Sementara itu di tempat lain, seorang pria yang tampak seperti di awal tiga puluhan berdiri seraya menatap dengan sedih sebuah makam kecil di hadapannya.
"Jika istriku tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia pasti akan shock dan meninggal karena serangan jantung. Tidak. Dia tak boleh tahu apa yang sebenarnya. Putriku, maafkan Ayah!" ujar seorang pria setengah baya seraya menatap kosong makam mungil di hadapannya.
"Tang Kun...Apa itu kau? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya seorang pria lain seraya menepuk pundaknya heran. Spontan pria yang bernama Tang Kun itu segera berbalik dengan terlonjak.
"Chuang Khe Jiang, kau membuatku kaget saja, teman," jawab Tang Kun seraya membetulkan mantelnya.
"Kenapa kau berdiri di depan makam itu? Siapa dia? Apa dia kerabatmu? Li Xue Hai? Bayi mungil yang malang. Dia meninggal tepat di hari kelahirannya," ujar Chuang Khe Jiang membaca tulisan di makam mungil itu.
"Bukan siapa-siapa. Aku hanya mendadak kasihan melihat tulisan di nisan itu. Bayi mungil yang malang, benarkan?" jawab Tang Kun dengan gugup.
"Hei, tanggal lahirnya sama dengan tanggal lahir putrimu kan? Sungguh kebetulan sekali. Hanya saja dia tidak beruntung karena hanya bertahan hidup beberapa hari saja. Oh iya, siapa nama putrimu?" tanya Chuang Khe Jiang seraya menatap temannya tanpa curiga sedikit pun.
"Tang Xi Yao. Namanya Tang Xi Yao," jawab Tang Kun seraya memandang makam kecil itu dengan mata berkaca-kaca.
"Oh iya, Tang Xi Yao. Minggu ini aku dan istriku berencana akan ke rumahmu untuk melihat putrimu. Waktu itu kami tidak sempat menjenguk istrimu di Rumah Sakit karena Fei Peng sedang sakit," jawab Chuang Khe Jiang dengan nada menyesal.
"Fei Peng?" ulang Tang Kun dengan ekspresi bingung.
"Benar. Ini putraku Fei Peng. Kau lupa padanya?" tanya Chuang Khe Jiang seraya menggendong seorang anak laki-laki berwajah tampan yang berusia sekitar tiga tahun yang sedari tadi hanya digandengnya. Anak laki-laki itu hanya tertawa polos di dalam gendongan ayahnya.
"Hallo Fei Peng, apa kabar? Ini Paman Tang Kun. Apa kau ingin bermain dengan Xi Yao?" Tang Kun meraih tangan mungil bocah itu seolah-olah mengajaknya bersalaman.
"Xi Yao...Xi Yao...Fei Peng mau Xi Yao. Mana Xi Yao?" celotehnya lucu pada ayahnya. Walau kosakatanya masih tidak jelas, tapi Fei Peng seolah mengerti apa yang dikatakan Tang Kun padanya.
"Baik. Baik. Nanti ayah akan membawamu bertemu Xi Yao," ujar Chuang Khe Jiang berjanji pada putranya. Seolah mengerti apa yang dikatakan ayahnya, Fei Peng tertawa senang.
"Fei Peng bertemu Xi Yao," celotehnya lagi dengan riang.
"Sepertinya putraku sangat menyukai putrimu. Hahahaha...Bagaimana jika kita jodohkan saja mereka?" ujar Chuang Khe Jiang tertawa senang. Lalu kedua sahabat itu pun berlalu pergi meninggalkan komplek pemakaman itu sambil tertawa senang.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Melody (End)
FantasyNote : HANYA UNTUK FOLLOWERS. Saat bunga-bunga musim semi menjadi saksi bertemunya kembali sepasang kekasih... "Bila kau bertanya padaku cinta ini akan bertahan berapa lama, jawabannya adalah 10.000 tahun lamanya. Dalam kehidupan ini, kau adalah m...