Ih apaan sih tuh cowok tengil ngeliatin gue terus kayak gitu. Matanya menyeramkan dan ingin gue colok tuh mata pake tusuk sate. Menyebalkan. "Argh!" Suara lenguhan Syaeinna terdengar oleh Ollive. Ya memang Syaeinna dan Ollive dimana saja dan kapan saja pasti selalu berdua bak sandal jepit.
"Lo kenapa Ca?" Suara Ollive membuyarkan semua yang ada dipikiran Syaeinna.
"Hmm.. I-itu.." Syaeinna tak melanjutkan kata-katanya. Saat Dave melihatnya kembali dan mendelik sengit ke arahnya. Sungguh menyebalkan! Batin Syaeinna. "Gue gak papa, Vey." Syaeinna mencoba tersenyum semanis mungkin. Tapi lagi-lagi kepura-puraannya itu tak berhasil karena wajah lugu nan cantik itu tak mendukung rencana pura-puranya.
Ollive mencoba melihat kebelakang dan ternyata Dave toh yang membuatnya menjadi kaku ketakutan begitu. "Ehm.. Lo pasti lagi tertuju ke Dave. Hayo ngaku." Goda Ollive pada Syaeinna yang sedang duduk dihadapannya ini.
Syaeinna hanya diam dan tertunduk.
"Ehm.. Ehm.."
Suara itu menghampiri mereka berdua yang sedang duduk istirahat direrumputan lapangan.
Mereka berdua mendongakkan kepala dan ternyata yang berdiri dihadapan mereka adalah Fareleo.
"Leo..?" Ollive menyapanya.
"Boleh gue gabung disini?"
"Oh.. Boleh, boleh." Leo pun langsung duduk disamping mereka.
"Kalian sedang apa?" Leo basa-basi.
"Hm.. Sedang..." Kata-kata Ollive tergantung. Saat Dicky yang diseberang sana memberi isyarat agar meninggalkan mereka berdua. Dengan isyarat P-D-K-T yang diperagakan tangan Dicky ke arah Ollive. Tanpa berpikir lama, Ollive pun langsung mengerti. Sinyal cemerlangnya cukup penuh. "Gue cabut dulu ya, Yo.. Ca. Bye." Ollive langsung beranjak pergi dari mereka.
Ya. Ollive memang sudah mengetahui sejak kelas VIII bahwa memang benar Fareleo menyukai Syaeinna. Tentunya Dicky yang memberitahukan itu padanya, sebab Ollive juga teman satu extracurricular nya Syaeinna. Fareleo memang sengaja memberitahukan gadis kesukaannya itu hanya pada Dicky dan Ollive. Dan semenjak mereka berdua mengetahui, mereka bersekongkol untuk mendekatkan Leo dan Caca, syukur-syukur kalo bisa sampe mereka pacaran.
Tak ada sepatah katapun diantara Leo dan Caca.
Jelaslah. Leo kan orangnya pendiam dan dingin sama seperti Syaeinna. Buktinya Leo hanya memberitahukan perasaannya hanya pada seseorang dan dipendam seorang diri. Mana mungkin sih orang pendiam dan orang sependiam bisa menyatu. Eh, tapi jangan salah ya siapa tau Allah merubah segalanya, dan menyatukan mereka berdua.
"Ca.." Leo memulainya dengan ragu-ragu.
Caca langsung menatap manik cokelat milik Leo dan menyunggingkan senyumannya yang manis itu.
Hening. Tak ada kata-kata lagi diantara mereka berdua. Hanya tertunduk dan melirik satu sama lain.
"Ehm.. Ehm.." Leo menetralisirkan suaranya agar tidak gugup. "Ca. Kamu kalo senyum manis juga ya." Leo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Dia benar-benar gugup.
"Iya." Syaeinna hanya bisa mengatakan itu. Entah kenapa lidahnya tiba-tiba kelu saat berdekatan dengan Leo.
Eh, tunggu deh. Sejak kapan dia ngomong Aku-kamu. Desis Syaeinna.
Kriiiiing!!
Suara bel berbunyi menandakan jam olahraga telah selesai dan waktunya pulang karena pelajaran olahraga jam terakhir.
Syaeinna segera berdiri dan... "Tunggu, Ca. Aku mau ngomong sama kamu. Bentar ajah." Tangan Syaeinna ditahan Leo. Syaeinna tak dapat berbuat apa-apa lagi, dia tidak jadi pergi dari tempat itu karena tangannya digenggam erat oleh Leo.