LATE

167 19 6
                                    

Jungkook terdiam, ia tidak dapat berbicara apa-apa. Angin yang berhembus seolah membawa suaranya melayang entah kemana.

'kau terlambat Jungkook-ah, berhentilah berharap.'

Kata-kata itu masih terekam di pikiran Jungkook hingga saat ini. Ia berharap, jika ini hanya mimpi yang mungkin menjadi mimpi terburuk yang ia alami. Kecewa, marah, sedih seakan menyeruak masuk ke dalam hati Jungkook.

Air mata mulai menumpuk di pupil pria bersurai hitam ini seakan menjadi media terakhir disaat hatinya tak mampu lagi menahan segala emosi yang semakin membuncah. Ia menatap nanar punggung gadis yang kini telah berlalu di depannya.

Jungkook terjatuh. Hanya lutut yang mampu menahan segala beban tubuhnya. Kakinya sudah terlalu lemah menanggung semuanya.

"Tapi kenapa... Aku tahu aku terlambat, tapi... Kenapa?" gumam Jungkook sepelan mungkin. Kepalanya menunduk, air mata yang sejak tadi ditahannya seketika meluncur dengan bebasnya. Pertahanannya roboh, ia menangis.

"Jinsil-ah, kenapa kau lakukan ini kepadaku? Apa salahku?" ia terisak, Jungkook tahu, harga dirinya sebagai seorang pria kini telah hancur. Namun, dengan menangis mungkin bisa membuat emosi yang sekarang membuatnya sesak bisa hilang secara perlahan.

"Apapun itu, kau bisa mengambilnya tapi kenapa harus itu? Kenapa kau harus mengambil cokelat pemberian Ibu, Jinsil-ah?" Jungkook bergumam. Jinsil, saudarinya mengambil cokelat favorit Jungkook. Ia ingin marah, tetapi apa daya. Sebagai seorang kakak ia harus mengalah, bukan?

---

Ini cerita pertama saya, maaf jika membuat mata anda sakit😂 vomentnya diperlukan terima kasih^^/

STRANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang