Basket

319 34 13
                                    

Rira berjalan mendekati seorang lelaki yang sedari tadi bermain basket tersebut.

"Heh, nama lu siapa?" tanya Rira.

Lelaki itu tidak menghiraukannya dan terus bermain basket.

"Woy, gue ngomong sama lu kali!!!" seru Rira.

"Oh, lu ngomong sama gue," jawab lelaki tersebut.

"Dikira gue ngomong sama tiang basket kali," kata Rira.

Lelaki itu melanjutkan bermain basket dan tidak menganggap keberadaan Rira.

"Anak baru belagu banget sih," kata Rira.

"Apaan sih? jadi cewe bawel banget," jawab lelaki itu.

"Gue tantang lu main basket, gimana?" kata Rira, menawarkan.

"Oke, siapa takut," jawab lelaki tersebut.

"Biar asik kenalan dulu lah," kata Rira.

"Nama gue Rira," kata Rira.

"Nama gue Julian," kata lelaki tersebut.

"Jadi nama lo Julian? Gila, sok Inggris banget. Haha," Rira mencemooh, setengah dalam bisikan.

"Jadi? Lo mau tantang gua main basket atau mau ngeledek nama gua?" Julian menaikkan alisnya.

"Lo yang ngajak kenalan tapi malah ngeledek nama orang lain," kata Julian, [intonasinya sedikit meninggi]

Rira mendengus sebal.

"Yaudah, lo mau tandingnya kapan? Gua harus ngumpulin tim dulu." tanya Julian.

"Pulang sekolah?" tawar Rira.

"Oke," kata Julian.

Sore itu sekolah masih ramai. Yang mana sangat aneh, mengingat biasanya semenit setelah bel pulang berbunyi seluruh siswa sudah berhamburan pulang ke rumah masing-masing.

"Eh eh, ada apa nih rame-rame," kata Arin menyeruak dari keramaian, berusaha mendapat tempat strategis untuk melihat.

"Oh, itu. Anak kelas IPS ada yang nantang anak tim basket. Semoga dia selamat,"

Di lapangan basket, terlihat banyak murid yang penasaran akan pertandingan tersebut.

Hawa pertandingan mulai terasa. Kedua belah pihak yang akan bertanding berdiri berhadapan di tengah lapangan.

Tim Julian beranggotakan Riki, Dio, Rian, dan Rasyid.

Tim Rira beranggotakan Shila, Arin, Alya, dan Kirey.

beberapa saat sebelum peluit dibunyikan.

"Eh, Julian gue mau nantang lu," kata Rira.

"Apa lagi sih?" tanya Julian.

"Nanti yang kalah harus nurut semua yang pemenang mau," Rira menunjukkan senyum iblisnya, yakin kalau kemenangan ada di tangannya.

"Oke, gua terima tawaran lo," jawab Julian.

Pertandingan akan segera dimulai, kedua tim tersebut segera bersiap.

Priiiiiitttttt

Peluit dibunyikan, pertanda pertandingan sudah dimulai.

Di babak pertama, tim Rira yang memenangkannya.

Di babak kedua, yang memenangkannya adalah tim Julian.

Karena hasil seri, jadi yang memutuskannya adalah wasit.

Berdasarkan keputusan wasit, yang memenangkan pertandingan ini adalah tim...

Jreeengggg

Jreeengggg

Jreeengggg

Pemenangnya adalah tim Julian.

Penonton bersorak-sorai karena kemenangan Julian.

Julian berjalan menuju Rira dan menagih tantangan tersebut.

"Nah Ra, karena gua yang menang," Sosok Julian yang tinggi menjulang berdiri di depannya dengan senyum picik.

"Gua mau lo nembak cowok pertama yang lo temuin di depan gerbang. Dan harus direkam."

Rira spontan melotot, jelas itu akan menjatuhkan harga dirinya.

"Gua gak-"

"Janji adalah janji, Rira." Julian berbalik badan. "Gua tunggu videonya besok,"

Julian berjalan meninggalkan Rira yang masih berada di tengah lapangan.

"Kampret, gue pake kalah segala lagi," kata Rira.

"Sabar ya Ra," kata Shila.

"Yaiyalah kita kalah, lu tau ga Ra Julian itu siapa?, kata Arin.

"Kagak gue kagak tau dia siapa," jawab Rira.

Arin duduk disebelah Rira dan mulai menceritakan siapa Julian sebenarnya, karena tadi ia sempat mendengar bisikan-bisikan temannya.

"Julian itu emang anak baru, dia itu anak dari salah satu penyumbang dana terbesar di sekolah ini," kata Arin.

"Hah? Beneran?," tanya Rira.

"Iya beneran, makanya jangan dipotong dulu gue lagi ngomong," kata Arin.

"Iya iya maaf," kata Rira.

"Terus dia itu sekarang jadi ketua tim basket sekolah ini, dia anak kelas XII IPA1, dan lu tau kan anak IPA1 itu kayak gimana?," kata Arin.

"Berarti dia pinter dong," kata Rira.

"Kata gue sih belum tentu sih ya, soalnya dia kan anak salah satu penyumbang dana terbesar di sekolah, jadi dia bisa milih kelas yang mana aja, ya ga?," kata Shila.

"Iya juga sih ya," kata Rira.

Tanpa mereka sadari ternyata matahari hampir tenggelam, pertanda hari mulai malam.

"Gue pulang duluan ya," kata Rira.

"Iya," jawab Shila dan Arin.

Rira pulang dengan mengendarai mobilnya.

Di mobil, Rira terus saja mengoceh karena pertandingan tersebut.

"Pokoknya gue ga terima," kata Rira.

"Masa gue kalah, gue yakin kalo dia itu curang," kata Rira.

"Tapi kan, dia ketua tim basket jadi pantes lah dia yang menang," kata Rira.

"Anggep aja gue ngalah," kata Rira.

Rira terus mengoceh seperti itu, tanpa sadar ia sudah berada di depan rumahnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Rira berjalan memasuki rumahnya.

"Ra, gimana tadi sekolahnya?" tanya seseorang yang sudah tidak asing lagi.

Rira menghiraukan pertanyaan mamanya tersebut dan terus berjalan menunduk manaiki satu demi satu anak tangga untuk menuju kamarnya.

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Rira.

Setelah masuk kamar, Rira langsung merebahkan badannya diatas kasur dan memejamkan matanya perlahan, membayangkan apa yang akan dilakukannya besok.

♡♡♡

Don't forget comments and vote^^

Still in LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin