Chapter 3 : Accepted

87 5 1
                                    

Gisella : Hello. Kenalin nama gue Gisella Bianca, biasa dipanggil Gisella. Oke, gue di group "4L4Y Squads" emang cewe sendiri. Tapi bisa dibilang, karena gue cewe, jadi gue lebih teratur dan bener-bener perhatian sama temen gue yang lain. Sayangnya, gua sering lupa sesuatu yang penting. Oiya, kemaren si Sion ngajakin gue ketemuan di Coffee Shop di ujung jalan rumahnya dia. Mungkin, dia mau ngomongin hal yang penting, jadi gue setuju. Lagian katanya dia, gue bakal ditraktir. Jadi, ga bakal deh gue nolak.

Pagi itu, aku sedang jogging di sekitar komplek rumahku. Inilah kebiasaanku di hari Sabtu pagi. 1 jam berlalu, dan sekujur tubuhku telah penuh peluh keringat. Aku segera pulang ke rumah dan mandi, untuk menyegarkan tubuhku.

Aku melihat jam dinding, dan masih menunjukkan pukul setengah 7. Aku memiliki sekitar 1 jam setengah, untuk bertemu dengan Sion di Coffee Shop. Aku langsung mengunci kamar, menyalakan AC, dan tidur di atas kasurku yang empuk.

Terdengar suara pagar yang digedor-gedor dari arah depan rumahku. Rasa takut menyelimutiku, sebab, aku hanya sendiri di rumah. Aku terlompat dari kasur, dan buru buru mengambil pisau di dapur. Setapak demi setapak, langkahku berhenti di pintu masuk. Ku lihat dari jendela, seorang laki-laki sepantaranku, memakai jaket hitam, kacamata hitam, dan masker hitam menutupi sebagian wajahnya.

"Toloooooongggg..........Tolooooooo......ng. Ada Maling. Toloong!!" teriakku di dalam rumah.

"Woy..... Gisella, lu kenapa? Ada Maling? Mana?" suara dari laki-laki itu.

"Tolooooooongggg........ Tolooooooooo.......ng......" teriakku lagi dan mengabaikan pria itu..

"Gisella, jangan teriak-teriak, ini gua Sion," ucap laki-laki itu, sambil membuka masker dan kacamata hitamnya.

"Ohhhh..... Lu Sion? Gua kira maling, lagian ngapain dari ujung kepala sampe ujung kaki serba item. Masa depan kan lu udah item. Yauda masuk sini" jawabku sambil membukakan pagar.

"Anjing, lu jadi anak tega banget yaa.. Anjing gua di rumah aja gak kek lu. Muka gua uda kek Sang Jing Ko yg di drama korea gitu, dibilang kek maling," ujarnya sambil masuk ke dalam rumahku.

"Sang Jing Ko, Sang Jing Ko, apaan! Yang ada juga Song Joong ki kelleuuss. Woooo, malu," ucapku.

Aku menyuruh dia duduk, dan aku langsung le arah dapur untuk membuatkan dia teh.

"Gisella, lu kok bisa lupa sih ada janjian ama gua di Coffee Shop. Ini kan uda lewat dari jem 9, sekarang uda jam 12," gumam Sion.

Aku terdiam, dan memikirkan janji apa yang sudah kubuat dengan Sion. Ingatanku seperti menghilang, dan tiba-tiba datang. Aku langsung melihat jam, dan mataku tercengang melihat jam menunjukkan pukul 12. Aku langsung membawa teh yang kubuat untuk Sion, sebagai tameng untuk menghindari kemarahannya.

"Sion, gua bawain teh, nih. Gua bikin teh ini spesial, lho. Pake susu," ucapku sambil menaruh teh di meja.

"Susu apa? Kocok? Tarik? Atau apa? Oiya lu belom jawab pertanyaan gue," katanya.

"Su-suka lu deh mau nyebutnya apa, pertanyaan yang mana?" ujarku.

"Yang tadi lho!"

"Yang tadi yang mana?"

"Yang barusan!!"

"Yang barusan yang mana?

"Yang 1 menit yang lalu!!!"

"Yang 1 menit yang lalu yang mana?"

"Yang lu pas di dapur!!!!"

"Yang pas gua di dapur yang mana?"

