4. Claretta & Sachin
Kapsul waktu.
Gue pernah bermimpi lagi mendem suatu kaleng bekas biskuit twister saat masa kecil.
Bukan, itu bukan mimpi.
Itu kenyataan.
Dan tau ga gue mendem kapsul waktu itu sama siapa?
Sama si curut Sachin!
Cowok itu pergi keesokan harinya setelah pemendaman dan dia sekarang kembali lagi.
Tapi dalam wujud berbeda.
Dulu dia kelinci imut.
Sekarang curut amit.
Dia hampir tiap hari bikin gue nangis karena ulahnya yang bikin otak gue mendidih.
Seperti saat ini.
"Sachiiin!! Kutu kupreeet! Curut buntiiing! Sialaan!"
Berbagai sumpah serapah kulontarkan untuk Sachin.
Dengan badannya yang tinggi tegap itu, mampu menjatuhkan diriku hanya dengan senggolan di pundakku.
Dan hasilnya, aku terdampar di negeri antah berantah bernama tong sampah.
Mengerikan.
"Kenapa boncel? Gabisa keluar ya? Badan lo kekecilan sih!"
Sialan kuadrat.
Dia tertawa di atas penderitaan gue.
"Sachin lo nyebelin bangeeeet!!" ujarku sambil berusaha keluar dari tong sampah ini.
Dengan kekuatan yang tersisa, gue lempar dia dengan botol pocari di samping gue.
Sial.
Dengan tengilnya dia meliuk menghindar, tanpa menoleh sedikitpun.
Dia itu setan kali yah?
Masa ga liat bisa ngehindar gitu.
Sebelum hilang di belokan, dia sempat menoleh dan melet.
Kambing.
Aku menghela napas. "Sabar, Retta.."
Kuelus dadaku sendiri.
Untungnya sekarang udah pulang sekolah.
Kalo masih pagi kan berabe.
"Apa liat-liat?" ujarku ganas.
Gada yang bantuin gue apa?
Apa mereka seneng liat tontonan gratis ini?
Mamaaaaaa..
★
Akhirnya setelah kurang lebih dari lima belas menit datanglah pahlawan kesorean.
Pak satpam.
"Neng, neng ngapain di tong sampah?" ujar pak satpam dengan kepala botak itu.
Kayanya bisa buat ngaca deh.
Muahaha.
"Lagi nyari curut pak.." ujarku mendengus.
"Ah yang bener neng?" ujar si satpam kaget.
Ya enggak lah pak!
Ya kali gue nyari curut. Ngapain juga..
"Saya kejepit pak, tolongin dong..." kataku melas.
"Ah iya neng, sini dibantuin.." ujarnya seraya menarikku keluar.
Dengan cepat aku membersihkan diri dari sampah bau yang menempel di sekujur tubuhku.