"maaf pak, saya terlambat!", teriak Joe tiba tiba yang membuat seluruh kelas terkejut. Terlebih lagi Giselle, ia baru saja ingat kalau Joe sekelas geografi dengannya. Pelajaran terhenti sejenak.
Tadi kenapa dia tak ke kelas bersama saja? Kenapa dia malah menyuruhku cepat cepat? Sebenarnya apa sih yang dia pikirkan?!
"apakah hanya di kelas saya saja kau terlambat, Joe Stevenson? " Mr. Andreas. Ya, dosen killer itu menatap Joe dengan tatapan tajam. Tangannya yang tadi sibuk memainkan spidol kini hanya diam bersembunyi di balik saku celana nya.
Joe hanya bisa tertunduk sambil menanti hukuman apa lagi yang hendak ia terima. Matanya tak sanggup menatap Mr. Andreas. Pernah ia menghukum muridnya hanya karena salah meletakkan dokumen penting di mejanya. Saat ini seakan Joe tidak bisa lagi menghindar dari hukuman lainnya.
"masuklah," ucap Mr. Andreas kemudian yang sontak memecah suasana. Ia membetulkan kacamata nya lalu melanjutkan pelajaran seperti biasa. Ia tampak telah melupakan kejadian tadi. Joe pun terlihat sangat terkejut, begitupun dengan teman-teman lainnya. Bagaimana Mr. Andreas bisa sebaik itu pada murid yang bisa dibilang "kurang" di bidang geografi?
Kring... Kring... Kring...
"huahh!! Akhirnya bel itu berbunyi juga.. " Lucy meregangkan otot ototnya.
" Giselle, keluar yuk! " lanjutnya mengajak Giselle.
" maaf, aku tidak bisa. Aku---"
" hey Lucy! Kamu lupa ya dia cewek apaan? Dia beda sama kita. Dia terlalu sibuk membuat tugas yang bahkan belum waktunya dikerjakan! " Vidia memotong pembicaraan Giselle dengan cepat.
Giselle hanya tertunduk sambil membuka buku tebalnya satu per satu. Hal itu sudah biasa baginya. Tidak ada yang mau berteman dengannya. Baginya, lebih baik sendirian daripada mempunyai teman tapi tidak punya waktu untuk having fun bersama. Giselle lebih tak mau menyakiti siapapun. Terkadang, Joe geram pada orang-orang yang suka mengganggu Giselle seperti tadi. Ia juga kasihan melihat Giselle, namun ia selalu ragu untuk memberitahukannya.
"hey Joe! Siang ini ada pertandingan kan? Kenapa kau masih disini? " tanya Bryan, teman satu tim basket dengan Joe.
" Nih! " Joe men-chest pass bola basketnya keras, namun Bryan berhasil menangkap nya.
Siang ini, sepertinya Joe sedang bad mood banget. Kenapa sih dia? Pikir Bryan.
" Nanti aku akan menyusul ke ruang klub. Jangan cari aku ya! " ucap Joe sambil menyambar tasnya lalu berjalan keluar kelas. Bryan semakin bingung dengan perilaku Joe.
" huuh... Oh ya, Giselle, kau kan dari tadi disini. Tau nggak apa yang terjadi sama Joe? " Bryan sempat melihat Giselle sedang belajar di kelas itu, jadi tanpa pikir panjang dia bertanya tentang Joe pada Giselle dengan tatapan penasaran nya yang khas.
" Uhm... ap... apa?! " Giselle terbata bata karena terkejut. Bagaimana tidak? Cowok yang bahkan dia tidak tahu namanya tiba-tiba bertanya kepadanya.
" Sudahlah! Lupakan saja, teruskan saja belajarnya! " Bryan berubah menjadi ketus.
Hh... anak itu merepotkan saja! Gumamnya kemudian.
***
Siang sudah terik. Universitas tampak sepi karena kegiatan belajar mengajar dihentikan lebih awal. Seluruh siswa berkumpul di lapangan basket untuk menonton pertandingan basket antar universitas.
Sementara itu, terlihat Bryan mondar mandir di depan pintu ruang klub basket sambil sesekali men-dribbling bola basketnya dengan setengah kesal.
"kemana sih tuh anak?! " pelik Bryan.
Dari arah kanan, Bryan melihat seseorang tengah berlari ke arahnya. Seorang cowok, tinggi berambut merah itu menghampiri Bryan dengan nafas yang sudah tak beraturan. Bryan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada cowok itu. Yang ia tahu, dia hanyalah si cerewet Hendrick yang satu tim basket dengannya."woy! Sadar nggak jam berapa sekarang?! Kau nggak mau kan Joe dikerubungin cewek cewek sialan itu?! " bentak Hendrick kasar kepada Bryan. Bryan tampak shock mendengar perkataan Hendrick barusan.
" damn it! Jadi Joe udah ada disana?! Asal kamu tau ya, Joe itu 100% lebih sialan dari cewek cewek itu!! " balas Bryan tak kalah kasar. Mereka berdua segera berlari menuju lapangan basket.
Di depan perpustakaan, Bryan dan Hendrick bertemu Giselle yang sedang mengutak atik laptop nya. Hendrick menghentikan langkah nya, begitu juga dengan Bryan yang kebingungan dgn hal gila apa lagi yang akan dilakukan temannya itu.
"hai Nona, kau tak menonton pertandingan basket ini? Tidak tertarik ya? " tanya Hendrick.
" hei! Apa sih yang kamu lakukan?! Jangan ganggu dia, percayalah, dia tak mungkin mau menonton pertandingan itu!! " bisik Bryan ke telinga Hendrick.
" hey man, seluruh universitas harus tahu kebolehan Hendrick yang luar biasa ini! Tak terkecuali si jenius ini" jelasnya.
"maaf, aku tidak bisa. Aku---"
"ya ampun! Kau tidak tahu ya? Mr. Jeremy yang mengusulkan mu untuk mengikuti olimpiade Sains di Perancis akan menemui mu disana! " Hendrick terlihat begitu yakin dengan caranya membujuk Giselle.
" apa yang kau katakan?!!!!! " geram Bryan karena Hendrick sudah mulai bertingkah di luar akal sehatnya.
" benarkah? Kalau begitu aku akan segera kesana! " ucap Giselle penuh semangat. Ia langsung menutup laptop nya dan berlari ke arah lapangan basket universitas.
" sudah kubilang kan? Haha... Yuk kita susul Joe! " ajak Hendrick kemudian.
Hmh! Lihat saja, jika ia masih melakukan hal gula seperti tadi bahkan saat pertandingan, aku takkan segan segan untuk membunuh nya! Gumam Bryan sambil mengiyakan ajakan Hendrick.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rapturous!
RomanceRapturous merupakan novel pertamaku yg diambil dari bahasa inggris yang artinya "perasaan yang berbunga bunga" krn baru pertama, mungkin typo nya banyak. Jd, harap maklum ya.... Menceritakan tentang kisah cinta 2 orang remaja. Seorang cewek jenius...