2

128 19 7
                                    

Namaku adalah Alin. Umurku baru 12 tahun. Aku semakin suka dengan piano. Sejak pertama kali aku bermain Balonku, sungguh, aku benar-benar merasa senang. Dari kejadian itu juga, aku semakin suka bernyanyi.

Setiap hari, setelah pulang sekolah, aku selalu menyempatkan diri untuk bermain piano dan bernyanyi walau hanya sebentar, hal itu benar-benar menyenangkan bagiku. Aku tak pernah mendapat les dari ayah dan ibu, tapi entah kenapa, aku semakin bisa bermain dengan piano, hey, bahkan sekarang aku bisa membaca not balok!

Seiring berjalannya waktu, 2 tahun tak terasa, aku sudah berada di bangku SMP. Dan besok adalah hari pertamaku masuk. Aku cukup senang, karena masa orientasinya tidak mengharuskanku memakai sesuatu yang merepotkan—seperti di film gitu.

Selesai membereskan keperluanku untuk besok, aku bergegas meraih selimutku dan tidur.

Pagi yang cerah datang. Aku bergegas mandi, memakai seragam SD-ku dan menghampiri ibu yang sibuk dengan masakannya.

"Hayoo hari pertama, nggak kerasa ya?" sahut ibu seraya mengambil piring. "Kalo ada yang ganteng bilang-bilang ibu ya!"

"Ih ibu, aku ketemu temen baru aja belum, udah bahas begituan," jawabku.

"Yaa baiklah, cepat habiskan sarapanmu dan berangkat!" ibu bergerak cepat tanpa ada kesalahan. Aku bergegas menghabiskan sarapanku juga.

Ini ramai sekali. Tidak adakah teman SD-ku disini? Sungguh aku benar-benar bingung harus kemana, ibu hanya menertawakanku dari dalam mobil lalu pergi.

Brukk!

Kacau. Aku menabrak seseorang, dan terjatuh.

"Eh maaf!" sahutku.

"Tak apa. Hey, kau anak baru juga ya?" ia segera berdiri dan menghadapku.

"Iya..ngg, maaf ya, beneran tadi aku nggak liat," aku ikut berdiri.

"Hey! Tidak usah kaku begitu," ia menyodorkan tangannya, "Siapa namamu?"

"Alin"

"Hai Alin, aku Melisa," anak itu tersenyum. Ia manis sekali. "Ayo kita lihat daftar kelasnya!"

Melisa. Nama yang indah. Kulitnya putih, tingginya sama denganku, dan rambutnya yang coklat panjang sebahu, yang kusuka adalah wajahnya, ia manis.

Aku hanya menggangguk lantas mengikutinya ke mading. Melisa berada di 71, sedangkan aku di 74. Hm, semoga di kelas yang asli, aku bisa sekelas dengannya. Kami naik ke lantai 3, lalu masuk ke kelas masing-masing.

Muridnya banyak sekali. Aku benar-benar merasa malu jika belum kenal siapa-siapa. Tetapi, tiba-tiba seorang anak laki-laki menghampiriku seraya duduk di sebelahku. Uh oh, dia tampan. Tapi, dia tak terlihat seperti seumuran denganku. Sial, aku tak menyadari bahwa dia adalah kakak kelasku, lihatlah, ia tak memakai seragam SD seperti anak baru lainnya. Aku gugup.

"Hai, gue duduk sini ya bentar? Kenalan dong. Nama lu siapa?" sahutnya. Aku bingung harus berbicara apa.

"Nggak papa pakai gue-lo? Kakak kan kakak kelas," aku benar-benar memalukan.

"Santai aja!" ia tertawa, "Gue Arka, nama lo siapa?" tanyanya.

"Gue Alin, kak" uh-oh aku benar-benar kaku.

"Salam kenal ya, Lin! Gue kesana dulu. Bye," ia melambaikan tangannya ke arahku seraya berlari kembali menghampiri teman-temannya—yang ternyata sedari tadi tertawa melihatku dengan kak Arka—lantas tersenyum ke arahku. Oh yaampun, ia tampan sekali!

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang