Diary of An Abstract Girl - 4

8 0 0
                                    

5th December, 2015.

"Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi
Dibalik awan hitam
Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini,
Menanti..
Seperti pelangi setia menunggu hujan reda

Aku selalu suka sehabis hujan dibulan desember,
Di bulan desember

Sampai nanti ketika hujan tak lagi
Meneteskan duka meretas luka
Sampai hujan memulihkan luka"

- Desember, Efek Rumah Kaca.

Hari ini gue bener bener berasa aneh. Makan malam dengan keluarga pun tak terasa nyaman. Lapar namun terasa kenyang.

Rasanya perut gue tiba tiba full of a thousand butterflies.

Iya. Hari ini. Dia berencana ke rumah. No. Bukan main sih. Pinjem buku tepatnya.

Gue harap dia tiba-tiba lupa.

Kekanak-kanak an memang. Bahkan untuk seorang mahasiswi gue merasa aneh sama diri gue sendiri. Cuma main kerumah aja rasanya udah serasa bakal bersama selamanya. Ugh.

Lagi lagi. Ntah untuk sekian kali gue merasakan rasa asing yang tak pernah bisa dijelaskan oleh empunya sendiri atau oleh orang yang menyebabkan seperti ini.

Suara motor berhenti di depan rumah dan nervous gue semakin menjadi jadi.

Gue memutuskan keluar rumah untuk melihat sebenernya siapa sih yang datang.

Seorang cowok memakai kemeja putih dengan celana chinos yang semuanya tampak pas.

Sial!

Disaat gue merasa biasa aja. Disaat gue udah mengganggap yang yaudahlah ya. Ternyata biasa. Namun, biasa ini yang menyebabkan terbiasa.

1 tahun lebih chat dari A-Z membuat gue udah terbiasa. Terbiasa cerita apapun dari ngobrolin hal penting sampai hal gapenting. Dari masalah organisasi sampai humor recehan yang ugh sekali. Dan gue gatau kenapa saat mood gue anjlok kebangetan bisa balik sekejap gegara chat doang dan lucunya hanya chat dari dia.

Why life is so dfq sekali?

Bahkan sebelum ada dia gue kalang kabut ngatasin mood gue yang engga pernah nanggung nanggung jungkir baliknya ini.

Ya, terbiasa ini lah yang merupakan titik awal dari semua ini.

Malam ini, malam pertama kita mengobrol "berdua" selain obrolan singkat yang almost of pasti bertemu di masjid yang berisikan skor akhir klub sepak bola favorit kita.

I'm madridista and he's barcelonista.

How funny we are.

Anehnya, di obrolan yang cukup serius untuk pertama kalinya gue ga nervous. Wow.

2 jam berlalu dan dia harus bergegas pulang.

---

P

ukul 24.00

Yusuf Albercht: Makasih ya :)

Satu kalimat. Padat dan jelas yang gue pun gatau apa maksut dari kalimat itu.

Alana Virginia: Yaa sama sama. Makasih buat apa deh btw haha. Padahal tadi ga ngapa ngapain._. Oiya aku maaf banget kalo tadi bawel banget

Yusuf Albercht: Buat yang tadi (?) Haha

Yususf Albercht: Hus gaboleh bilang gitu. Engga bawel kok

Yusuf Albercht: Yang ada asik kali ya. Cewek banyak omong sama cowok pendiem :)




Hi!

Aku udah edit kemarin beberapa yang engga rapi huhu

Ditunggu vomments and I'll lanjutin lagi ehe😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary of An Abstract GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang