Setibanya Bryan disana, ia melihat Joe sedang berkumpul bersama tim nya. Tak ada satupun cewek disana. Bryan menatap Joe kesal. Kekesalannya bertambah saat Joe membalas tatapan dingin Bryan hanya dengan "hai?" . Kedua orang itu segera ikut berkumpul dengan Joe.
Sementara itu, mata Giselle masih jelalatan mencari Mr. Jeremy di bangku penonton di lapangan basket itu. Semakin lama ia mencari dosennya itu, ia perlahan menyadari bahwa cowok berambut merah itu telah menipunya. Namun ia sudah terlanjur masuk ke bangku penonton yang lama kelamaan penuh sesak sehingga kecil kemungkinan ia bisa keluar dari sana. Ia terpaksa duduk diantara cewek cewek alay yang selalu meneriakkan nama "Joe!"
Joe dan timnya kini mulai memasuki lapangan. Joe tampak terkejut melihat lawan mainnya kali ini. Bisa dibilang mereka adalah senior karna Joe pernah dilatih oleh seseorang diantara mereka. Awalnya ia ragu bertanding basket dengan 'mantan pelatih' nya sendiri. Mantan pelatih Joe yang bernama Raymond itu menatap mata Joe tajam yang mengisyaratkan bahwa ia menantang Joe.
Joe sangat mengenal Raymond. Ia adalah sosok tegas dan pemarah. Jika ia marah, bahkan seluruh stadion bisa dirobohkannya hanya dengan sekali pukulan.
Otaknya refleks mengingat kembali kejadian 3 tahun lalu, dimana ia pertama kali bertemu Raymond dan Raymond langsung menyuruh Joe lari keliling kompleks rumah tempat tinggal Joe 3 kali. Katanya, hal itu merupakan cara yang efektif untuk mengatur pernapasan Joe.
Namun, walau Raymond adalah seorang pelatih yang menyebalkan dan terkadang membuatnya ingin melempar sekarung tomat tepat di wajahnya, harus diakui bahwa Raymond masuk dalam daftar orang yang paling ia rindukan selama liburan musim panas. Sisi baik Raymond adalah humble, open handed, dan ia selalu ada saat Joe membutuhkan bantuan nya. Joe selalu nge share semua masalah nya pada Raymond. Oleh karena itu, sampai detik ini, Joe masih belum percaya kalau lawan mainnya adalah Raymond.
"dari sekian pertandingan, baru kali aku melihat mu secemas itu, ada apa Joe? " tanya Bryan memecah kelamunan Joe.
" tidak, hanya teringat masa lalu... " jawab Joe lirih.
" jadi dia yang membuat mu cemas, Joe? Tenang saja, sebentar lagi aku akan mematahkan kakinya itu! " Kata Hendricks penuh semangat.
" yang terpenting, JANGAN BUAT MASALAH! " bentuk Bryan sambil mengambil tatapan sinis.
Pertandingan pun dimulai. Seluruh tim Joe bermain dengan antusias, terlebih lgi Hendrick. Begitu pula dengan tim Raymond yang tak kalah antusias nya. Gerakan lincah Raymond seolah mengisyaratkan bahwa Joe dan tim nya itu takkan bisa mengalahkan tim Raymond. Sementara Joe, ia masih belum bisa memfokuskan pikirannya ke pertandingan, sehingga bola yang ia pegang seringkali jatuh ke tangan lawan dengan mudahnya.
Beralih ke Giselle yang tampak sangat gelisah. Hanya tugas tugas nya yang ada di pikirannya saat ini. Ditambah lagi cewek cewek alay itu semakin gencar meneriakkan nama Joe yang semakin menambah kegelisahan nya semakin menjadi jadi.
"mungkin Tuhan ingin aku beristirahat. Dan karena itulah aku ada di sini sekarang. "Giselle berusaha positive thinking. Tiba tiba saja, kelamunan Giselle pecah karena Joe melihat ke arahnya. Ia memasang wajah terkejut dan tak percaya. Mereka bertatap tatapan dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya, Bryan menepuk pundak Joe yang mengisyaratkan bahwa Joe harus fokus ke pertandingan.
"hey Giselle, nggak nyangka ya, kamu masih sempat kesini. " ujar Jenna, cewek tomboy dari kelas sejarah.
" iya, sepertinya aku butuh hiburan. "
" memang nya, orang seperti mu juga butuh hiburan? Terus bagaimana dengan tugas tugas mu,? "
“sebenarnya, aku tidak berniat kesini. Seseorang menipuku dengan membuat situasi palsu ini" Giselle menjelaskan.
"terserahlah! Tapi kalau kamu mau, aku bisa saja mengeluarkan mu dari sini. Dengar ya, cewek kutu buku kaya kamu nggak pantes berada di lautan cewek cewek brengsek ini. Tuh liat pintu kuning yang udah lapuk itu. Kita akan keluar dari situ. "
" kalau itu lebih baik, baiklah"
Kedua cewek itu keluar dari bangku penonton. Jenna menarik tangan Giselle setengah kasar, hingga membuat Giselle sempat tersandung. Mereka berlari menuju pintu kuning yang diceritakan Jenna.
Memang sih mereka berhasil keluar dari stadion, tapi mereka malah masuk ke tempat yang tak pernah terpikirkan oleh Giselle. Ya! Toilet cowok!
"kenapa kita kesini?! Menjijikan! " Giselle kesal. Ya, kesal kepada orang yang baru ia kenal.
" memangnya kamu mau kukembalikan kesana lagi? Enggak kan? Makanya diam saja!! "bentak Jenna sambil mencengkeram pergelangan tangan Giselle semakin kuat.
Selanjutnya, mereka berdua berhasil keluar dari tempat itu. Jenna segera melepaskan tangan Giselle.
" itu Menjijikan! Tapi terimakasih karna kau telah melakukan semua ini untukku "
" Woo-hoo!! Kau pikir itu gratis?! Sebagai gantinya, kau harus membuatku mendapatkan A di bidang fisika. Ok? " Jenna kembali bersemangat.
Ya ampun! Aku bahkan tak punya waktu untuk belajar. Bagaimana bisa aku mengajarinya? Mimik muka Giselle menjadi panik.
" astaga! Kau tidak kuminta untuk mengajari yetti ataupun Bigfoot kan?! Ini hanya aku. Kenapa panik begitu? "
" ok, mungkin aku bisa membantu mu " jawab Giselle pada akhirnya. Ia seolah kehabisan kata kata saat berbicara dengan Jenna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rapturous!
RomansaRapturous merupakan novel pertamaku yg diambil dari bahasa inggris yang artinya "perasaan yang berbunga bunga" krn baru pertama, mungkin typo nya banyak. Jd, harap maklum ya.... Menceritakan tentang kisah cinta 2 orang remaja. Seorang cewek jenius...