"ANJINGGGG!!!!!!!!! Nyerah gue. Udahlah lupain aja"

Entah kenapa, suasana menjadi tenang dan Sion tidak mengucapkan sepatah kata pun. Aku pun merasa bersalah dan meminta maaf ke Sion.

"Sion, maapin gue yak, tadi gua ketiduran. Gua ngantuk plus kecapekan abis olahraga tadi. Gua liat jem, masi lama. Jadi gua tidur aja. Eh gak taunya, kebablasan. Hiihihihi," ucapku dengan rasa bersalah.

"Yauda, lagian uda lewat juga. Gua seneng juga kok," jawab dia.

"Lho kok malah seneng?" tanyaku dengan bingung.

"Duit gua masih aman, gak traktir lu. HAHAHAHA" ucapnya.

"Dasar, lu. Btw, lu mau ngomong apa? keknya penting banget?" tanyaku.

"Oiya, gua mau nyuruh lu sesuatu," jawabnya.

"Nyuruh apa? Kalo yang aneh-aneh, NGGAQQHHH!!!!" ucapku dengan nada tinggi.

"Berhubung, lu ketos di sekolah kita. Gua mau nyuruh lu, buat cari cewe," katanya.

"Nyari cewe? Lu mau gua jadi mak comblang?" tanyaku terkejut.

"Kaga, kemaren gua liat cewe, dia tuh cantik banget. Keknya dia anak baru, soalnya gua baru liat pertama kali," katanya.

"Yaelahh, dasar mata keranjang. Lu tau gak? Anak yang masuk tahun ini lumayan banyak, lu mau gua cari gimana? Lu ada fotonya ga?" tanyaku balik padanya.

"Engga... Hehehe... Pokoknya kalo ketemu cewe yang paling cantik, pasti dia," jawabnya.

"Jehhh, berhubung gua teman yang baik, suka menabung, dan tidak sombong. Gua ga mau bantuin lu," ucapku.

"Ayolah, sell, lu kan paling baik di geng kita. Pliss, lu kan cantik, baik, pinter juga," rayuan Sion.

Aku sejenak memikirkan apakah aku harus menurutinya atau tidak. Tiba-tiba terlintas dipikiranku untuk membantunya. Karena dia dulu selalu membantuku, saat di kelas. Seperti membeli makanan, membeli pembalut, membeli apapun yang aku mau. Jadi, untuk membalas jasanya, aku terima tawaran dia.

"Yaudah, gua terima, tapi gua cuman bantuin nyari doang kan?" tanyaku.

"Iya, tapi cari tau namanya, nomor hpnya, alamatnya, apapun yang berhubungan dia, lengkap ya sel. Makasih, lu emang temen terbaik gua. Hahaha," jawabnya.

Tiba-tiba suasana menjadi gaduh, karena sesosok pria dari pintu rumahku masuk, dan berteriak.

"Hayoloh, pada ngomongin siapa? Kok gua ga diajak sih? Kalian jahat deh," ucap pria itu.

"Apa-apaan lu! kok lu bisa di sini? Lu ngintai kita ya?" kata Sion.

Ternyata pria itu adalah si BH alias Harry Bond. Aku terpaku melihat BH, aku memikirkan apakah aku memiliki janji dengan BH.

"Sell, kok lu diam aje?" kata BH.

Aku hanya diam dan terus memikirkan, hingga aku ingat, aku tidak memiliki janji sama sekali dengan si BH.

"Enggak papa, Hehehehe," jawabku.

"Tadi lu pada lagi ngomongin apa? Ikutan dong," ucap BH.

Sion langsung mengedipkan mata memberikan isyarat untuk tidak memberi tahu BH, tentang gadis yang dicarinya.

"BH, lu laper ga? Ayo makan, gua traktir deh. Yo, ayo!" ajak Sion sambil memegang tangan BH menuju luar rumah, dan pergi.

"Gisella, lu gak ikut? Ayo makan gratis!" ucap BH sambil jalan mengikuti Sion.

"Sorry gua ga bisa, gua banyak urusan. Lain kali aja yaa. Bye," kataku sambil mengunci pagar.

----------------------------------------------------------------------

Sorry untuk para readers SPACES! Aku kemarin ga update yang Chapter 3 ini soalnya masih belum direvisi, ditambah, kemarin aku habis pulang dari perpisahan😥. Capeknya ga ketolongan, jadi hari ini baru sempet update.

Once again, Sorry!

M

:)xx!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang