2 bulan sudah berlalu.
Tapi Bintang masih tetap dalam koma nya.
Hal ini membuat hidup Bastian semakin hancur. Tidak ada lagi Bastian yang dulu, Bastian yang selalu ceria, Bastian yang selalu membuat orang lain tertawa karena leluconnya.
Sekarang hanya ada Bastian yang pendiam, Bastian yang selalu mengurung diri, Bastian yang selalu melampiaskan kesedihannya dengan cara yang ekstrim, seperti mengikuti balapan mobil.
Malam ini, Bastian kembali menjenguk Bintang.
Tatapan Bastian ke Bintang masih sama seperti 2 bulan sebelumnya. Tatapan yang sendu dan menyakitkan. Ia tidak pernah berhenti berharap orang yang ada dihadapannya segera bangun dari koma.
Dengan perasaan yang berkecamuk, seperti biasa ia mendekatkan wajah nya ke telinga Bintang. Namun kali ini sangat berbeda, ia tidak lagi meneteskan air mata.
"Bintang, gue pergi ya. Doa'in gue supaya selamat balapan nanti. Bastian sayang Bintang" bisik nya, kemudian mengecup pipi kiri Bintang dengan hangat.
Sebelum keluar, ia berbalik melihat Bintang yang masih dengan tenangnya tidur. Ia tersenyum kecil lalu menutup pintu ruangan tersebut.
Suara bising kenalpot mobil menyeruak indra pendengaran. Dan suara teriakan perempuan-perempuan jalang sangat membuat Bastian ingin muntah dan meninggalkan tempat ini.
Jujur, sebenarnya Bastian sangat tidak suka keadaan yang seperti ini. Tapi menurutnya hanya ini lah sekarang yang dapat menjadi pelampiasannya.
Bastian sudah stand by di posisi start. Siap untuk balapan.
"Woi Bas, gue yakin kali ini lo gak bakal menang haha" tukas salah satu musuh Bastian dalam balapan ini.
Bastian hanya menunjukkan smirk nya. Lalu membuang pandangan ke arah depan.
Tapi kali ini, ia merasa ada yang aneh dari dirinya. Pikirannya terus dihantui wajah Bintang. Ia mencoba menetralkan pikirannya dan kembali fokus dengan balapan.
Seorang perempuan cantik berjalan ke tengah start sambil membawa sapu tangan berwarna merah. Dalam hitungan ketiga ia melempar sapu tangan tersebut. Dan balapan pun dimulai.
Dengan perasaan yang berkecamuk dan pikiran yang berantakan Bastian terus menginjak pedal gas tersebut sampai ia tidak sadar kalau kecepatannya sekarang sudah melebihi batas.
Di tengah perjalanan memori bersama Bintang semakin memenuhi pikirannya. Sebulir air mata telah jatuh melalui pipinya. Deruan napas nya semakin tidak teratur. Dan jantung nya berdetak lebih cepat.
Hingga ia terlonjak kaget ketika tembok pembatas ada di hadapannya. Ia menginjak rem sepenuhnya. Namun seketika ia tersadar kalau rem nya blong. Akhirnya ia membanting stir ke kanan. Mobil yang dikendarai Bastian kini terguling sampai beberapa meter.
Benturan keras tepat mengenai kepala Bastian. Ia mulai memejamkan matanya. Semuanya terasa gelap. Ia tidak dapat merasakan apa yang telah terjadi.
Terakhir sebelum kesadarannya hilang. Terlintas sejenak senyuman Bintang terhadapnya.
Polisi datang ke arena balap liar tersebut. Membuat orang-orang yang tadi nya ingin menyelamatkan Bastian sudah berlari menyelamatkan diri.
Beberapa polisi ada yang mengejar mereka dan beberapa polisi yang lainnya menyelamatkan Bastian dari dalam mobil yang sudah mengeluarkan asap tebal.
Dengan cepat polisi tersebut mengeluarkan Bastian dari dalam mobil sebelum beberapa detik kemudian mobil itu meledak.
"Bastian sayang Bintang.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Menutup Mata
Fiksi RemajaSiapa yang dapat mengira takdir? siapa yang dapat menghidari takdir? Bintang yang hidupnya penuh perjuangan dalam mempertahankan sakit dan cinta nya. Namun ia menyembunyikan penyakit nya hanya karena tidak ingin menimbulkan kesedihan dan beban untuk...