0.0

1.5K 146 17
                                    

"I'll write my story
Using all my own ideas
I don't know the ending
But there'll be tears

I'll paint my own sky
'Cause I know what it's about
There's no defending
Won't scream and shout"

🎵 So Let It Rain - Magnum




• • •




He wants to blame it on everything, like really!

Akal sehatnya mengatakan apa yang terjadi pagi ini adalah bagian dari keteledoran dan kebodohannya sendiri. Salahnya mengapa bermain video games hingga pukul tiga dini hari, mengapa membanting jam weker dengan bantal saat ia berdering, mengapa menyembunyikan diri dalam selimut hingga ibunya menyerah membangunkannya, mengapa tak langsung bangkit dari tidur saat kesadaran akhirnya menghampiri.

Namun harga dirinya tak akan mau untuk disalahkan.

Ia terlambat. Di hari pertama permulaan minggu. It's freaking Monday morning! Kelas paginya akan dimulai tujuh menit lagi dan sialnya, ia masih terjebak macet di antara puluhan kendaraan roda empat di persimpangan lampu merah.

Argh, please jangan sekarang.. Batinnya mengiba.

Berkali-kali ia memeriksa jam yang melingkari tangan kiri, memandang berapa jauh pergerakan jarum berpindah dari posisi semula. Ia mengetuk jarinya di handgrip motor dengan tidak sabar. Hingga rambu lalu lintas akhirnya berubah warna.

Memanfaatkan kendaraan roda dua yang dikendarainya, laki-laki itu berusaha menyelip di antara mobil-mobil di depan. Setelah berhasil melewati macet lampu merah, motornya berbelok ke kiri, memasuki gerbang kampus yang sudah cukup ramai.

Terlambat di mata kuliah pagi hari Senin adalah mimpi buruk, jika ia boleh sedikit bercerita. Dosen pengampu mata kuliah itu tak mengenal belas kasih untuk kasus keterlambatan. Jika ia sudah duduk di balik meja dosen, maka mahasiswa yang terlambat dengan alasan apa pun, tak lagi diperkenankan kehadirannya.

Kalian akan berpikir itu sepele. Jika tak duduk di kelas, titip absen pada teman yang sudah datang tak masalah, bukan? Hah, tidak, kalian salah. Akan jadi masalah besar jika dosennya adalah wanita ini. Tak mungkin ada celah melakukan titip absen, karena wanita berkacamata di awal kepala empat itu memeriksa satu per satu nama yang terdaftar.

Mimpi buruk. Dan ini baru awal hari di awal minggu.

Seakan tak cukup dengan keadaan dirinya yang terlambat bangun, semesta seperti mengoloknya juga pagi ini. Gerimis menyapa tanah yang masih lembab, karena semalam juga hujan. Tak deras, tapi cukup membuat pergelangan tangannya yang tak tertutup lengan baju jadi dihiasi beberapa titik air. Pandangannya saat melihat jalan juga mulai terganggu dengan gerimis yang hinggap di kaca helm.

Laki-laki itu mengeratkan pegangannya pada handgrip motor, sedikit menambah kecepatan karena ia benar-benar tak ingin terlambat. Ia mengarahkan kendaraan memasuki parkiran, mengorbit untuk menemukan tempat parkir terdekat, sebelum mendapati satu posisi kosong di antara motor ninja dan motor matic. Lantas ia memelankan laju kendaraannya.

Dan kesialan lain kembali menghujani.

Tempat parkir yang ia incar ternyata sudah menjadi incaran motor lain. Motor matic dengan warna cokelat-hitam menyalipnya tepat saat ia akan berbelok.

Laki-laki itu mendongak, mengamati oknum pencuri tempat parkirnya untuk dua detik. Setelah dua detik itu berakhir, ia memilih mengalah dan mencari tempat parkir yang lain. Ia tak mau menghabiskan pagi dengan melakukan perebutan tempat parkir. Sangat membuang waktu.

Motor yang ia kendarai akhirnya terparkir di tempat kosong yang berjarak sepuluh motor dari posisi tadi. Kakinya segera menurunkan standar samping, mematikan mesin, melepas helm, dan menggantungkannya di spion.

Ia merapikan sedikit bagian depan rambutnya yang berantakan karena helm. Kepalanya menoleh ke kanan, dan matanya langsung menangkap sosok belakang dari si pencuri tempat parkirnya.

Oknum itu perempuan, terlihat dari potongan rambut yang pendek sebahu, walau hari ini diikat satu dengan karet rambut. Tubuhnya dibalut kemeja denim dan celana jeans berwarna hitam.

Kesadaran laki-laki itu kembali di detik selanjutnya. Sebaiknya ia tak lupa, bahwa dosen kesayangannya pagi ini tidak akan pernah mau menoleransi keterlambatan. Jadi, tak seharusnya ia membuang waktu dengan mengamati perempuan yang masih sibuk dengan helm-nya itu seperti ini.

Laki-laki itu lantas berlari kecil meninggalkan parkiran motor. Ia memutuskan untuk menerobos hujan, yang kalau dipikir-pikir sama sekali tidak deras.

"RYAN!!"

Satu nama tiba-tiba diteriakkan dengan keras, membuat langkah kakinya kontan berhenti. 

...hah? Siapa yang manggil?

Dia menoleh untuk mencari asal suara di belakang. Ia justru menemukan perempuan dengan denim tadi, yang kini berdiri hanya beberapa langkah di belakangnya, ternyata juga menoleh ke arah suara yang sama.


Saat itulah ia menyadari,

bahwa mereka telah menoleh ke arah yang sama.

Dirinya dan perempuan itu.






first published

January 16, 2017

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ryan: Time to HealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang