D U A

105 8 28
                                    

Lidia menghempaskan tubuhnya ke kasur kesayangannya. Rasa lelah menyelimutinya.

"Kakak Lidia," rengek Kyna.

Dengan malas Lidia menjawab, " Kenapa lagi Ky?"

"Kyna mau main," kata Kyna sambil merengut.

Lidia menghela napas, "Tunggu Sabrina aja. Kakak capek."

Kyna mengangguk-angukkan kepalanya. Ia memilih membiarkan Lidia istirahat. Kemudian ia berjalan menuju meja rias Lidia.

Mata Kyna berbinar-binar ketika melihat alat make up di meja itu. Diliriknya Lidia yang kini telah tertidur. Senyum Kyna mengembang.

"Its time to be princess," ucap Kyna riang.

Kyna memulai aksinya. Diawali memakai alas bedak dan dilanjutkan dengan yang lainnya, ia berdandan layaknya 'princess'.

1 jam kemudian.

Sabrina membuka pintu kamarnya. Ralat! Kamarnya dan Lidia tepatnya.

Tadi pagi ia menerima pesan singkat dari Lidia bahwa Kyna muncul. Dengan terpaksa, ia harus mencari alasan untuk ke absenan saudari dan sahabat tercintanya itu.

Hening.

Itulah keadaan kamarnya saat ini. Sabrina mengedarkan pandangannya. Hanya ada Lidia yang kini tengah tertidur. Lalu dimana Kyna?

Rasa was-was menyelimuti Sabrina. Bagaimana jika Kyna pergi?
Bagaimana jika Kyna membuat ulah diluar sana?

"Dor!"

"Aaaaa..." Sabrina menjerit kaget.

"Hahahahaha," Kyna tertawa senang karena ia berhasil mengerjai Sabrina.

Karena jeritan Sabrina yang keras, Lidia terbangun.

"Kenapa sih Sab?" ucap Lidia dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Sabrina membalikkan tubuhnya menghadap Kyna, matanya mendelik kesal pasa Kyna. Sementara Kyna hanya cengengesan.

Tapi tunggu!

Sabrina memandang tubuh Kyna dari atas kebawah.

"Kyna! Lo abis ngapain hah? Baju gue balikin! Ya ampun make up gue," Sabrina memekik histeris.

"Astaga Kyna! Kamu kenapa pakai make up? Kulit Adelia itu sensitif," sahut Lidia.

Kyna menunduk. Ia benci dimarahi! Ia benci dibentak!

"Hiks..hiks," Kyna terisak pelan. Badannya bergetar.

Sabrina dan Lidia saling berpandangan. Sepertinya mereka telah melakukan kesalahan.

Kemudian, Sabrina dan Lidia menghampiri Adelia. Dengan keadaan Kyna yang seperti saat ini, mereka harus cepat-cepat menenangkan Kyna.

Kyna menangis sesenggukan. Hatinya terasa sakit.

Hening.

Sabrina dan Lidia kebingungan untuk menenangkan Kyna.

Perlahan, tangis Kyna mereda. Tubuhnya diam mematung.

"Kyna..." panggil Lidia.

Kyna mendongakkan kepalanya. Kemudian menatap Sabrina dan Lidia.

"Kyna not in here," suara dingin itu berasal dari tubuh Adelia.

Sabrina dan Lidia saling berpandangan. Kemudian mereka memicingkan matanya menatap iris mata Adelia.

Mata Adelia saat ini adalah abu-abu.

Gawat!

"Elexis?" pekik Sabrina dan Lidia bersamaan.

Mata berwarna abu-abu itu menatap tajam Sabrina dan Lidia. Kemudian mengangguk.

Sabrina dan Lidia berpandangan horor. Tidak! Seharusnya Elexis tidak muncul!

"Kamu ngapain disini?" Lidia akhirnya membuka suara.

"Tubuh ini juga milikku. Gadis bodoh ini saja yang tidak mau menyingkir," kata Elexis.

"Gadis bodoh?" Sabrina memiringkan kepalanya.

"Yeah, your bestfriend. Bahkan aku heran, mengapa kalian mau berteman dengan gadis bodoh dan lemah seperti dia?" ujar Elexis meremehkan.

Sabrina mengeram marah, "Lo nggak pantes ngomong kaya gitu! Yang penting gue sama Lidia temenan sama Adelia itu tulus!"

Elexis tertawa. Tawa yang membuat semua orang merinding.

"Teman yang tulus? Kalian pikir itu dibutuhkan di dunia ini? Mau aku tunjukkan dunia ini seperti apa?" Elexis menyeringai kejam.

-------

Kritik dan sarannya ditunggu!

Vote jangan lupa yaaa

Rabu, 4 Mei 2016.

Welcome To My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang