Dua. Perkenalan yang Menyenangkan

245 4 0
                                    

Thalia mengaca sambil merapihkan baju dan makeup nya, gue juga ikut-ikutan mengaca untuk memastikan kalau kerudung gue udah benar-benar rapih, siap untuk menghadiri pesta itu dan pastinya gue gak pengen malu-maluin sahabat gue.

Di parkiran banyak anak-anak hatcep yang pergi dengan mobil dan membawa pasangannya masing-masing. Gue dan Thalia masuk ke gedung itu dengan perasaan canggung, karena gak yakin untuk masuk dan bertemu dengan orang-orang yang ada didalam. Gue pun melihat-lihat tempat itu. Hotelnya besar dengan dekorasi yang mewah nan glamour. Tanpa sada ternyata thalia ninggalin gue. Thalia langsung menghampiri temannya yang sedang berulang tahun. Gue sedang memperhatika orang-orang yang berada disana. Mereka cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Dilihat dari cara berpakaian dan perilaku mereka, mereka itu keren dan pastinya gaul-gaul. Dibandingkan dengan gue, seorang anak rumahan yang setiap hari ngabisin waktu dikamar sambil membaca novel sampai larut malam. Dan sebelum dimarahi sama nyokap gue nggak bakal udahan. Kadang juga sampe ketiduran dengan novel yang masih terbekap ditangan.

"Haii, selamat ulang tahun ya njass. God bless you and wish you all the best!". Thalia memberikan ucapan selamat dan harapan untuk temannya.

"Oh ya njas, kenalin nih Raea temen gue". Thalia memperkenalkan, gue pun menjulurkan tangan untuk bersalaman.
"Haii, gue Raea".
Dengan pura-pura sok kenal, gue bersalaman padanya dengan senyum samar.
"Haii, gue Anjas. Salken (salam kenal) ya re". Sambil bersalaman anjas membalas dengan muka sedikit nyengir. Dan dia juga sok kenal sama gue.
"Iyaa, salken juga ya njas". Ucap gue.

Anjas mempersilahkan gue dan thalia untuk mencicipi makanan yang tersedia disana. Thalia berjalan menuju sebuah meja yang berisi zupa sup. Gue mengintilinya dari belakang sambil berjalan ala model karena memakai higheels . Gue memanggil thalia dari jauh, tapi kayanya dia nggak mendengar suara gue. Gue pun sesikit berlari untuk mengejar dia supaya gak ketinggalan.

"Bruuukk!".

Suara seseorang yang terjatuh. Semua orang yang sedang asik menikmati makanan, menoleh ke arah suara tersebut. Dilihatnya raea sudah jatuh ke lantai dengan bokongnya jatuh duluan. Orang-orang melihati sambil terdiam. Thalia segera berlari menuju sahabatnya itu. Namun sebelum thalia sampai didepan raea. Seorang cowok bertubuh tinggi dan sangat tampan langsung memegang tangannya dan membantu membangunkannya yang terjatuh.

Raea tercengang lalu memandangnya dengan lama. Pemandangan yang sanagat indah, yang belum pernah raea rasakan sebelumnya. Seperti sebuah dongeng, pangeran dan putri yang sedang berdansa. Cowok itu berada tepat dihadapannya. Kira-kira jaraknya 5cm. Dia terlihat sangan tampan, ketika dia tersenyum pada gue. Gue segera sadar dari pelukannya dan merapihkan baju.

"Makasih, hmm..". Ucap gue kepada cowok itu.

Cowok itu memanjukan wajahnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga gue sambil berbisik pelan.

"Iyaa, lain kali hati-hati".

Telinga gue terasa geli saat dia membisikannya. Gue agak sedikit menjauhkan telinga gue dari bibirnya. Cowok itupun berjalan menjauh dari gue. Thalia menghampiri gue dengan muka cemas. Gue masih melihatinya yang sedang berjalan sambil tersenyum-senyum.

"Re lo gak pa-pa? Mana yang sakit? Aduuh sini gue bantu". Kata thalia sambil mengecek tubuh gue dari atas sampai bawah, dari kepala sampai kaki begitu sebaliknya.

"Subahanallah! Ganteng bangett thaa. Barokah hidup gue!". Seperti terhipnotis, gue berdiri dengan mulut yang ternganga.

"Ha? Toko BERKAH re?". Sahut thalia sambil menepuk-nepuk pipi gue.

"Apaan si! Udah telat lo nolonginnya! Untung ada dia". Jawab gue yang sudah sadar dari pesona cowok itu.

"Yee aneh lo! Yaudah yuk kesana". Thalia membantu gue untuk berjalan dan menuju ke meja hidangan.

Karena kepo, thalia pun menanyakan hal apa yang sebenarnya terjadi kepada gue barusan.
"Re li gimana, kok bisa jatuh kaya gitu? Malu-maluin banget deh". Ucap thalia sedikit mengejek gue.

"Yee.. iya sih malu gue tha! Ini juga gara-gara lo tau". Sahut gue yang melangkahkan kaki dengan terpincang-pincang.

"Kok gara-gara gue? Kenapa?". Thalia menjawab dengan ekspresi berlebihan dan gak nyelow

"Seloow dong mbak! Mukanya gak nyelow banget deh. Iyaa jadi gini, tadi gue panggil-panggil lo buat nungguin gue, eh tapi lo nya gak denger 'kupingnya tersumbat conge sih'. Yaudah gue lari aja, eh gue kepeleset terus jatuh. Gara-gara pake higheels juga nih". Sambil meringis kesakita gue menjawab.

"Hahaha, ooh gitu kirain kenapa. Abis lo jalannya lama sih! Jadi gue duluan. Lo kan gak terbiasa pake higheels udah lari-lari. Kereeennn re!".







Maaf kalo typo ya!
Okesip!!Ceritanya gue lanjutin selesai UN !
Salam hangat ;)
-k.indhaas

Aku Kau dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang