Satu.

24 1 0
                                    

-Millenia Pov-

Hai kenalkan aku Millenia Agatha Louise, biasa dipanggil Mille or ille. Aku berumur 16 tahun, lahir pada tanggal 1 januari 2000.

Aku berperawakan imut, berpipi tembam, berhidung mancung, dan memiliki bentuk tubuh sedikit molek, tapi aku kurang tinggi. Eits, aku tidak ingin loh ya dipanggil pendek.

Aku tipe gadis yang tidak terlalu peka dengan keadaan sekitar, sedikit cuek. Aku juga sangat pelupa, apalagi jika itu adalah hal yang menurutku tidak penting.

Aku berasal dari keluarga yang sederhana, papaku bernama Abraham Louise, ia seorang karyawan biasa disebuah perusahaan.

Dan bundaku bernama Agatha Lafe, ia bekerja disebuah bakery miliknya. Aku memiliki seorang adik, ia bernama Millonio Anderson Louise. Tapi biasa dipanggil Millo. Nama kami mirip bukan?yap Millo dan Mille. Aku dan Millo sudah seperti anak kembar, umur kami hanya bertaut dua tahun. Tapi tubuh Millo lebih besar dan tinggi daripadaku. Mungkin jika orang yang tidak tahu akan mengira bahwa akulah adiknya dan Millo kakaknya. 

Sudah lah ceritain Millo, bosen.

Oh iya aku bersekolah di Mackenzie High School, sekolah popular yang berisi siswa siswi berprestasi. Dan MHS ini adalah sekolah yang didirikan oleh sebuah band besar yang sudah Go Internasional. MHS memang termasuk sekolah elit dikotaku, meski begitu namun setidaknya kedua orangtuaku masih mampu untuk membiayai uang sekolahku dan juga Millo.

Pagi ini aku telah dibangunkan oleh alarm paling ampuh, yakni teriakan Bunda. Bangun tidur aku langsung bergegas untuk Sholat Subuh dahulu, setelah itu baru berpakaian seragam.

"Pagi Bun, Pa" sapaku setelah berada dimeja makan.

Bunda tersenyum manis kearahku.
"Pagi sayang. Oh iya adek kamu mana? Belum bangun? Panggil gih." suruh bunda.

Aku mengerucutkan bibirku. Setiap pagi memang selalu seperti ini. Millo memang jika tidur, sangat susah untuk dibangunkan. Dasar kebo.

"Yaudah" ucapku pasrah.

Setibanya didepan kamar Millo, aku langsung mengetok pintunya keras keras.

"Woy apaan dah" teriak Millo dari dalam.

Aku tertawa senang. Menganggu adikku ini memang salah satu hobiku. Lalu pintu pun dibuka, Millo keluar dengan wajah kesal. Untung saja Millo sudah berpakaian seragam. Aku hanya acuh seraya bersenandung kecil.

"Lo selalu kayak gini, kak." ucapnya.

Aku hanya tertawa cengengesan.

"Gue disuruh Bunda buat bangunin lo. Makanya kalo gak mau gue yang bangunin, bangun lebih cepet dong. Ayo ah berangkat, ntar gue bisa telat." Millo seperti ingin protes.

"Tap- tapi gue belom sarapan, kak." ucapnya.

Aku menatapnya tidak tega. Adikku ini memang memiliki kebiasaan buruk, yakni doyan makan. Makanya badannya lebih besar daripadaku.

"I dont care. Siapa suruh lama banget. Udah ah no bantah pokoknya!" perintahku.

Millo hanya menggerutu. Aku cekikikan melihat tingkahnya.

"Bun, Pa kami berangkat dulu ya." pamitku pada Papa dan Bunda.

Bunda dan Papa mengangguk.

"Hati-hati bawa motornya, Mill" nasehat Papa.

Millo mengangguk patuh. Lalu aku pun menyalami tangan Papa dan Bunda.

Lima belas menit akhirnya aku tiba didepan gerbang MHS. Aku memang meminta pada Millo agar mengantarku hanya sampai gerbang. Aku hanya tidak ingin diduga nantinya, bahwa aku berpacaran dengan Millo. Bukan karena adikku itu tidak tampan, bukan. Itu salah besar. Bahkan Millo memiliki segudang fans disekolahnya, tiap hari pasti ada saja yang mendatangi rumah dan memberikannya cokelat. Lalu cokelat itu pun berakhir ditanganku. Aku memang sangat menyukai hal yang berbau Cokelat.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang