Gaze [2]

130 2 4
                                    


My eyes are no good- blind without her,

The way she moves, I never doubt her.

When she talks, she somehow creeps into my dreams.

She's a doll, a catch, a winner

I'm in love and no beginner;

Could ever grasp or understand just what she means.

[A Rocket To The Moon - Baby Blue Eyes]


Azra.

"Untuk kesekian kalinya, mata gue mandangin dia. Lagi dan lagi"

Ah dia lagi, pikir gue. Di balkon sekolah yang berseberangan dengan gue sekarang, Rara—cewek yang sekarang lagi mandangin hujan—entah kenapa bisa nyita seluruh perhatian gue buat dia.

Yaaaa, jangan tanya gue kenapa, karena gue sendiri pun gak tahu. Yang gue tahu pasti, gue gak bisa bersikap biasa ke Rara.

Tiba - tiba pundak gue ditepuk dengan keras oleh seseorang dari belakang, "Woy bro, ayo cepet. Pertandingan mau mulai nih" Kata si oknum tak berperikemanusiaan yang tak lain tak bukan adalah Zaky. Temen sepertololan gue dari zaman kita masih culun pake popok bayi.

"Lo kalo tolol jangan kelewatan juga dong Ky"kata gue yang dibalas tatapan bingungnya, "Lo gak ngaca apa gimana. Udah jelas diantara kita berdua, yang paling tolol tuh elo" Jawab Zaky santai.

"Si bego. Maksud gue, kalo nepuk tuh berperikemanusiaan dikit. Striker andalan angkatan bisa - bisa gak main nih gara - gara lo"

"Najis lebay amat lo kayak ibu - ibu abis dapet uang gaji suaminya. Santai aja kali" Kata Zaky sambil mengalungkan tangannya di leher gue.

Dengan jijik gue langsung ngelepasin tangan dia, "Gue gak lebay dan ibu gue juga gak lebay kalo dapet uang gaji bokap." Kata gue kemudian.

Perkataan gue pun langsung dibalas dengan toyoran dari Zaky di kepala gue, "Ibu - ibu yang lain tolol maksud gue, bukan ibu lo. Udah ah, ngomong terus sama lo yang ada gue makin bego. Lagian pencitraan dikit dong, ada banyak fans lo nih lagi nonton elo"

Gue pun melihat sekeliling dan mendapati banyak cewek - cewek sedang berteriak menyerukan nama gue bahkan ada yang sampai membawa spanduk bertuliskan "AZRA SEMANGAT YA TANDING NYA" padahal ini hanya pertandingan angkatan biasa.

"Biarin aja" Kata gue sambil beranjak berdiri meninggalkan Zaky dan memasuki lapangan sekolah yang masih diguyur hujan.

Zaky pun bangkit dari duduk nya untuk mensejajarkan posisi dengan gue, "Duh dingin amat mas kayak sop buah, untung manis" Katanya sambil mencolek dagu gue, belum sempat gue membalas, tuh anak dajjal udah lari ke arah gawang sambil tertawa.

Selang beberapa menit kemudian pertandingan dimulai, kondisi lapangan yang licin serta hujan deras yang masih belum berhenti membuat bola sulit untuk dikendalikan. Hingga akhir babak pertama skor masih kaca mata.

Di babak kedua, akhirnya team gue mengganti strategi, gue yang memegang posisi striker pun harus ekstra fokus karena lapangan yang licin. Pertandingan pun dilanjutkan. Kali ini permainan team gue dalam tempo yang cepat, Zaky sebagai gelandang tengah langsung mengoper bola ke gue setalah mendapatkan nya dari Rizal yang berposisi sebagai bek kanan.

Tanpa membuang - buang waktu, gue langsung menggiring bola melewati dua bek team lawan, gue pun menshoot ke arah gawang lawan dan akhirnya,

"GOOOOOOOOOOLLLLLLLLLL!!!!" Suara riuh penonton langsung memecah ketegangan yang tercipta semenjak pertandingan di mulai. Gue pun langsung di peluk temen - temen se-team gue dan kami pun bergulingan sambil tertawa di bawah guyuran hujan.

Suara peluit dari wasit langsung menghentikan kegiatan selebrasi kami, pertanda pertandingan masih harus dilanjutkan. Kami semua pun bangkit sambil tertawa, beberapa orang meledek Tegar—sang wasit—yang notabene nya masih teman angkatan kami sendiri.

Gue sendiri bangkit sambil melihat reaksi penonton akibat selebrasi heboh kami tadi, sampai akhirnya tatapan gue bertemu dengan mata Rara.

Pandangan gue seketika terkunci pada satu objek.

Rara.

Gadis itu menoleh ke kiri dan kanan, mungkin mencari seseorang yang ia pikir sedang gue tatap. Padahal hanya ada dia di balkon itu  seorang diri. Kemudian ia tersenyum ke arah gue.

Baru saja otak gue mencerna untuk membalas senyum Rara, sudut mata gue sudah menangkap pergerakan seorang cowok yang sedang berjalan menuju ke arah Rara sambil tersenyum. Cowok itu Abim.

Tanpa pikir panjang gue pun langsung berbalik dan berlari melanjutkan permainan.

Ah gue tau gue sekarang kenapa, batin gue.

Gue udah jatuh untuk Rara. Dan itu semua karena matanya.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hai hai hai, gue kembali lagi nih membawa cerita receh nan garing ini.

awalnya part ini mau gue post hari sabtu nanti, tapi entah kenapa tangan gue akhirnya gatel untuk

mempublish part ini. Hehe seneng gak nih?  Tenang aja sabtu gue bakal tetep update part selanjutnya

kok. Vote dan comments nya jangan lupa ya, gue tunggu lho! See ya :D

[9th May 2016. 09:09 PM]

Verstecken LiebenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang