Satu~

172K 4.4K 72
                                    

Well, hai hai. Ini cerita saya yang kedua. Sebenarnya udah lama diketik sih. Serempak sama Oh Ovilya. Saya minta maaf jika ada kesamaan nama, karakter, cerita dan lain-lain. Saya tidak memplagiat ide atau cerita orang. Ini murni dari ide saya sendiri. Memang tidak ada saksinya sih. Semoga suka ya. Tetap komen dong kalo ada kesalahan atau kritik maupun pendapat. Yah maklum penulis amatir. Hehe. Ah bacot bener nih banyak ngomong. Happy reading yeah XOXO

---------------------------------------------------------

ANGKOT itu berbelok ke kanan ketika ada simpang empat. Lalu menepi ke pinggir jalan dan berhenti di depan sebuah bangungan besar. Itu sebuah SMA. Beberapa penumpang yang merupakan murid dari SMA itu turun dari angkot dan segera membayar ongkos. Termasuk Kinar. Kinar membenarkan posisi tas sandangnya yang talinya daritadi melorot. Lalu ia berjalan memasuki gerbang sekolah. Ia menyapa pak satpam penjaga sekolah yang lagi dengerin music di radio. Ada beberapa anak yang lagi duduk di dekat pos satpam kecil itu. Mereka pasti anak baru, piker Kinar. Kelihatan dari kostum MOS mereka yang unik dan perlengkapan lainnya yang mereka bawa. Kinar segera berjalan menuju lapangan basket yang berada di pusat. Ia melihat sudah ada adik kelas dan teman-temannya disana. Kinar menghampiri mereka.

“Jadi gimana? Pra-MOS udah dijelasin semuanya?” Tanya Kinar pada seorang temannya.

“Udah. Lo tenang aja, Kin. Oya, kok lo gak datang sih kemaren pas hari pertama MOS?” Tanya temannya itu.

“Ya gue kan masih di Yogya. Belum ke Surabaya.” Sahut Kinar menyengir pelan. “ Tapi katanya gue kok jadi panitia MOS sih?”

“Oh. Iya, lo diusulin tuh sama guru-guru. Lo nanti nyusul gue ke lapangan futsal.” Kata temannya itu lalu pergi.

Kinar terdiam sambil memerhatikan sekitarnya.

“Kinar!!!” sapa seseorang sambil menepuk bahu Kinar.

Kinar berbalik dan menemukan Jasmine, sahabatnya sejak masuk SMA. Kinar awalnya heran juga kenapa Jasmine mau sahabatan sama dia. Secara, Kinar kan selalu jutek, rada pendiam, ngomong selalu ngirit. Beda sama Jasmine yang ceriwis, bawel, orangnya pokoknya selalu bahagia banget. “Eh, Jasmine. Katanya lo hari ini gak masuk.”

Jasmine cengengesan. “Ya soalnya hari sabtu kemaren nyokap bokap langsung bilang kalo di hari itu langsung pulang. Dan dapat pesawat pertama. Ya udah deh hari ini gue mau masuk aja. Kan gue kangen sama lo.”

“Lo kangen sama gue? Wow. Kok gue gak kangen ya sama lo?” Tanya Kinar dengan muka tanpa dosa.

“Masa lo gak kangen sama gue sih? Gue kan dua minggu di Swiss. Mana gak bisa ngontakin elo.” Kata Jasmine. “Tapi gue bawa oleh-oleh buat lo! Ini diaaaaa! Diambil dong.”

Kinar mengambil sebuah kotak dari tangan Jasmine, lalu membuka kotak itu. “Cokelat?”

“Iyap! Cokelat Swiss kan enak banget. Lo musti nyoba!” kata Jasmine dengan membara-bara.

“Yaudah. Makasih ya. Lo gak perlu ngasih ginian.  Gue juga dikasih silver queen juga udah seneng.”

Jasmine terkekeh pelan. “Kinar, coba tebak!”

RELATIONSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang