Prolog

199 7 0
                                    

Raja siang yang sangat terik, tenggelam seketika. Diserbu oleh langit kelabu, dan awan gelap yang tak dapat membendung air lagi. Aku langsung berlari di tengah hujan itu, dan mencari di mana tempat untuk meneduhkan sekujur tubuhku yang basah karena hujan. Akhirnya, kutemukan tempat yang dapat meneduhkan tubuhku.

Aku menahan kesal sambil mengelus-elus seragamku yang terkena hujan. "Takkan kumaafkan air itu, karena sudah membasahi seragam universitas baruku," gumamku dalam hati.

Rasa kesal itu hilang saat mataku terpaku melihat sesosok gadis yang melewatiku. Seorang gadis yang kelihatan familiar bagiku. Gadis itu sedang mencoba melewati air hujan dengan payungnya. Rasa penasaran menghantuiku, sehingga kubuntuti gadis itu dari belakang. Kubiarkan sekujur tubuhku terkena air hujan. Langkah gadis itu sangatlah cepat, dan hilang dalam kerumunan orang yang ingin mencari tempat berteduh.

Rasa sesal menghampiriku, karena tidak sempat melihat sedikitpun wajahnya. Sebab, wajahnya tertutupi payung yang dipakainya. Saat berjalan pulang, aku tetap membayangkan gadis tadi. Apakah gadis itu gadis yang kucari selama ini? Apakah gadis itu benar-benar dia?

Mungkinkah gadis itu Maggie?

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang