Me VS Writing Style

1.8K 155 14
                                    


"You can steal ideas, but you can't steal writing style."--Christian Simamora

.

.

.

Udah berapa lama ya, aku nulis? Terhitung dari mulai berani post cerita di FB (jaman dulu), terus ke blog, fanpage. Hmm, 8 tahun lalu kayaknya. Dari gaya tulisan yang a la kadarnya, sampai bisa lumayan bagus karena waktu terus berjalan dan baca-baca cara menulis di berbagai blog. Datang ke seminar-seminar kepenulisan atau tanya-tanya ke kakak-kakak yang lebih ngerti.

Sejalan dengan waktu itu, aku mulai menemukan gaya menulis aku yang kalau bikin alur terkesan santai kayak di pantai. Beneran deh, aku nggak bisa bikin tulisan yang penuh drama. hehehe. Udah pernah nyoba, terus aku geli sendiri bacanya. hahaha.

Kembali ke wattpad (ya, sesuai judul besarnya lah). Aku mulai baca wattpad itu sekitar, hmmm... satu apa satu setengah tahun yang lalu gitu. Beh, masih anak bawang aku ini. Itu aja, tahu wattpad gara-gara Okke Sepatumerah, nulis cerita di wattpad dan aku ngikutin ceritanya (tapi, Mbak satu ini nggak dilanjutin ceritnya. aku jadi syedih). Terus aku penasaran apa itu wattpad, karena dulu mainnya thumbstory. Oh, ternyata hampir mirip. Terus iseng bikin akun, dan aku menemukan keseruan karena aku bisa nulis dimana saja dan kapan saja pakai HP. Biasanya ngeluarin notes buat nulis. Sekarang lebih praktis.

Lalu aku suka baca-baca cerita orang lain.

Tapi...

Ada yang kadang membuat aku membaca cerita satu orang, terus keinget penulis lain. Kenapa? Karena gaya menulis mereka. Aku menemukan gaya menulis AleaZalea, Ika Natassa, Dewi Lestari dan Phidi Baiq juga beberapa penulis lainnya di tulisan orang lain. Aku jadi sedih.

Aku akui, aku sempat nulis cerita kayak Dilannya Phidi Baiq. Aku ambil setting  tahun 98, saat krismon melanda Indonesia, saat Solo mencekam, tapi ada asmara antara Rais dan Hanum di masa itu. Aku sampai riset apa yang hits di jaman itu. Kayak MTv, ponsel, kartu voucher Sarah Sechan, juga gombalan-gombalan anak jaman itu. Hehehe.

Tapi....

Sekali lagi, aku merasa itu bukan aku. Aku seolah berada di bayang-bayang Phidi Baiq, dan pembaca aku menyadarinya. Jadinya, dengan sangat terpaksa, aku menarik romansa Rais-Hanum di cerita Rautan Kaca (mungkin ada yang sempet baca).

Aku pernah datang ke seminarnya Gagasmedia. Aku lupa yang bilang itu Mbak Windy (editornya Gagas), apa Abang Christian Simamora, atau Mas Alit... atau pas seminar kepenulisan Raditya Dika. Aku lupa. Pokoknya bilang gini, "Kalau kamu nggak menemukan gaya menulis kamu, kamu jangan meniru gaya menulis orang lain. Lebih baik, kamu ramu. Misalnya, kamu padukan antara Dewi Lestari dengan Ika Natassa. Nantinya akan menjadi sebuah gaya menulis yang baru."

Sebenernya, aku nggak tahu pasti gaya menulisku itu seperti apa. Tapi, penikmat cerita aku yang ngikutin aku dari jaman baheula, tahu kalau itu aku yang nulis. Pernah nih, kalau di fanpage biasanya aku suka iseng nulis cerita pendek tapi nggak aku cantumin penulisnya, karena di fanpage itu aku punya dua orang admin yang bantuin aku maintance fanpage dan ikutan posting cerita. Aku iseng, 'nyuri' gaya menulis orang. Terus ada yang komen, 'ini yang nulis Laras?' aku jawab iya, terus dia bilang, 'ini bukan gayanya Laras.'

Nah, dari situ aku ngerti. Kita nggak bisa mencuri gaya menulis orang lain. Bakal ketahuan.

Me VS Orange WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang