Tiga.

73 1 0
                                    

Disini mereka, Di cafe seberang sekolah yang sudah lama menjadi tempat mereka bersantai setelah kurang lebih 8 jam berkutat dengan pelajaran.

Terlihat Abyan yang sedang bersender lemas di kursi nya.

"Yan, lo risih gak sih sama si tengkorak?" Celetuk Fariz kepada Abyan yang sedang mengaduk-ngaduk minuman nya dengan sedotan.

"Siapa tuh?" Tanya Abyan tanpa menoleh ke Fariz.

"Ya Cantika, siapa lagi coba? Itu kan panggilan kesayangan nya Rio buat Cantika, iya gak yo?" Jawab Pras setelah menyedot minuman nya.

"Makanya lo cari pacar aja, biar gak terus digangguin sama tengkorak," Celetuk Rio lalu menghembuskan asap rokok nya ke arah Fariz.

"Tai, kan bukan gue yang ngomong, Anjing," Umpat Fariz yang muka nya mendapat semburan asap rokok dari Pras.

"Jadi aku tai apa anjing? kasih aku kepastian dong mas."

"khusus buat lo, jadi tai anjing."

****

Sekarang Abyan sedang berbaring di sofa depan tv, pikiran nya masih penuh oleh kata-kata Rio.

Makanya lo cari pacar aja.

Makanya lo cari pacar aja.

"Ah, ngapain juga gue denger kata Rio, dia kan suka gila,"

Abyan menggeleng. "Bukan-bukan dia emang gila," dan mengeluarkan ponsel nya. Ada whatsapp dari mama nya.

Mama: yan kamu nanti malem ke cafe di ujung komplek ya.

Abyan Fariz: mau ngapain mah? Makan ya mah?

Mama: iya pokoknya kamu dateng aja. Pake baju yang rapih ya, yan. Jangan pake kaos oblong sama celana pendek lagi, malu mamah. Oke?

Abyan Fariz: kan yang penting pake baju mah

Mama: ABYAN.

Abyan Fariz: iya mah.

Abyan langsung beranjak dari sofa menuju kamarnya, mengganti baju sekolah dengan baju rumah.

Mama: yan jemput Arala ya. Anter kerumah Tante Dina.

Abyan mendengus setelah melihat ponsel nya berbunyi menandakan pesan masuk. Lalu ia mengambil jaket dan kunci motor nya, segera menuju sekolah Arala.

Abyan berdiri disamping motor nya, Sudah hampir 10 menit Abyan menunggu di depan gerbang sekolah Arala, tapi anak itu belum juga muncul.

"Ka Abyan..." tangan kanan Arala melambai-lambai kearah Abyan. Abyan yang melihat Arala langsung berdiri. Alis Abyan mengeryit saat sebelah tangan Arala menggandeng seorang perempuan. Dan sebelah perempuan itu ada anak kecil yang ber seragam seperti Arala.

Yang anak kecil mungkin temen nya.

Tapi yang gede, masa temen nya juga?

Abyan sampai melamun memikirkan hal kecil itu. Tapi lamunan Abyan tiba-tiba berhenti saat mendengar celetukan Arala yang sudah sampai di depan nya dengan seorang perempuan dan anak kecil. "Bang iyan,"

"I-iya,"

"Ini Alya temen aku, ini Kak Zala, Kakak nya Alya." Perempuan yang bernama Zara itu tertawa kecil melihat Arala yang cadel menyebutkan namanya.

"Zara," Perempuan itu mengulurkan tangan nya ke arah Abyan, Abyan yang tadi nya melihat Arala langsung beralih menatap Zara, dan membalas jabatan Zara.

"A-abyan" Ucap Abyan yang mendadak jadi orang gagu. Lalu melepas jabatan tangan mereka.

"Bang iyan, ayo pulang," Rajuk Arala yang menarik-narik ujung jaket Abyan.

"Yaudah, kita duluan, Zar,"

"Aku duluan ya Alya, Kak Zala," Tangan kecil Arala melambai kearah Alya dan Zara. Zara lantas langsung ber-dadah singkat dan tersenyum manis kearah Arala.

"Dadahhh Lala..." kedua tangan Alya melambai kearah Arala. Lalu perlahan-lahan motor Abyan pun menghilang di persimpangan jalan.

Di motor terjadi percakapan singkat antara Abyan dengan Arala.

Arala: ka byan, ke tukang kaset dulu ya.

Abyan: mau ngapain la?

Arala: alala mau beli kaset plincess sama belbi.

Abyan: gausah, abang tadi udah beli kaset Disney

Arala: abang kapan belinya? Kok gak ajak alala?!

Abyan: tadi, pas abang pulang sekolah. Kalau ajak alala nanti beli kasetnya jadi empat.

Arala: alala kan mau kaset belbi nya juga.

Abyan: nanti kapan-kapan aja.

****

"... Pokoknya abang cepet kesini ya, ini papa kamu udah disini"

"iya mah.. iya.." Abyan sudah mengerjakan tiga pekerjaan sekaligus yaitu; tangan nya mengambil baju di lemari, menjepit ponsel nya antara telinga dan pundaknya, lalu berbicara dengan Mama nya di telfon. Alhasil kepala nya jadi miring-miring-gapenting.

Setelah memilih baju yang lumayan bagus, Abyan segera menggantinya. Kaos lengan pendek warna putih, dengan jaket hitam nya. Abyan tipe orang yang cuek terhadap pakaian yang ia pakai, tidak seperti Aldrian, yang selalu mengikuti style jaman sekarang.

***

Mischievous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang