Broken Vow

6.1K 460 23
                                    


Never play with others feeling.

Because you may win, but you'll surely lose that person for your entire life.

Olivia memandang hasil jerih payah masakannya dengan tidak berselera. Matanya menatap kosong ke arah makanan-makanan yang sudah dia tata dengan rapih di atas meja makan. Bahkan dia mual melihat masakannya sendiri.

Ini sudah kesekian kalinya dia menemukan suaminya pergi dengan seorang wanita. Wanita yang sama yang dilihatnya beberapa bulan yang lalu di Fifth avenue. Mereka terlihat mesra seperti layaknya sepasang kekasih. Awalnya dia ingin menghampiri mereka, namun diurungkannya niat itu. Olivia belum bisa menerima jika memang terjadi sesuatu antara suaminya dan wanita itu.

Suara pintu terbuka, kemudian tertutup menyadarkan Olivia dari lamunanya. Dia tetap dalam posisinya –duduk di kursi makan- tanpa mau menghampiri suaminya dan menyapanya. Olivia perlahan membangun tembok dalam dirinya, memasang wajah sedatar mungkin dan mulai menyendokan nasi pada piringnya tanpa memperdulikan suaminya yang dia yakin sudah berdiri tepat di ujung meja makan.

"aku sudah makan" suara maskulin yang selama 3 bulan ini menemaninya memecah keheningan.

"aku tidak menawari mu untuk makan" dustanya. Olivia menebak, mungkin suaminya sudah makan malam dengan wanita itu, dan entah mengapa, dia masih memasak malam ini.

Aiden –suaminya- bukan tidak sadar bahwa sudah satu bulan ini ada kecanggungan yang terjadi diantara dirinya dan istrinya itu. Dia ingin bertanya kenapa wanita itu menjadi kaku dan dingin terhadapnya. Dan pemikiran bahwa istrinya tahu kalau dia kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya dibelakang istrinya membuat tubuhnya menegang seketika.

Tidak. tidak mungkin dia mengetahuinya, batin Aiden.

Pria itu bukan tidak mencintai Olivia. Dia mencintai istrinya, namun disatu sisi dia juga –masih- mencintai mantan kekasihnya. Jujur saja, jika ditanya siapa yang dipilihnya, maka dia tidak akan pernah bisa memilih. Dia membutuhkan Olivia, ingin wanita itu menjadi ibu dari anak-anaknya, ingin wanita itu menemani dirinya di masa tua nanti, namun disisi lain dia juga membutuhkan Ava.

Aiden membalikan tubuhnya, berniat untuk pergi ke kamar ketika mendengar Olivia memanggilnya, "Aiden."

Dengan cepat Aiden membalikan tubuhnya dan menatap Olivia yang kini sudah menatapnya, tepat ke manik matanya. "I just ask for once" Olivia memberi jeda. Mencoba membuat Aiden penasaran dengan ucapan yang selanjutkan akan dia utarakan.

Tubuh Aiden entah mengapa menegang. Menanti ucapan Olivia selanjutnya seperti narapidana yang menanti hukuman dijatuhkan. "are you cheating on me?" tanya Olivia dengan nada dibuat setenang mungkin.

Walaupun yang sebenarnya terjadi adalah jantungnya berdegup dengan kencang menanti jawaban dari Aiden. Entah pengelakan yang akan keluar dari bibir pria itu, atau kejujuran yang di pilih pria itu.

Aiden terdiam mematung di tempat. Dia merasa bahwa beberapa-detik yang lalu malaikat baru saja mencabut nyawa-nya tanpa belas kasihan. Dadanya sesak dan rasanya tubuhnya bisa meluruh kelantai detik ini juga.

Pria itu menarik nafas dan merasa sakit pada bagian paru-parunya, seperti terpaksa menelan lempengen logam panas. "pada dasarnya.... aku tidak berselingkuh. Hanya saja... aku.. dan dia.. memang tidak mengucapkan kata putus saat aku menikah denganmu" jawabnya perlahan sembari terus menatap wajah Olivia, mengamati reaksi apa yang akan ditunjukan dari wajah wanita bermata hazel itu.

Broken VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang