Lagu:
You and I - Ingrid Michaelson"Jam berapa sih?! Masa lo mau digituin?" Ella sudah meracap entah berapa menit lamanya.
Benar juga sih ucapan Ella.Sudah satu setengah jam aku duduk di kursi ini ditemani satu gelas es teh yang sudah ku refill berkali kali.
Ya,awalnya niat sih nungguin dia,tapi kalau kaya gini lebih baik aku kerja.Hitung-hitung lumayan juga buat ngelanjutin kuliah.
"Ya abis gimana laa,mungkin gue kesepian banget kali ya?" Aku tahu kok kekhawatiran Ella itu benar,tapi entah kenapa aku belum bisa beranjak dari tempat duduk ku. Last straw of hope maybe.
"Ya gini deh la,gue tungguin dia setengah jam lagi,oke?"
Tut.Mati.
Ella pasti marah besok karena aku tidak mendengarkan ucapannya.
Mataku beranjak dari piring kosong berminyak peninggalan dari appetizer ku. Mau dibilang apa? Aku memang sudah lapar daritadi.Aku pun menatap pasangan didepanku,yang 10 menit terakhir ini tertawa terus. Dan tidak. Aku tidak "jealous". Jujur itu tidak mengusik ku.
Yang mengusik ku dari tadi adalah tatapan silih berganti dari orang-orang di restoran yang berasumsi macam macam.
Ya,memang pria yang kutunggu itu belum datang.Bahkan mungkin takkan datang. Tapi sudahlah.Ini wajar kan? Dengan blind date harusnya kan kita sudah tahu ada posibilitas akan hal hal seperti ini. Ya kan?
Ini lagi. Pelayan yang kerap menanyakan orderan makan.Bisakah malam ini tambah menyebalkan?
Kursi kosong didepan ku ini sudah kaku bagaikan fossil.Diam.Tak bergerak.Tak tersentuh.Sampai " penemunya" datang.
Loh? Pelayannya kenapa datang lagi? " Misi mba, sudah selesai? Sudah mau billnya?" Dan dengan itu mataku berputar sinis."Mba.saya ini masih menunggu seseorang.Saya bakal panggil kalau butuh "jawabku dingin.
Oh sudahlah meja Kiri dan kanan yang berbisik,aku bisa melihat kalian.
Sungguh.Aku lelah .Tunggu.Kenapa pelayan yang tadi itu menunjuk nunjuk ke arahku.Jelas ,itu bosnya tapi pelayan itu bilang apa? Dia complain?
Okay.Aku tahu restoran ini sedang ramai-ramainya tapi..apakah mungkin?Aku akan diusir???
Dia menuju kesini.Bersiap saja aku malu total.
" Hai! Kamu cantik banget malem ini.Bukannya kamu ga cantik tiap hari sih,kemarin pas kita dirumah ku kamu pake kaos aja juga aku udah seneng kok. Aku minta maaf ya,aku telat." Dia bukan Bena. Terus.Ini siapa? Dia berbisik "udah ikutin gue aja,percaya sama gue". Dan aku pun hanya diam. Dia menaikkan kacamatanya untuk menyamarkan bisikannya ." Daripada malu?"dia berbisik lagi. Orangnya cukup meyakinkan sih. Aku pun mengikuti sandiwaranya.
"Makasih! Gapapa kok aku tadi udah makan appetizernya duluan kok" Ku tutup semua actingku dengan sebuah senyum manis.
"Ya udah,ke rumahku aja deh lagi,kayanya disini terlalu rame.Aku bakal masakin deh.Tadi itu aku kerja kelamaan.Sorry ya!" Hebat juga improvisasinya.
Dia pun menengok melihat manager yang berdiri tepat dibelakangnya. Manager itu melongo sambil memegang billku. HAHAHA RASAIN.
"Terima kasih, pak! Sini saya bayar" Dia mengeluarkan dompetnya dan..TUNGGU.DIA BENER BENER BAYARIN GUE?
Aku menggapai lengannya namun dia hanya menggangguk dan tersenyum.
"Itu ya Pak.Lebih sih tapi ,keep the change." Dia berujar dengan percaya diri .
Dia mengulurkan tangannya kepadaku."Yok sayang" dia mengajakku pergi. Aku menggandengnya dan berjalan keluar disertai tatapan heran dari kiri dan kanan.
A/N : So that's it guys the prologue ! Gimana menurut kalian? I'm open for suggestions and criticism. Kalian bisa komentar dan aku pasti baca. Xoxo,ara
KAMU SEDANG MEMBACA
Tali Sepatu
Teen FictionKalau Ave tidak terlalu lama single ,dia sebenarnya juga tidak akan setuju untuk blind date. Sudah setuju pun,datenya malah tidak datang. Sampai.. Yang mendatangi adalah takdir sendiri.