1

222 21 1
                                    

Dentingan suara piano terdengar dari luar kamar. Matahari sudah mengintip melewati sela-sela jendela kamar.

Seketika aku terbangun. Hey! Indah sekali nada itu. Pertama kali aku mendengarnya, aku benar-benar jatuh cinta akan setiap melodi yang tercipta dari piano itu. Ketika itu, aku yang masih berumur 5 tahun, bahkan tidak tau berasal dari manakah suara indah itu. Aku berlari keluar kamar, dan mendapati ayahku sedang memainkan jari-jarinya pada balok-balok kecil berwarna putih dan hitam. Astaga, apa itu? Benda itu besar sekali.

"Ayaah! Benda apa ini?" selaku sambil berlari menghampiri ayah yang spontan berhenti bermain setelah mendengar suaraku.

"Hey sayang, kau membuatku terkejut," ayah tertawa, "Kau bahkan tak mengucapkan selamat pagi untukku?"

"Ih aku lupa, maaf ayah. Selamat pagi ayah! Ini benda apa? Kok besar banget yah? Terus kenapa bisa ngeluarin suara yang indah?"

"Kamu yah," ia tersenyum, lantas mengacak rambutku. "Ini namanya piano, kau lihat? Nah ini tuts piano nya.." ayah menekan 8 tuts secara berurutan, keren! Nadanya selalu naik setiap ayah menekan tutsnya ke arah kanan! "Nah sekarang ayah ulang, do-re-mi-fa-so-la-si-do."

"Apa setiap tuts nya selalu berbunyi seperti itu yah? Kenapa nggak pakai huruf atau angka saja?" aku masih banyak pertanyaan, untunglah ayah bersabar.

"Ada kok, ketika kau masih ingin belajar menggunakan satu tangan, seperti menggunakan pianika, kau menggunakan angka 1-2-3-4-5-6-7-i, nah tapi, bagi ayah, lebih mudah menggunakan C-D-E-F-G-A-B-C. Disebutnya chord," jelas ayah.

Saat itu, aku yang belum masuk SD, entah bagaimana, aku mengerti akan penjelasan ayah.

Selesai ayah menjelaskan sedikit tentang piano, ibu datang memanggil ayah untuk sarapan karena ayah harus kerja. Tak perlu lama-lama, aku segera berlari menuju kursi piano dimana ayah tadi duduk.

Ting..Ting..

Indah sekali. Aku menutup mataku, menekan dengan sembarang tuts piano yang menurutku indah. Tanpa kusadari, aku sedang bermain. Sungguh. Aku benar-benar bermain menggunakan semua jariku, dan nadanya.. pas! aku membuka mataku dan teringat pada lagu kesukaanku saat ini, Balonku. Lantas aku mencoba semua tuts piano itu, dari C hingga C lagi. Dari nada yang paling rendah hingga paling tinggi. Ya, aku senang mendengar nada yang berada di antara nada rendah dan tinggi, aku senang dengan nada yang berada di tengah itu. Aku menekan tuts itu satu-persatu, hingga tak sadar, aku sudah bermain dengan kedua tanganku, dan aku membawakan lagu Balonku, tanpa tau chord apa saja yang sudah kupakai.

Aku mulai bernyanyi. Rasanya menakjubkan sekali. Aku bernyanyi dengan nada yang sangat pas dengan iringan piano yang kubawakan. Lagu itu memang singkat. Kucoba pada nada yang lebih tinggi. Ini keren! Aku bahkan bisa bernyanyi dengan nada yang lebih tinggi lagi.

Aku masih tak mengerti mengapa aku bisa melakukannya, tapi ini sungguh menyenangkan. Lantas, aku hendak menutup piano, ayah dan ibu sudah berdiri di belakangku. Mereka benar-benar sedang memasang raut muka syok. Memangnya aku sudah melakukan apa?

"Kamu..?" ibu tak bisa berkata-kata. Bahkan ayah yang tadi menjadi 'guru' pianoku tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi.

"Yah tentu saja, aku belum mengerti mengapa mereka harus terkejut dengan permainanku. Aku berlari saja menuju meja makan, lantas meminta sarapan pada ibu dengan memasang wajah tanpa dosa.

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang