Pada suatu sore, aku sedang duduk bersama sepupuku. Aku bercanda dan tertawa dengan sepupuku. " Yaa, kamu kapan balik ke Aceh? " tanya Wawa, " Kata mama sih malam ini, kamu ikut yuk ke Aceh " ucapku. " Aku kan sekolah Yaa, kapan-kapan aku pasti ke Aceh kok " jawab Wawa. Aku dan Wawa bermain v-com untuk menghilangkan kejenuhan kami.
" Eyaa, Wawa makan dulu sayang ada nasi goreng kesukaan kalian nih" ujar mamaku. Aku dan Wawa bergegas menuju meja makan, kami makan dengan sangat lahap. Setelah selesai makan aku langsung masuk ke kamar untuk membereskan baju dan memasukannya kedalam koper. Malam itu aku dan mamaku kembali ke Aceh, perjalanan Medan-Banda Aceh cukup melelahkan. Aku dan mamaku tiba di Aceh pukul 7 pagi disambut oleh papaku di depan rumah.
" Papa, adek rindu papa" ucapku manja. Namun papa hanya menganggapi biasa saja, aku bingung dengan perubahan sikap papa. Selama beberapa hari aku memperhatikan sikap papaku yang berbeda dari sebelumnya, aku berpikir bahwa papaku marah karena aku dan mamaku terlalu lama pergi.
Pagi itu sekitar pukul 8, terdengar berita duka dari salah seorang kerabat dekat papa. Setelah melayat kerabatnya, papa pergi menonton bola di Jantho. Ketika hendak berangkat, papa berulang kali kembali masuk ke dalam rumah. " Papa udah mirip strikaan" ucap mama. Papa hanya tertawa saja.
Adzan magrib berkumandang, aku bergegas menuju meunasah bersama sahabat-sahabatku. Ketika sedang dalam perjalanan menuju meunasah, aku di hentikan oleh salah seorang sepupuku dan menyuruh aku segera pulang karena papaku dalam keadaan tidak sadar. Dalam perjalanan menuju rumah aku terus menangis mengingat sikap papa yang amat sangat berubah. " Papa kenapa? , jangan tinggalin Eyaa" ucapku di sela tangis.
Saat berada di depan pintu rumah, aku meihat mama sangat cemas dan menarik lenganku untuk segera menyusul papa ke rumah sakit. Aku dan mama langsung menuju rumah sakit tempat papaku di tangani. Dalam perjalanan ke rumah sakit, aku terus menangis tanpa henti sambil manggil-manggil papa. Hatiku berkecamuk mengkhawatirkan keadaan papa.
Sesampainya di rumah sakit, aku dan mama langsung menuju IGD. Saat memasuki ruangan mataku tertuju pada sosok laki-laki yang sangat aku kenali, itu papa. Badan papa dipenuhi peralatan medis di mana-mana, aku segera berlari kearah papa yang sudah dalam keadaan tidak sadar dan sangat kritis. " Papa kenapa? Papa jangan tinggalin adek ya" ucapku ketika sampai di sebelah papa. Aku menoleh kearah monitor yang menampilkan keadaan jantung papa, detaknya sangat lemah, tiba-tiba saja monitor tersebut berbunyi nyaring dan dokter beserta perawat lansung menuju tempat papa.
" Mama, papa kenapa?" tanyaku pada mama. " Papa lagi di periksa nak" jawab mama. Dokter menghampiri mama, " Maaf bu, kami tidak dapat menyelamatkan nyawa suami ibu" ucap dokter. Mama langsung memelukku, aku yang mengerti maksud dokter langsung berteriak histeris. Pahlawanku pergi, pergi untuk selama-lamanya dan aku belum siap menerima kenyataan ini di umurku yang baru menginjak sebelas tahun. Aku langsung dibawa keluar ruangan oleh sepupuku, namun aku berontak karena aku ingin berada didekat papa.
Saat tiba di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar dan terus berteriak tak henti henti. " Kenapa papa tinggalin adek, papa jahat, papa udah nggak sayang adek lagi " teriakku. Suara ambulance terdengar di depan rumah, aku segera menuju pintu depan dan terduduk di lantai. Aku masih belum sanggup harus kehilangan pahlawanku. Terlalu cepat papa pergi meninggalkanku, meninggalkan kami.
Aku menuju kamar tempat jenazah papa di baringkan, aku tak percaya bahwa pahlawanku kini terbujur kaku di depanku dan tak akan pernah membuka mata apalagi tersenyum kepadaku. Aku tak kuasa menahan tangis saat kain kafan menutup seluruh tubuh papaku. " Haruskah aku kehilangan pahlwanku secepat ini " batinku
Pukul 13.20 papa di kebumikan, aku tak kuat melihat saat tubuh papa di tutupi kayu dan sedikit demi sedikit menghilang dibalik tanah. Air mataku terus mengalir tanpa henti, aku telah kehilangan pahlawanku dan aku berjanji akan mewujudkan impian papaku. Papa adalah pahlawan terhebatku, papa adalah motivatorku, dan papa akan selalu menjadi lelaki yang paling aku sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan
RomanceKumpulan cerpen dengan berbagai cerita tentang hidup mulai dari keluarga hingga percintaan