Chapter 1 : Worst Day Ever

134 8 1
                                    

Sion : Hai!!! kenalin nama gue Sion, gue sejak kecil dibesarin sama nyokap gue, soalnya bokap dan nyokap gue cerai pas gue masih SD. Gua bingung mau mulai dari mana, tapi yang jelas di sinilah cerita gue berawal.

Pagi yang sangat cerah itu, aku berjalan menuju sekolah. Di sepanjang jalan, aku mendengar lagu "Love Yourself - Justin Bieber" dengan headphone baruku.

"Cause if you like the way you look that much, oh baby you should go and love yourself," sepatah lirik kunyanyikan dengan senandung yang merdu.

Tanpa sadar, saat aku menyanyikan lagu itu, ada seorang wanita tengah berdiri di hadapanku. Wanita itu memiliki badan yang sangat gemuk, mukanya seperti talenan, dan matanya seperti cabai mengerut. Wanita itu, tersenyum melihatku, dan mulai memegang tanganku. Aku pun melepaskan headphone ku, dan mendengar ia berbicara.

"Makasih, ya, mas, aku jadi malu dechhhhh," kata cewe itu.

"Apa-apaan nih, najong, dasar curut babi," ujarku sambil kabur meninggalkan cewe itu.

Setelah jauh dari wanita itu, aku berjalan layaknya tidak terjadi apa-apa. Akhirnya aku memutuskan, menyimpan headphone ku, dan melanjutkan perjalanan menuju sekolah.

Sekitar 4 meter dari sekolah, aku mendengar suara bel berbunyi tanda masuk sekolah. Mungkin banyak orang yang tengah berlari masuk ke sekolah. Tapi, aku berbeda, aku malahan jalan santai menuju sekolah. Karena, jika aku masuk sekolah duluan atau tidak, pasti aku terkena hukuman.

Sebab, aku hanya mengenakan kaos putih polos, ditambah seragam SMA yang tidak dikancing, plus tidak memakai tali pinggang dan dasi. Jika aku masuk ke sekolah melewati pagar depan, habislah aku. Mungkin akan terkena skors 1 bulan, atau mendapat SP (Surat Peringatan). SP adalah sepucuk surat kematian bagiku, bisa dibilang seperti death note.

Akhirnya, aku memutuskan, masuk melewati dinding belakang sekolah. Dinding itu hanya lebih tinggi sekitar 10 cm dibanding tinggi tubuhku. Dengan kekuatan tubuh atletisku, yang sering kulatih, aku sudah terbiasa untuk hal semacam memanjat dinding.

Aku mulai memanjat dinding itu, dan aku melewati dinding itu dengan mudah. Tetapi, saat selesai melewati dinding itu, guru Olahraga sudah ada tepat di hadapanku, namanya Pak Panji. Ia memutuskan untuk menyuruhku untuk lari 50 putaran. Terpaksa aku menuruti keinginannya, daripada mendapat SP.

Walaupun aku memiliki tubuh atletis, aku benar-benar tidak kuat mengitari lapangan yang panjangnya sekitar 750m-an. Baru berlari 5 putaran, kakiku sudah tidak kuat lagi. Nafasku mulai sesak, dan bibirku sudah kering. Aku pun memohon kepada Pak Panji untuk mengganti hukumannya.

Ia memutuskan untuk mengganti hukumanku menjadi membersihkan toilet setiap pulang sekolah. Aku menerimanya, dan aku diperbolehkan untuk masuk ke kelas.

Kesialan tidak berujung sampai di situ. Saat di kelas, aku terkena ocehan dan hukuman oleh guru yang sedang mengajar di kelas. Aku disuruh berdiri di depan kelas dan mengangkat satu kakiku sambil tanganku memegang kedua pundakku secara bersilangan.

Wajar saja aku terkena hukuman, karena pada saat itu, pelajaran Matematika, yaitu, Bu Kesha. Entah kenapa, guru itu sangat tidak menyukaiku. Mungkin karena, tampangku yang slengean dan awur-awuran seperti ayam berukudul.

Setelah 1 jam pelajaran selesai, aku diperbolehkan duduk ke tempat dudukku, dan mengikuti pelajaran. Aku pun menaruh tas, dan langsung mengeluarkan handphone dari kantung tas. Dan membuka aplikasi LINE dan mulai nge-chat di group bernama "4L4Y Squads"

Sion Sky : Weh lu pada tau ga ?

Harry Bond : Gta4u, C4ny4n9. 3m4n9ny4 K3n4p4?

Gerald Wongso : Anjay, :v bond lu kenapa?  kesurupan?

Harry Bond : Aku gabisa kesurupan, bisanya K3SURUP4ANNHHH

Sion Sky : Woyyyy, seriuslah. Gue lagi sial banget. Mau gue critain ga?

Gisella Bianca : Sion kalo mau cerita nanti aja, di kantin. Okay? Ini lagi pelajaran, jangan berisik.

Harry Bond : Setuju banged ama ayankkuh

Gisella Bianca : Iewwhhh.... Jangan panggil nama gue dengan sebutan itu. Mau gua lemparin pisau belati?

Gamma Ciriwit : Hai, ma - maafin g-ggue yaa... baru no-nong-nongol...

Gerald Wongso : Gamma, lu ngapain soksokan gagap, lu aslinya uda gagap, ngapain di chat di gagap-gagapin. Yauloh raimpong sekali.

Sion Sky : Weh gue tunggu lo pada di kantin ya. Gue pengen cerita.

Harry Bond : Keknya serius banget nih, pasti tentang pacar lu ya ato belum bisa move on kan? #SionBelumBisaMoveOn

Gerald Wongso :  #SionBelumBisaMoveOn (2)

Gamma Ciriwit : #Si-si-sionBe-belum Bi-bisaMoveOn (3)

*Sion Left The Group

Gisella Bianca : Halloyo Sion left, gue sih ga ikut ikutan ya *emoticantangandiangkat* (🙆)

Gerald Wongso : Bh alias Bond Harry alias Harry Bond, lu yang mulai tuh, jadi baper si Sion.

Gamma Ciriwit : Ta-tau nih Be-beha. Tang-tang-tanggung jawab.

Harry Bond : Okay, Fine. Gue tanggung jawab.

*Sion invited to the group by Harry Bond
*Sion joined the group

Harry Bond : My sionku, jangan baper teruz, aku cuman bercanda ayank keduaku. Maafin aku yah mas sion. *emoticonlove*(❤)

Sion Sky : O

Setelah aku membalas dengan huruf "O" saja, semua anggota di group itu langsung sepi dan tidak membalas perkataanku. Mungkin, mereka tau, aku sedang badmood karena kesialan yang menimpaku, ditambah si BH bahas tentang mantanku dulu.

Bel pun berbunyi, aku langsung berlari meninggalkan kelas menuju kantin. Langkahku berhenti, tepat di depan meja teman-teman ku yang sedang makan sambil kongko. Aku pun duduk, dan mulai menceritakan kesialanku di hadapan mereka. Tapi, si BH bukannya mendengarkan, malahan, mengejekku dan menertawaiku.

Saat dia mengejekku dan menertawakanku, ia tidak sengaja tersenggol sebuah mangkok berisi kuah dan mie yang masih sisa. Akhirnya, mangkok itu tumpah dan mengenai mukaku.

Aku pun tidak tahan atas tingkah laku sahabatku yang satu itu. Rasa badmood ku melonjak dan sekarang sudah ada di level dewa, akhirnya aku pergi meninggalkan mereka.

Aku berlari menuju toilet, untuk membersihkan mukaku yang penuh dengan mie, dan kuah. Setelah aku membersihkan mukaku, aku langsung membantingkan setiap pintu toilet tanpa terkecuali. Akhirnya, aku memutuskan untuk ke kelas dan menahan rasa kesal dan badmood ku di kelas.

Saat aku melewati setiap lorong-lorong sekolah menuju kelas, mataku terpaku oleh seorang gadis. Gadis itu tengah berjalan bersama teman-temannya ke kantin. Dalam hati aku ingin sekali mengikutinya, tapi pikiranku berkata lain.

Aku pun segera masuk ke dalam kelas, dan menelungkupkan kepalaku di atas meja sambil mendengar lagu menggunakan headphone.

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang