NARU 4 : "Who?"

44 4 1
                                    

"Naru cepet dong" teriak Furu tidak sabar

"bawel deh. Bantuin bawain kek kalo mau cepet" Jawab Naru sambil berjalan dengan 3 kanvas dan cat air di tangannya.

"males ah"

"yaudah nggak usah bawel" Naru menggembungkan pipinya lalu duduk dikursi belakang. Kali ini, Ayahnya tidak ikut karena harus menyelesaikan pekerjaannya bersama Pak Kyle.

"Kak Naru! Mau kemana? Lala boleh ikut nggak?" Tanya seorang gadis kecil di seberang jalan lalu berlari menghampiri kaca Mobil belakang

"Yahhh... Kak Naru sekarang belum bisa ajak kamu" Jelas Naru

"Besok deh kita petik bunga bareng-bareng. kemarin sudah kakak ambilin. eh bunga nya malah hilang dicuri" Jelas Naru lagi.

"Yaudah deh, tapi janji ya"

"Sip"

Naru memberikan tanda janji dengan mengancungkan kelingkingnya pada Lala, Ia senang bisa membuat seorang anak kecil berkebelakangan mental senang.

"Dadaah" senyum gadis itu lalu pergi

Naru memberi intruksi pada Furu yang ada dikursi depan untuk segera tancap gas.
Hari ini Furu akan menemani Naru untuk menggambar lukisan di Puncak-Hal yang selalu Naru inginkan. Ia ingin sekali bisa secara langsung menggambar sebuah pemandangan. Dan niatnya, mereka akan menempati villa hasil pembelian Ibu nya dari sebuah Hasil penjualan Barang. Villa yang ditempati pun pasti sudah lama sekali tak terpakai walaupun sudah tersedia Penjaga yang akan menjaga Villa tersebut.

"Apa sih unik nya menggambar sampai jauh-jauh datang ke puncak?" Tanya Furu mencairkan suasana

"Unik lah. Seni itu berbeda untuk semua orang. Menurut aku nih Kak, Seni itu selain indah, banyak manfaatnya juga. misalnya, dengan seni aku bisa belajar mengatur emosi"

"Ng.. gitu"

"Yup"

Naru akan sangat senang bila ada orang yang bertanya mengenai seni. Baginya, setelah ia merasakan apa dan bagaimana seni itu, Ia harus berbagi dengan menceritakannya pada semua orang.
kini, selain bisa melukis langsung ditempat yang pemandangannya masih otentik, ia bisa merasakan keotentikan alam dan pemandanganya.

Perjalanan menuju puncak kurang lebih masih 2 jam lagi. Rasanya Naru sudah tidak sabar lagi, yaa walaupun Kakaknya terlihat sangat tidak menikmati perjalanannya Kali ini.

Naru bosan dengan keheningan didalam Mobil. Ia mengecek ponselnya. Ia melihat akun bbmnya, sudah banyak pesan masuk. Kebanyakan Dari Grup melukis di sekolahnya. tidak terlalu penting sebenarnya, hanya pembahasan mengenai izin pembuatan kelas seni baru yang disponsori seorang pengusaha kaya. saat sedang asyik-asyiknya membalas bbm dari teman-temannya,
tiba-tiba masuk undangan pertemanan baru. dengan nama 'anonymous', kenapa masih saja ada orang yang menggunakan nama seperti itu. apa sengaja untuk membuat orang penasaran.
Tapi, orang tersebut berhasil membuat Naru penasaran. Naru langsung mengkonfirmasinya.
Sudah jam sebelas siang dan arah Puncak benar-benar macet.

Tak lama, hujan turun... Naru tidak terlalu suka dengan hujan. itu hanya mengingatkannya pada kejadian kemarin. Ia lalu mengambil ponsel dan earphonenya. ia lebih baik mendengarkan lagu daripada mendengarkan suara klakson bersahutan diluar sana yang membuat pening.
Ia mendengar banyak lagu. ia terhanyut dengan lagu yang dibawakan Shawn Mendes-Stitches,

Got a feeling that I'm going under,
but I know that ll'll make it out alive,
if I quit calling you my lover,
Move on,
You watch me, bleed until I cant breath...
shaking, falling onto my knees
and now that I'm without kisses......

N A R U Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang