Part II

8.9K 375 9
                                    



 Ku raba pipiku. Papa kembali ke tempat duduknya setelah menamparku sambil memegang dada sebelah kirinya. Oke, kali ini aku tak bisa lagi membendung air mataku. Air mataku dengan lancarnya mengalir bak air yang mengalir dari hulu ke hilir. "kenapa dy? Kenapa?!" Aku hanya menggelengkan kepala. Ya aku tak tau ma kenapa aku bisa seperti ini. Seandainya aku bisa memilih jalan hidup, aku tak akan memilih hidup sebagai gay. Ingin sekali aku menjawab itu atas pertanyaan mama, namun, lidahku kelu, aku tak ingin lagi menyakiti hati mereka dengan jawaban-jawabanku. Biarlah aku yang tanggung, cukup aku saja yang merasakan sakit. Jangan mereka. "kenapa kamu hanya menggeleng!?" Aku bingung mau menjawab apa. Entah, apakah karena aku gay mereka sampai semarah itu? Ya aku tau, mereka benci sekali gay. Saat itu aku sedang berkumpul bersama di malam yang cerah sambil menonton TV kabel. Dan kebetulan menayangkan film yang berbau homoseksual. Saat itu juga mama nyeletuk. "tuh lihat, gay memang kotor, dengan gampangnya mereka bercumbu, bersetubuh. Apa mereka tak kenal dosa? Haha mereka memang kotor sekali! Dasar makhluk bejat!" "betul banget ma! Ada teman kuliahku yang gay, benci sekali aku, sampe-sampe aku sering mengerjai dia karena ketahuan suka ngelirik aku!" timpal kak Gary. "duh! Kamu hati-hati nak, jangan dekat-dekat sama orang seperti itu. Jauhi mereka! Nanti kamu tertular. Mereka itu seperti virus" sahut papa. Aku yang posisinya di atas sofa hanya bisa tertunduk, terdiam. Ingin sekali aku mengatakan, aku tak begitu ma, pa, kak. Aku tak begitu! Ga semua gay seperti itu . Saat itu aku hanya bisa kembali ke kamar dan tidur ditemani isakan tangis miris dari bibirku. "sudah! Lama-lama papa bisa kena serangan jantung kalau disini terus!" " ya sudah pa, ayo kita ke kamar saja!" "ma, pa, Gary ke rumah teman dulu ya" Mama dan papa mengangguk, lalu mereka masuk ke kamar, sedang kak Gary keluar menuju pintu. Sebelum keluar, sempat ku lihat dia melirikku dengan tatapan sinis. Hatiku miris. Serasa teriris. Rasanya ingin lagi ku menangis. Ku berjalan lunglai menuju kamar. Ku tutup pintu, dan ku kunci. Sejenak ku berdiri di depan pintu, melihat sekeliling kamarku. Lemariku yang berisi banyak piala, piagam, dan penghargaan serta sertifikat dari lomba yang ku ikuti baik itu akademik maupun non akademik. Dada ini sesak. Ku berjalan pelan ke arah meja belajar. Ku tatap sendu tiap foto yang kupajang disitu.

"APA KAMU GAY!? JAWAB!!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang