Sebuah Pertemuan

1.2K 5 0
                                    

Pada suatu ketika, aku sedang berjalan mengitari taman yang dihiasi dengan bunga berwarna-warni nan indah. Mata ku tak terlepas dari hamparan bunga berwarna ungu, lavender. Di sekeliling hamparan bunga terdapat sebuah kursi taman berwarna coklat, ku perhatikan dengan seksama ada seorang wanita berhijab duduk menghadap danau yang berada tepat di depannya. Aku berjalan ke arah wanita tersebut karena penasaran dengan apa yang dilakukannya sendirian. Aku berjalan perlahan agar tidak mengusik wanita itu. Dari jauh ku lihat wanita itu fisiknya masih seumuran denganku.

Aku mendekati wanita tersebut, dari belakang jelas terlihat olehku bahu wanita tersebut terguncang hebat dan terdengar isakan tangisnya. Aku mencoba mendekatinya, saat mencoba melihat wajahnya aku tersentak kaget. "Wanita itu adalah Kanaya, sahabat masa kecilku" batinku. Aku menyentuh bahunya lembut, "Nay, kamu kenapa?" tanyaku. Tanpa mengangakat kepalanya "Kamu siapa? Mengapa kamu mengetahui namaku?" ujar Kanaya. "Aku Syakila, teman kamu di Riau dulu. Kanaya mengangakat kepalanya dan memandang lamat kearahku, seakan tak percaya bahwa aku teman masa kecilnya ada di dekat Kanaya sekarang.

"Kila, benarkan ini kamu?" tanya Kanaya lembut. "Iya Nay, ini aku Kila". Kanaya bangkit dari kursi dan memelukku erat. Kanaya mengajakku duduk di sebelahnya, ia menceritakan mengapa ia menangis seperti itu. Orang tua Kanaya 6 bulan yang lalu mengalami kecelakaan dan meninggalkan Kanaya untuk selama-lamanya. Kanaya yang saat itu sedang melanjutkan pendidikan S2 di Paris tidak sanggup menerima kenyataan itu. Kanaya merasakan bahwa tidak ada lagi tujuan yang harus di capai, tidak ada lagi yang harus ia bahagiakan.

Aku memeluk Kanaya erat, "Nay, sekarang aku di sini bersama kamu. Mari kita selesaikan pendidikan kita di sini, aku yakin di surga sana orang tua kamu pasti bangga jika kamu berhasil" ucapku pada Kanaya. "Kila, terima kasih kamu adalah sahabat terbaikku" ucap Kanaya sambil memelukku.

Aku dan Kanaya bertukaran nomor ponsel, kami jalan beriringan menuju tempat tinggal selama menempuh pendidikan di Paris dan ternyata jarak tempat tinggal kami hanya berkisar 4 km saja. Sejak saat itu aku dan Kanaya sering bertemu sekedar bertukar cerita ataupun mengunjungi satu sama lain.

Pada akhir tahun 2013, aku dan Kanaya sama-sama menyelesaikan S2. Kami kembali ke Indonesia bersama-sama, aku kembali ke Pariaman sedangkan Kanaya kembali ke Riau. Aku dan Kanaya masih saling memberi informasi tentang kegiatan masing-masing. Aku yang saat itu sudah menjadi dosen salah satu universitas di Padang sedang Kanaya sudah bekerja di sebuah perusahaan ternama.

Sore itu aku sedang bersantai di teras, tiba-tiba sebuah motor tukang pos berhenti dan menyodorkan amplop berwarna coklat ke arahku. Karena penasaran aku bru-buru meandatangani tanda terima dari tukang pos tersebut. Saat membuka amplop betapa terkejutnya aku, sebuah undangan pernikahan yang bertuliskan nama Kanaya. Aku sangat bahagia mendapat berita baik ini.

Kanaya mengirim pesan kepadaku, "Semoga kamu cepat menyusulku ya Kila". Aku tersenyum melihat pesan dari Kanaya. Sampai saat ini aku dan Kanaya masih berkomunikasi, Kanaya telah memiliki seorang putra yang bernama Matahari Azka dan ia sedang mengandung anak keduanya sedangkan aku telah memiliki seorang putri yang bernama Mentari Aurelia. Kami berjanji akan menyatukan putra dan putri kami agar menjadi sebuah keluarga besar yang tak terpisahkan.

KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang