Heartache!

733 52 13
                                    

Suara bunyi lonceng kepel itu begitu bergema , berirama bersama bait doa yang terbaing menuju ke altar suci di depan sana, tepat di kursi ke dua dari belakang seseorang tengah tertunduk dengan serendah-rendah nya hati yang ia landaskan atas nama Tuhan nya, hanya terdengar suara detak jantung dan suara sepi dari suasan kepel di senin sore. 

Yang di ceritakannya pada Tuhan sejak belasan menit yang lalu, adalah sebuah nama yang mampu menggeser kebiasaan nya untuk mengagumi pagi dan bau dari embun, mencintai sejuk yang di ciptakan hujan , dan menyanjung senja yang menyisir langit oranye, semua kebiasaan mengagumi dan mencintai hal itu telah sangat lama berpindah tempat berbelok pada segaris nama yang menggetar kan hatinya seperti saat ia mendengar bunyi lonceng pertama saat malam Natal, pada sore ini nama itu menjadi konjungsi yang ia letakan sebelum ia mengucap Amin.

Ghaida..

Nama yang mengawal setiap tetesan air mata nya di hadapan Tuhan sore ini, Ve masih duduk menunduk dengan bulir air mata yang menjadi manik-manik di wajah nya, sejak malam itu sebuah keputusan lain ia ambil kesepakatan dengan sedikit paksaan, untuk sepakat membunuh rasa immoral yang kini seperti rumput liar yang tumbuh subuh menjalar di hati masing-masing, seolah tidak bisa di hentikan rumput itu mengoyak pagar dan menjelma menjadi hama yang seolah ingin Ve musnahkan.

Namun, tidak ada yang patut di salahkan semuanya terjadi begitu saja, bukan Ve yang memulai bukan pula Ghaida namun tidak akan ada satu pembenaran pun atas cinta mereka.

"ehm, udah selesai berdoa nya ?"

Sebuah suara yang tedengar tidak asing di telinga Ve namun sudah sangat lama suara itu menghilang di hidup nya.

Ve mendongkak dan di samping nya telah berdiri terlihat seperti seorang Gadis tomboy berambut sebahu dengan menggunakan kemeja dengan tangan yang di gulung.

"ki..kinay ?" tukas Ve mengenali sosok itu yang tengah tersenyum kearah nya.

"hallo apa kabar mbak dai ? gue denger sahabat gue yang paling cantik ini lagi patah hati ya ?"

Sahabat lama Ve yang bernama Asli Kinal Putra David itu kemudian duduk di samping Ve merangkul tanpa ragu sahabat lama nya yang kini di lumuri air mata.

"hmm masih soal Ghaida ya ? gue gak nyangka kalo dia bakal segitu berartinya buat lo sampe-sampe lo nangis kejer kayak gini ,cerita dong kenapa sih ?"

"dia udah tau semuanya Nay , dan kemaren aku yang minta dia buat lupain perasaan itu, dan aku juga bakal coba buang perasaan ini " buka Ve menghentikan tangisnya seketika.

"yakin bisa ?"

"ya , semoga bisa walapun kayak nya bakal sulit banget tapi aku mau mulai semuanya dari awal , dimanahubungan aku sama dia awal nya Cuma kakak adek an " jelas Ve, Kinal hanya mengibaskan rambutnya kemudian tanganya bergerak mengelus bahu Ve seolah memberikan ketegaran untuk sahabat nya itu.

"God bless you deh, moga lu bisa ya meskipun itu terlalu jahat buat kalian, dan dia pasti sakit banget "

Ve tidak menjawab hanya membenamkan wajahnya dalam dekapan Kinal, meskipun Kinal terkesan cuek dan terkesan bicara seadanya namun Ve hafal betul kalau Kinal itu bisalebih peka dari wanita, se peka saat dulu Kinal lah orang pertama yangmenyadari bahwa Ve mulai menggeser posisi Ghaida yang awal nya hanya sebagai adik , menjadi seseorang yang memiliki arti special untuk Ve.

"gue bingung deh, kalo cewek patah hati sama cowok okelah kalo pelariannya dia jadi suka ke cewek tapi kalo cewek patah hati sama cewek juga ntar pelariannya kemana ?" ungkap Kinal seperti biasa dengan pembawaannya yang santai seolah masalah yang Ve hadapi hanyalah masalah anak kecil yang kehabisan es krim di hari minggu.

BIRDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang