Si Vario Merah

29.7K 1.7K 182
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Putri Retno Wati dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." Suara lantang laki-laki itu memekik diantara kerumunan orang di sana.

"saaaaaah!" sorak sorai kerumunan orang layaknya suporter bola di Stadion Manahan Solo yang timnya menang.

Putri bersiap mencium tangan lelaki di depannya yang sudah sah menjadi suaminya. Senyum merekah seperti bunga di musim semi terukir di wajah ayunya. Putri menyalami tangan lelaki itu lalu membawanya ke keningnya.

'ini tangan laki gue apa tangan gatotkaca, si? Otot kawat tulang beton. Keras beneeeer' batin Putri dalam hati.

Karena penasaran, Putri pun membuka matanya memaksa pupilnya beradaptasi dengan cahaya sekitar, menatap sekelilingnya dengan bingung. "Kok kaya kelas gue, ya? Laki gue ke mana? Penghulunya ke mana? Ke mana ke mana ku harus mencari ke mana?"

"Akhirnya, Putri tidur bangun juga." suara nyaring di samping Putri membuat sang empunya menoleh.

"Lah, Wikh, kok gue di kelas?" tanya Putri bingung menatap Wikhi sahabatnya.

"Lo maunya kita di mana? Di Khayangan? Astaga, Putri bisa-bisanya lo pelor mata kuliah Pak Heri," ucap suara lelaki di samping kanan Putri membuat gadis itu menoleh.

"Jadi, tadi itu cuma mimpi? Alamaaaaaak gagal nikah gue," teriak Putri sedikit frustasi.

Lalu, kedua temannya itu tertawa terbahak-bahak sampai sakit perut. Untung kondisi kelas sudah mulai sepi karena sudah pergantian mata kuliah. Putri merengut meratapi kebodohannya sendiri. Ditertawakan kedua sahabatnya sudah hal wajar baginya. Lalu, dia melirik jam menunjukan pukul sebelas kurang lima menit yang berarti mata kuliah sudah berakhir sepuluh menit yang lalu, dan ia akan melanjutkan kemata kuliah selanjutnya pukul setengah dua siang. Mereka akhirnya memutuskan untuk mengisi energi terlebih dahulu untuk menghadapi mata kuliah selanjutnya.

"Gila lo Put, bisa-bisanya tidur mata kuliah Pak Heri. Lo mau kaya Andini kelas sebelah yang harus ngulang karna ketahuan tidur pas makul Pak Heri dan nilainya nggak keluar?" Wikhi buka suara ketika mereka duduk di kursi salah satu Hik yang berjajar di sepanjang jalan belakang kampus. (Hik itu sejenis warung makan tenda yang nyediain banyak nasi kucing dan sejenisnya. Cocok buat kantong mahasiswa).

Putri menatap sahabat perempuannya itu sambil mencomot bakwan yang memang disediakan dimeja, "Lelah hayati, Wikh, Pak Heri tu nyuruh buktikan terus. Apa kurang pembuktian gue selama ini coba?" Jawab Putri mendramatisir keadaan.

"Astagjim, temen lo ini kurang sajen, otaknya gak bener," ungkap Wikhi sambil menyikut lelaki di sampingnya. Pandega yang biasa disapa Dega itu berhenti mengunyah dan menatap kedua perempuan itu bergantian.

"Justru kalau dia bener, kita yasinan," tukas Dega dengan nada datar membuat Wikhi tersedak es tehnya.

"Tapi, mimpi gue tadi emang indah benerlah, dalam mimpi gue lagi ijab kobul sama pujaan hati gue. Bikin males bangun," cerocos Putri antusias

"Halaaah... Pujaan hati, pujaan hati, preeet. Emang yakin dia mau sama lo?" tanya Wikhi mencibir.

"Jangankan mau sama gue, namanya aja gue nggak tau"

Lalu, dimulailah pembulian dari kedua temannya itu. Acara ejek mengejek berakhir dengan cerita banyolan tidak jelas. Putri memang bersahabat dengan Wikhi Ariyanti dan Pandega Pranata terhitung sejak semester empat dan sekarang mereka sudah menginjak semester tujuh. Setelah tuntas mengisi amunisi, Putri dengan amat sangat antusias mengajak kedua temannya itu menuju Masjid Nurul Huda yang memang berada di dalam Kampus, Universitas mereka.

---

Di sinilah Putri berada, duduk di undakan tangga masuk Masjid Nurul Huda. Masjid Nurul Huda ini luas dan sejuk. Di samping kanan undakan tangga masuk masjid memang terdapat tempat wudhu. Putri dengan seksama menatap jalanan depan masjid. Jam memang baru menunjukan pukul dua belas kurang sepuluh menit. Belum ada adzan berkumandang. Putri masih sibuk melihat lalu lalang para mahasiswa yang keluar masuk dari gerbang belakang hingga fokus matanya jatuh pada sebuah motor vario merah dengan skorlet merah melintang pada velg bannya. Putri menatap sang pengendara yang sedang melepaskan helm VOG Navigator merah lengkap dengan jaketnya. Putri masih terus menangkap pergerakan lelaki itu hingga lelaki itu melewatinya untuk berwudhu.

Korelasi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang