BAB 1

135 8 14
                                    

BAB 1

Treat You Better - Shawn Mendes


LAUT sedang fokus pada handphone yang ada di genggamannya. Lelaki bermata tajam itu sedang membaca bait demi bait susunan huruf yang disajikan di layar handphone-nya. Ia tampak ingin berteriak kegirangan setelah mendapatkan apa yang ia ingin ketahui. Namun ia mengurungkan niatnya. Karena akan sangat memalukan kalau dirinya berteriak-teriak sendirian di dalam kelas karena saking gembiranya. Kalau berteriak-teriak bersama teman-temannya, itu masih wajar, karena kadar memalukannya akan berkurang walau hanya sedikit. Kembali ke awal, ia tidak mau itu terjadi, karena bisa jatuh image-nya bila kejadian itu terjadi. Mau dianggap apa ia sama anak-anak kelas? Orang gila yang baru kabur dari rumah sakit jiwa? Tidak-tidak, Laut tidak mau itu sampai terjadi pada dirinya. Ia kembali ingin fokus pada handphone-nya. Namun seseorang mengagetkannya dari belakang.

"Laut!" Dimas mengangetkan.

"YA ALLAH! Ngapain sih Dim, pake ngagetin segala." Laut membalikkan tubuhnya dan ia bisa melihat dengan jelas cengiran khas Dimas –yang notabene adalah teman dekatnya.

"Gue cariin lo dari tadi, ternyata lo disini. Lo dari tadi ngapain aja sih? Handphone mulu yang diliatin. Siniin handphone lo! Gue mau liat! Jangan-jangan lo lagi chattingan sama cewek, ya!?" Dimas mencoba merebut handphone milik Laut, tapi Laut dengan sigap memasukkan handphone miliknya ke dalam saku celana.

"Mau tau aja atau mau tau banget? Kepo amat sih jadi orang."

"Suka-suka orang dong kalo mau kepo. Ut, gue mau tau banget-banget-banget! Ayolah, gue kepo nih!" Dimas memanyunkan bibirnya dengan mendramatisir. Laut yang melihat itu pun, langsung menoyor kepala Dimas dengan keras dan tidak terduga. Karena Laut menoyor kepala Dimas dengan tiba-tiba, Dimas tidak bisa mengantisipasinya. Sehingga perlakuan Laut tersebut, hampir membuat kepala Dimas terantuk tembok.

"Parah banget sih lo! Temen sendiri malah di-bully! Lo nggak kasihan apa sama kepala gue? Untung aja gue bisa menyelamatkan kepala gue ini. Kalo sampe benjol gimana? Lo harus bertanggungjawab, Mas! Bagaimana pun ini anak kita, Mas! Akoeh nggak mau nanggung ini sendirian karena akoeh masih sekolah, Mas! Ini anak kamu, Mas!" Dimas menarik-narik tangan Laut dengan mendramatisir.

"Anjir! Lo ngelantur amat!" Laut mencoba melepaskan tarikan tangan Dimas, namun tarikan tangan Dimas terlalu kuat.

"Mas tanggung jawab! Akoeh nggak mau tanggung semua ini sendirian!"

"Berisik lo! Diem kek! Apa perlu gue jedotin kepala lo ke tembok, biar lo bisa diem?!" ancam Laut.

Mendengar ancaman Laut, Dimas segera melepaskan tangannya dari tangan Laut.

"Dim, lo tadi manggil gue mau ngapain?" tanya Laut.

Dimas yang teringat sesuatu, langsung menarik-menarik tangan Laut, "Ke kantin, yuk!"

"Dim, bukannya di kantin ada Reno dan Azzam? Terus kenapa ada lo di sini?"

"Lo nggak ngeliat LINE ya? Dari tadi lo buka handphone ngapain aja? Dari tadi gue nyariin lo tauk! Eh nggak tau nya, lo ada di kelas."

"Gue nggak buka LINE dari tadi. Emangnya kenapa?"

"Biasanya, kalo istirahat, lo selalu ada di kantin. Pas ngeliat lo nggak ada di kantin, ya, kirain gue lo ada apa-apa. Makanya, gue cariin."

Laut melihat disekitarnya, "Reno dan Azzam dimana? Kok mereka nggak bareng sama lo?"

"Masih di kantin. Iya gitu, kalo Reno ... kayak nggak tau aja, Ut. Kalau dia bantuin nyari lo, bakal ribet urusannya. Males gue nungguin Reno yang jalannya kayak siput. Penginnya sih gue sama Azzam nyariin lo, biar Reno sendiri di kantin. Eh, udah dikasih hati malah mintanya ampela. Sakit hati dedek, Mas! Jadinya, gue jones deh nyariin lo. Huh, mentang-mentang sekarang kakinya lagi pincang.''

Laut & Senja [PENDING]⏰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang