Author POV
Naru masih sebal dengan sikap Rega tadi. Naru pikir, Rega tidak mempunyai rasa kemanusian, enak sekali ia meninggalkan Naru sendirian. Naru harap ia tidak akan pernah bertemu nya lagi. atau mungkin bertemu dengan orang sepertinya.
Naru merogoh kantung nya untuk mengecek HP nya. Sekarang sudah Pukul 15.45 PM, ia harus pulang. sebelum Furu mencarinya.
Ia lupa dengan niat nya memetik bunga untuk Lala.
Sepertinya Lala bisa mengerti. Yang ia bingungkan sekarang adalah bagaimana cara dia pulang sekarang? sedangkan sepeda nya ada disekolah.
Ia memutuskan untuk kembali ke sekolah. Ia butuh sepedanya.
Ia melepas selang infus lalu beranjak pergi ke bagian administrasi Rumah Sakit. Ia akan memastikan bila Rega benar-benar membayar biaya rumah sakitnya.****
Ia mencari sepeda gunung nya, tapi tidak ada. Padahal ia yakin menaruhnya di dekat tempat ia memetik bunga. Bahkan keranjang bunga nya sudah tidak ada. Kepala nya makin pusing. ingin sekali ia teriak tapi mulutnya masih merasakan perih. Ia ingin menangis, lelah sekali karena sekarang kenyataannya ia harus jalan kaki untuk pulang.
Sudah jam empat, biasanya Furu atau Ayah akan mencarinya. Ia mematikan ponselnya. takut-takut Furu akan menghubungi nya atau yang lebih parah memarahinya.Ia menatap ke langit. "kenapa disaat seperti ini harus turun hujan" Naru bergumam didalam hati. Ia lupa membawa uang saku. seandainya ia bawa, ia bisa naik angkutan umum atau semacamnya.
Ia berlari menuju Caffe yang didepannya sudah dipenuhi orang-orang yang terkena sial sepertinya.
Ada beberapa yang berhenti dari motor nya hanya untuk memakai jas hujan. atau mungkin yang sengaja untuk menghangatkan badan di dalam Caffe dengan minum kopi hangat.Naru sudah lapar, tangannya membiru karena terlalu lama basah.
Rambutnya yang dikepang manis pun sudah berantakan dan lembab.
Hujan makin deras, celana pendek yang ia gunakan membuat ia makin kedinginan. "Apa tidak apa-apa ya aku masuk kedalam untuk menghangatkan badan?" Ia melirik kedalam Caffe yang ramai dengan anak anak muda dengan pacarnya. Pemandangan membosankan untuk Naru. Ia kembali melihat ke jalan. hujan deras nya mulai berhenti tapi ia tidak akan pulang sekarang. Ia kembali melihat ke dalam Caffe, ia merasa seseorang sedang memperhatikannya. Matanya berkali-kali diarahkannya. akhirnya ia menemukan seseorang yang tertangkap basah memperhatikannya. Naru seperti mengenal orang tersebut. Ia tahu orang itu yang membuat nya sebal hari ini. Itu orang yang Rega sebut Adrian saat di Rumah Sakit tadi.
Adrian memalingkan wajahnya merasa telah ketahuan memperhatikan Naru.Ingin sekali Naru menghampirinya lalu memperlihatkan mulut nya yang bengkak kedepan wajah Adrian.
Kenapa Adrian tidak menghampirinya lalu meminta maaf? Ia malah melihat Naru dari jauh seperti orang yang tidak merasa punya salah.Naru lalu berlari, ia akan pulang sekarang. Tidak perduli dengan hujan yang masih mengguyur. Ia berjanji tidak akan mau bertemu dengan Rega atau orang semacamnya. Menurutnya, Laki-laki yang berkelahi itu tidak lebih baik dari Laki-laki yang berkelahi menggunakan akalnya.
Ia sudah sampai didepan komplek. Ia tahu Pak Yugi akan menegur dengan muka mesumnya
"Non Naru kok pulang nya hujan-hujanan?"
"Iya pak. Sepeda aku hilang. Saya duluan ya pak"
"Ng.."
Naru tidak suka dengan Pak Yugi. Ia genit sekali dengan anak-anak muda di kompleknya. Apalagi dengan gadis yang seksi. Naru bingung padahal ia sudah punya anak 2 dan sudah remaja pula. Naru pikir, Pak Yugi harus ia nasihati suatu saat.
Lima meter lagi rumahnya. Ia bingung harus masuk kerumah atau tidak. apa yang ia harus katakan pada Furu atau Ayahnya nanti.
Tapi, ia juga tidak ingin diluar terus menerus. ia bisa sakit. Besok ia harus pergi ke Puncak bersama Furu. Furu berjanji akan menemaninya melukis. Apabila rencana pergi nya gagal, Furu pasti akan sangat senang."Furu... Ayah.... Buka pintunya! Aku sudah pulang!" Teriak Naru sambil mengetuk pintu dengan keras
Pintu terbuka, Naru sudah siap untuk mendengar omelan Furu dan Ayah
"Dari mana kamu, Naru?" Tanya Ayah Naru lalu bersender dipintu. Naru tahu Ayahnya tak akan memberinya masuk sebelum ia mendengar jawaban yang membuatnya puas
"Aku habis basket. lalu hujan"
"Terus kenapa ponselnya nggak aktif?" Furu bertanya tepat dibelakang Ayah. Sepertinya ia sengaja membuat Naru akan dimarahi.
"Ponsel aku mati kak kena hujan. tadi setelah aku pulang Aku kena tonjok cowok yang sedang berkelahi. Aku berusaha mendamaikan" Naru menceritakan semuanya tanpa menunggu Furu atau Ayahnya bertanya.
"Patas saja" Ayah dan Furu menjawab dengan bersamaan. Itu terlihat lucu untuk Naru. Ia tertawa terbahak-bahak, terbalik dengan Furu dan Ayahnya yang kelihatan bingung.
"Dasar bandel" Furu memajukan bibirnya lalu pergi
"Kamu masuk sana. cepat mandi"
"Terima Kasih Ayahku" Naru memeluk Ayah tapi dilepaskan oleh Ayahnya. Ia lupa kalau ia basah kuyup.
Setelah selesai mandi dan makan malam bersama Ayah dan Furu, Naru duduk di pinggir tempat tidur. Ia lupa kalau sahabat Pena nya Sudah mengirim balasan suratnya kemarin sore. Ia belum sempat membacanya, sejak kemarin Naru sibuk membuat Proposal sekolah untuk diberikan ke Salah satu pihak yang akan memberikan izin ke Klub yang Naru ikuti.
Walaupun sekarang penggunaan surat menyurat sudah jarang ditemukan karena digantikan oleh penggunaan ponsel. Tapi Naru senang masih ada orang-orang yang mempunyai Hobby menulis lalu mengirimnya lewat Pos. Naru sudah mempunyai banyak sahabat pena. Bahkan, beberapa ada yang Dari Luar Negeri. Ia senang apabila bisa bertukar cerita dengan seseorang.
Sahabat Pena yang sekarang sangat sering bertukar Surat Denganya adalah Pria bernama Adam dari Kalimantan. Naru bersahabat dengannya sudah 3 tahun. saat itu umur Naru 13 tahun Dan Adam 14 tahun. Naru mendapat informasi informasi tentang sahabat pena nya Dari buku, majalah atau internet. Kini Adam sudah kelas 3 SMA, ia bersekolah di salah satu SMA Negeri di Kalimantan.
Setiap seminggu sekali, Adam bisa mengirimi 4 Surat ke Naru. Naru sangat senang bila menerimanya.
Naru yakin, Adam kali ini yang mengiriminya Surat. Naru sudah tidak sabar membaca nya. Ia membuka amplop berwarna merah jambu, warna yang ia sukai---
"Hai boneka jepang jelek. gimana kabarnya di Jakarta?Gimana sekolah mu Dan apa ada cerita yang unik ? kayaknya lagi sibuk banget ya ?--
Adam13.45pm di KalBar"
---Naru tertawa membaca surat Dari Adam. Pertanyaan yang selalu sama. dan panggilan Dari Adam yang selalu menyebutkan kata 'boneka jepang jelek' padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Adam berjanji akan bertemu dengan Naru saat ia mendaftar kuliah. Adam berencana untuk berkuliah di Jakarta, ia ingin mandiri dan membuka lapangan pekerjaan sendiri. Benar-benar remaja yang hebat.
Naru selalu berpikir, Adam sudah menentukan masa depannya sedangkan ia sama sekali belum memikirkan apapun tentang masa depan, bahkan mengenai hari esok.
Naru menulis dikertas kosong, tentang apa yang terjadi pada nya hari ini. mulai dari permainan basket nya yang dipuji oleh kapten dan teman-temannya yang lain. Lalu, tentang ia yang kena imbasnya karena menolong seseorang yang sedang bertengkar Dan kehujanan di depan Caffe yang didalamnya terdapat seseorang yang tidak ingin ia temui.
Naru menulis banyak emoticon :-* menggunakan pena nya. Ini hal yang biasa menurut Naru. ini ia berikan sebagai tanda sayangnya pada Sahabat Penanya. Adam pun tak pernah keberatan bila Naru menulis emoticon seperti itu. dan walaupun mereka berdua sering bercerita via Surat. bukan berarti Naru Dan Adam tidak memilih untuk berkomunikasi via gadget. Mereka pernah menggunakannya tapi itu tidak terlalu sering. Karena mereka lebih nyaman dengan menulisnya dalam surat.
-TO BE CONTINUED
Heiii
Keep Reading, Vote&Comment ya...Lope-lope deh❤❤----
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
N A R U
Non-FictionRasa penasaran tentang dunia remaja membuat ku terlewat batas. Aku percaya, setiap orang mempunyai cerita nya tersendiri dalam masa puber nya. Aku bahkan bosan ketika harus membaca novel/cerpen romance yang cerita nya selalu sama. Apakah tidak ada k...