Assalaamu'alaikum
Haloohaaaaaaaaaaaa ma readerssss..
Setelah sekian lama, Akhirnya,,,, I'm coming backk...Kendall's POV
" Kendall!! Ngapain lo disitu?! " , Aku menengok ke sumber suara dan ternyata itu suara Niall. " Urusan lo? Hah?! " balasku pada Niall sambil mengeratkan cengkramanku pada wanita yang mendekati Harry, yang ku tidak tau namanya, " Aarrgghh, sakit woy!! " teriak wanita yang ku cengkram tangannya.
Ellysa's POV
" Aarrgghh, sakit woy!! " teriakku saat tangan Kendall lebih kencang mencengkram tanganku.
" Lo ngapain nyakitin anak orang hah?! Hidup Lo cuman bisa ganggu tau ga?! Lepasin tangan Ellysa! " ucap pirang, Neil
" Kalo gue ga mau lepasin gimana? Lo mau protes? " ucap Kendall sambil mengencangkan cengkeramannya pada tanganku
" Aarrgghh!! Sakit cabe!! " ucapku disambut tatapan tajam dari Quisie.
" Lo bilang apa, hah?! " ucap temen Kendall yang berambut pirang.
" CABE!! " ucapku penuh penekanan.
Wanita pirang itu langsung mencengkram tangan kiriku. " Eh eh eh, sakit!!! Tangan gue bisa luka semua cabe! " ucapku, " Apa peduli gue?" balasnya sambil mencengkram tanganku lebih kuat. " Aarrgghh!! " rintihku, tak sadar air mata sudah jatuh ke pipiku saking kuatnya cengkraman Kendall dan temannya.
" Lepasin Ellysa sekarang! " ucap Niall keras dengan penekanan di setiap katanya.
" Kendall!! Lepasin Ellysa!! " teriak lelaki yang sudah ku hapal suaranya, dan saatku menengok ternyata benar, ia Harry.
" Eh Harry, em em em " ucap Kendall
" Lepasin. tangan. Ellysa " ucap Harry penuh penekanan.
" Lo juga Gigi, lepasin tangan Ellysa! " ucap Niall lagi.
" Ih Harry, kok kamu belain dia sih? Pacar kamu kan Aku " ucap Kendall manja.
" Cih, pacar? Kapan gue nembak lu? Kapan kita jadian? Kapan gue naksir sama lu? " ucap Harry
" Ih kok Kamu gi... " ucap Kendall
" LEPASIN TANGAN GUE!! BERDARAH TAU GA?! KALO GUE KEKURANGAN DARAH GIMANA?! KALIAN MAU TANGGUNG JAWAB HAH?! SAKIT INI WOY!! KALIAN LEPASIN IH!! " teriakku, memang benar tanganku udah berdarah.
Harry menatap Kendall tajam, lalu mereka melepaskan cengkeramannya dari tanganku.
Tetes demi tetes darah jatuh dari tanganku ke lantai. Harry memegang tanganku, lalu membawaku ke dalam pelukannya. Aku menangis di dalam pelukannya. Sakit. Perih. Itu yang kurasakan. Harry berjalan sambil terus memelukku. " Harry!! Mau kemana?! Kok Aku di tinggal? Kamu ngapain peluk-peluk cabe kering itu? " teriak Kendall pada Harry, " Lo yang cabe, sadar diri" balas Niall pada Kendall yang masih terdengar olehku.
Harry membawa ku ke UKS Kampus, lalu mendudukan-ku di kasur UKS dan melepaskan pelukannya, " Jangan menangis lagi sayang, kau aman sekarang. Ku jamin takkan ada yang melukai-mu lagi, " ucap Harry lalu memelukku lagi. " Harry, sakiiittt,, hiks, hiks, hiks, " rintihku. Harry melepaskan pelukannya lalu mengambil kotak P3K. Dia membersihkan darahku, mengobatinya lalu memberi perban pada lukaku.
" Quisie, nanti kita udah gaada jam kan? " tanyaku pada Quisie, " Tidak, Aku akan mengantarmu pulang, tenang saja, kau aman " jawab Quisie meyakinkan.
" Tidak, Aku yang mengantarnya, " ucap Harry, " Kau pulang saja, biar Lysa bersamaku " lanjutnya.
" Harry! Memangnya Kau tak ada jam? Kau tak boleh bolos " ucapku pada Harry.
" Aku sudah izinkan Harry pada dosennya " ucap seseorang yang tiba-tiba masuk. Dia Niall.
" Thanks dude. " ucap Harry. " Baiklah Aku kalah " ucapku disambut tertawaan Harry, Quisie, dan...
Niall..
' Ia tertawa? Padahal tadi pagi Ia sangat menyebalkan, tapi.. kalau di lihat-lihat, Ia tampan ' pikirku.
' Apa? Kubilang Ia tampan? Tidak, tidak ' ucap batinku, Aku menggelengkan kepalanya dan, " Aku ke toilet dulu " ucap Harry, " Aku juga ingin membereskan barang-barang mu dulu Ellysa " ucap Quisie. Mereka berdua langsung keluar dari ruang UKS. Tapi, kepala Harry muncul lagi di pintu UKS, " Niall jaga Lysa " ucap Harry sambil menatap Niall tajam, " Pasti dude, Aku tak akan meninggalkannya " ucap Niall.
' Niall tak Akan meninggalkanku? Apa ini bercanda? Apa karena Aku adik dari sahabatnya? Atau, Ah sudahlah, tak penting 'ucap batinku.
Niall duduk di kasur UKS juga, tepat di sampingku. " Siapa namamu? " ucap Niall tiba-tiba.
" Kau bertanya padaku? "
' Pertanyaan yang bodoh El '
Niall hanya mengangguk. " Namaku Ellysa, Kau? " tanyaku pada Niall.
" Aku juga tau namamu Ellysa, yang ku maksud nama lengkap mu " ucap Niall.
" Ohh. Nama lengkapku, Alexandria Ellysa Styles, Kau bisa memanggilku Ellysa "
" Baiklah Nona Styles. Aku Niall James Horan. Kau bisa memanggilku Niall. Tapi Nona Styles, Aku ingin memanggilmu Lysa " ucapnya
" Tidak bisa Niall, hanya Harry yang memanggilku ' Lysa ' . Ia akan marah bila ada lelaki lain yang memanggilku Lysa " ucapku
" Baiklah, Aku akan memanggilmu ' El ' saja, bagaimana? Tidak ada yang memanggilmu ' El ' kan? " tanya Niall
DEG!
Aku seperti tersambar petir, ' El ' Aku benci nama itu. Ya walaupun itu bagian dari namaku, tapi Aku tak mau ada yang memanggilku dengan nama itu LAGI.
Aku melamun. Aku seperti terlempar ke masa lalu.
" Hey, bagaimana? Kenapa Kau melamun? Aku boleh memanggilmu ' El ' kan? " tanya Niall lagi.
" Eh, tidak tidak, Kau tidak boleh memanggilku El, bahkan menyebutnya di depanku saja tidak boleh " ucapku ketakutan.
" Kau kenapa? Mengapa tak boleh? Itu cukup bagus.. " ucap Niall lagi.
" JANGAN UCAPKAN NAMA ITU!! " teriakku histeris.
Aku menangis. " Hey kenapa? " ucap Niall dengan nada khawatir.
Niall membawaku dalam pelukannya. Aku menangis kencang dalam pelukannya.
" Shut shut, sudah sudah jangan menangis Lex, Aku tak akan mengucapkan nama itu di didepanmu lagi, Aku berjanji " ucap Niall lembut.
' Lex? Niall memanggilku dengan nama Lex? Mengapa Aku rasanya senang? '
" Sudah ya, jangan menangis lagi, Nanti wajah cantikmu jadi jelek " ucap Niall
DEGH
DEGH
DEGH
' Apa yang Niall bilang? Cantik? Dia bilang Aku Cantik? Oh tidak '
" Hey kalian baik-baik saja kan? " ucap seseorang yang masuk ke Ruang UKS. Niall langsung melepaskan pelukannya.
Heloooo ma readers!!!!!
Segini dulu ya? Aku ngantuk, hehe😁😁..
See ya next week!👋👋👋Please, leave ur Vomments geez💕💕💕
Wassalaamu'alaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Mine [ n.h ]
FanfictionNiall James Horan Cowo most wanted di sekolah. Semua tak ada yang tak mengetahuinya. Bahkan, murid yang baru masuk pun akan mengetahuinya. Tetapi, sikapnya yang dingin pada wanita kecuali keluarganya, membuat para wanita di sekolah tak berani mendek...