BAB 2
SENJA mengambil tas sekolahnya yang berada di sudut ruangan dengan terburu-buru. Ia merasakan kepalanya yang sedang pusing, namun ia mengabaikan. Ia berjalan mendekati papan jadwal pelajaran yang tergantung di dinding kamarnya.
"Fisika 3 jam, Matematika 2 jam, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris," gumamnya.
Ia berbalik ke arah meja belajar yang terletak di dekat tempat tidurnya, dan dengan secepat kilat, ia mengambil buku-buku pelajaran hari ini.
Dianggap semuanya telah selesai, Senja berlari ke luar kamar dan segera menuruni anak tangga dengan berlari. Namun, memang nasibnya sedang sial, dirinya tersandung kakinya sendiri. Mengakibatkan ia harus berguling-guling terlebih dahulu dari anak tangga teratas sampai anak tangga terbawah, sebelum kepalanya terantuk lantai. Kepala Senja yang memang sudah dari awal sudah pusing, bertambahlah kadar kepusingannya sampai berkali-kali lipat.
Senja meringis.
"Nja!" Bunda memanggil Senja —yang notabene adalah anaknya— dari arah dapur. Nja adalah nama masa kecilnya, tapi sampai sekarang ia masih dipanggil seperti itu oleh keluarganya.
"Kamu jatuh dari tangga lagi? Kamu udah sepuluh kali jatuh dari tangga berturut-turut. Makanya, kamu hati-hati dong sayang! Susah sih kalo dibangunin, makanya kalo malem-malem tidur! Jangan streaming anime plus nge-webtoon mulu! Mending jadi best comment, lah ini mah nggak. Udah bergadang, telat bangun. Kenapa kamu cuma bisa nyusahin Bunda doang sih, Nja?!" Ibunya yang bernama Bulan, berteriak dari arah meja makan sambil mengunyah roti yang ada di genggamannya.
DUG DUG PLENTANG
"Astaghfirullaha'adzim, kamu lagi nyari apaan sih?" Bulan berjalan mendekati asal suara, "Ya Allah, panci kesayangan nan mahal punya Bunda kamu apain sampai bisa jatuh begini?"
"Bunda, kepala Nja sakit kena panci. Bunda jahat nggak nanyain keadaan Nja." Senja mengusap-ngusap kepalanya.
"Mulai deh dramanya." Bulan ingin kembali ke meja makan, tapi Bulan urungkan niatnya, karena Senja memanggil dirinya.
"Bun! Nja lagi nyari sepatu. Bunda lihat nggak?"
"Kamu ngapain nyari sepatu sampe ke dapur segala?"
"Semalam, Nja nyuci sepatu, terus karena hujan, Nja naruh sepatunya di belakang kulkas. "
"Oh, tadi pagi, Bunda ngeliat ada sepatu di belakang kulkas, terus Bunda gantung di jemuran aja," jawab Bulan enteng. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu naruh di belakang kulkas?"
"Ngikutin trik kartun tetangga, Bun!" Senja berlari ke arah jemuran yang berada di belakang rumahnya untuk mengambil sepatu miliknya, dan berlari lagi ke arah meja makan sambil menenteng sepatunya. Namun belum sampai ke meja makan, Senja menabrak seseorang.
ADUH
"Ayah?! Ayah nggak kerja?"
"Nggak. Ayah lagi cuti."
"Alhamdulillah, ya Allah. Ayah anterin Nja ke sekolah, ya. Nja ambilin kunci motornya deh,"
"Nja, motor ayah masih di bengkel."
Senja melihat jam dinding, ia menampilkan pose berpikir, "Pake mobil aja, Yah. Masih sempet kok. Ayah tunggu di sini, Nja yang ambil kunci mobilnya, oke? Kunci mobilnya di tempat biasa kan, Yah?" Senja mulai berlari ke kamar ayahnya—dengan masih menenteng sepatu—untuk mengambil kunci mobil. Ia sengaja menenteng sepatunya ketika sedang berlari. Karena ketika sedang berlari, ada angin yang tercipta, sehingga angin itu akan terkena sepatunya. Maka dari itu, ia menyimpulkan, sepatunya akan cepat kering ketika ia sedang berlari. Alasan yang terdengar konyol, 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut & Senja [PENDING]⏰
Teen FictionLaut dan Senja adalah dua orang yang sangat disegani di sekolah. Namun satu hal yang perlu kalian ketahui, bahwa mereka saling tidak suka dikarenakan Laut --sang ketua jurnalistik-- suka lepas tanggung jawab atas segala tugas yang diembannya dan alh...