BAB 1

9 0 0
                                    

Tell me, princess,

now when did you last let your heart decide?

[Peabo Bryson ft Regina Belle—A Whole New World]

Sebuah Audi A6 putih mengilap berbelok anggun ke pelataran parkir SMA

Pelita Kita dan berhenti tepat di samping pos satpam. Seorang anak laki-laki

berusia 17 tahun berbadan tegap dan berwajah tampan keluar dari pintu

pengemudi. Ia bergegas membukakan pintu untuk anak perempuan cantik

bermata hazel yang tadi duduk di sampingnya.

Benjamin Andrews, laki-laki itu, baru menekan kunci remote mobil ketika

Princessa Setiawan melambaikan tangan.

"Tunggu, sweaterku."

Benji mengangguk, kembali menekan kunci supaya Cessa bisa mengambil

sweater dari punggung jok.

"Udah?" tanyanya. Cessa mengangguk sembari mengenakan sweater

kashmir hangat berwarna pink lembut. Benji mengunci mobil, lalu mulai

melangkah masuk ke halaman sekolah, diikuti Cessa.

Beberapa anak yang berjalan di koridor menatap mereka dengan kagum.

Cessa dan Benji merupakan pasangan paling fenomenal di sekolah ini. Cessa

adalah anak seorang direktur perusahaan tekstil ternama yang memiliki

beberapa cabang di luar negeri. Darah Prancis yang mengaliri tubuhnya

membuat ia seperti boneka: matanya hazel, rambutnya cokelat, tubuhnya

tinggi dan langsing, kulitnya pun putih mulus walaupun tampak pucat.

Sementara itu, Benji adalah anak pemilik perusahaan kelapa sawit, sahabat

ayah Cessa. Ayahnya yang berkebangsaan Amerika membuatnya memiliki fitur

mirip dengan Cessa, hanya saja matanya hitam, mengikuti mata ibunya yang

orang Jawa asli.

Cessa dan Benji sudah dinobatkan menjadi pasangan sejak masuk sekolah

ini. Mereka selalu datang bersama, pulang bersama, dan selalu ada di kelas

yang sama selama dua tahun termasuk tahun ini, saat mereka naik ke kelas 12.

Mereka adalah pasangan yang 'terlalu indah untuk menjadi kenyataan', tetapi mereka benar-benar nyata. Hanya dengan melihat mereka, orang-orang bisa

terpukau, lalu bermimpi bisa memiliki pasangan sesempurna itu juga.

"Ben, ada yang aneh di mukaku?"

Benji hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan Cessa. Seumur hidup,

mereka mengenyam pendidikan dari guru-guru berkualitas yang dipanggil oleh

para orangtua mereka ke rumah. Tak sekalipun mereka pernah menginjakkan

kaki ke tempat bernama sekolah. Hingga 2 tahun lalu, setelah menonton High

School Musical, Cessa mendadak minta untuk masuk sekolah formal. Benji—

kurang lebih—sudah terbiasa dengan segala perhatian dari warga sekolah,

tetapi Cessa tampaknya belum.

Kecuali kenyataan kalau mereka menjadi pusat perhatian, Benji cukup

I FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang