lene dengan tersenyum manis. Dan saat dia sampai di bangku itu, dia di hadiahi tatapan datar oleh teman sebangkunya.

“Hai, Lene!” ucapnya dengan riang gembira.

“Pergi lo!” ujar Lene datar sedatar penggaris.

“Ceilah! Jahat amat! Ya udah gue pergi bentar ya!”

“Mending lo pergi. Selamanya. Kalo bisa jangan pernah kembali. Gue rela kok.”

“Terserah deh! BYE!” dan Visan duduk dibangkunya.
Dan keheningan akhirnya datang namun, tidak sampai sedetik . . .

“WOI! PERGI LO, SEMUT!”

“Mana? Emang ada semut? Dimana? Sini biar gue tiupin,” ujar Visan sambil niupin wajah Lene.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Una In Perpetuum [ Together Forever ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang