Everything Before

1.1K 123 63
                                    

WELCOME TO
KEMPER RHODES

"University's like this little world,
A bubble of time separate from
Everything before and everything after."

●●●

1

LELAKI itu sudah duduk di sofa ruang tamu rumahnya selama berjam-jam. Pagi ini adalah pagi yang penting untuknya. Pagi yang akan menentukan masa depannya. Pagi yang mungkin akan mengubah hidupnya.

Ia tak pernah menyangka bahwa kedatangan pengantar suratlah yang berhasil membuatnya bangun sepagi ini. Ia tak ingin melewatkan detik-detik menegangkan sebelum surat pengumuman itu datang, meski ia harus mengakui kalau ia merasa gugup bukan main.

Bagaimana tidak, sekolah asrama yang ia tuju adalah Kemper Rhodes, sekolah terkenal sekaligus asrama terbaik nomor satu di Bradfield. Gelar itulah yang mengharuskan ia untuk bersaing dengan ribuan orang pintar lainnya saat tes masuk.

Kening lelaki itu berkerut, menandakan bahwa ia sedang dalam konsentrasi penuh. Jari-jari tangannya memutar-mutar benda berbentuk segi empat yang terdiri dari persegi-persegi lain dengan ukuran yang lebih kecil. Ia sedang memainkan rubik bersama saudara perempuannya yang sedang duduk tepat di hadapannya. Mereka sedang melakukan perlombaan kecil.

"Taruhan. Kalo lo lulus, gue bakal nyerahin semua uang hasil kerja musim panas gue ke lo. Semuanya. Enggak terkecuali." Ucap saudara perempuannya, mata keduanya tetap terfokus pada rubik yang sedari tadi mereka mainkan, "Tapi kalo enggak, lo bakal jadi budak gue sampe akhir musim panas."

"Setuju." Ucap lelaki itu bersamaan dengan tersusunnya semua warna di masing-masing sisi rubiknya, ia langsung memencet stopwatch dan membaca hasilnya; 3 menit 14 detik. Tiga detik lebih cepat dari rekor sebelumnya.

Ia lagi-lagi memenangkan permainan dan tersenyum mengejek ke arah saudarinya yang kini hanya memutar bola mata. Mereka mulai mengacak rubik-rubik itu lagi.

Ada beberapa macam ukuran rubik di hadapan mereka, selama lebih dari sejam, mereka hanya bolak-balik mengacak dan menyusun warna-warna di rubik itu. Tidak ada aktivitas lain yang menarik perhatian mereka. Ia sedang gugup, maka hal inilah yang biasa ia lakukan untuk menenangkan pikirannya.

Ketika ia mendengar bunyi bel, rubiknya sudah ia kerjakan setengah jalan, tapi ia sudah tak memerdulikan rubik itu lagi. Ia melemparnya ke atas meja dan berlari ke arah pintu. Saudara perempuannya ikutan berhenti memainkan rubik dan mengintip di balik jendela.

"Tunggu bentar!" Teriak lelaki itu.

Ketika ia membuka pintu, ia tak pernah menyangka bahwa ia merasa begitu lega saat melihat wajah pengantar surat. Meski pengantar surat itu hanya memandanginya dengan ekspresi datar dan tak bersemangat.

"Ada surat untuk Calum Hood."

Lelaki itupun mengangguk, "Saya sendiri."

"Baiklah. Silakan tanda tangan di sini."

Setelah menandatangani pernyataan bahwa paketnya telah diterima, pengantar surat itu menyerahi surat yang dimasukkan ke dalam amplop persegi panjang. Lelaki itu menghela napas lalu mengucapkan terima kasih. Ia tak membuang-buang waktu lama untuk merobek amplop dan membuka isinya.

Kemper Rhodes | Calum Hood (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang