3. Marva & Vito
Aku sedang memasang perangkap tikus di bangku musuh bebuyutanku sejak dulu.
Di bangku cowok rese, Vito.
Kulirik kanan kiri, kelas masih sepi. Ya jelas, sekarang masih jam enam. Biasanya anak-anak mulai berdatangan jam enam lebih.
"Marva! Nagapain lagi lo?" suara Irina mengagetkanku. Sungguh.
"Astaga.. Kadal buntung! Lo ngapain ngagetin gue?"
Aku segera duduk di mejaku, tepat dibelakang Vito.
Biasanya si bodoh Vito akan langsung duduk, sambil bercanda dengan Revan.
"Apaan nih? Perangkap tikus?" ujar Irina sambil menahan tawanya.
"Lo pikir Vito sebego apa Mar? Dia pasti bakalan sadar lah kalo ada perangkap tikus dibangkunya.."
"Liat aja nanti.." seringaiku keluar.
Ada yang bilang Kenalilah orang itu dari musuhmu, karena musuh itu yang paling tau segalanya.
Yeah, that's right.
Gue tau semua tentang Vito jelek.
Dia selalu datang sekitar jam-aku melirik jam tanganku- sekarang, berangkulan dengan Revan.
Dan tadaa, dia datang dengan Revan. Berangkulan dan bercanda.
Seperti yang gue prediksi.
Kemudian tatapannya mengarah padaku, dan berkata.
"Heh kuntilanak kesambet pocong!"
Yah, kata itulah.
Aku tak tau makna dibalik perkataannya.
Kemudian dia berjalan dengan Revan menuju bangkunya.
Revan duduk di bagian luar, sedangkan Vito duduk di pojok. Begitupun aku.
Aku duduk di pojok dekat jendela, dan Irina di bagian luar.
"It's show time, Irina.."
Irina yang sedaritadi asik mengunyah permen karet langsung menatap kedatangan Vito.
Vito mulai masuk ke dalam sangkarnya dan..
Satu…
Dua…
"Anjrooot! Kampret! Pantat gue bengkak!!" teriakannya sungguh membuatku tertawa terpingkal.
Anak-anak kelas yang sudah terbiasa dengan tingkah kami yang selalu berantem malahan ikutan tertawa.
"Kunti! Pasti elo kan pelakunya?" tunjuk Vito padaku.
"Udah tau nanya.." kataku sambil tertawa.
"Vit! Pantat lo makin seksi aja!" ujar Revan sambil tertawa.
"Bener banget, Van!" timpal Irina.
Dan tawa kelaspun semakin meledak.
★
Aku sedang asik makan bakso di kantin ketika ada cicak gemuk lembek dan menjijikan muncul di depan wajahku.
"Aaaaaaa!! Cicak buntung genduuuut!!"
Teriakanku dihadiahi oleh tawaan dari Vito, siapa lagi.
Aku terjengkang dan jatuh ke bawah. Rok abuku menjadi kotor terkena kuah bakso.
Aku mundur ke belakang, "Jauhin ga Vit!!" teriakku kesal.
"Kenapa Marva? Cicak kan imut.. Embek kenyal gitu.." ujarnya sambil menyodorkan cicak sialan itu kepadaku.