Who?

28 3 0
                                    


Leyya sedang berdiri di ambang pintu, tak lama kemudian Myesha yang sedang duduk di depan Perpustakaan melambaikan tangannya sekaligus menyuruh Leyya untuk menghampirinya.

"Leyy!! Tau nggaa!!"

"Hh.. orang Indonesia, belom ngomong udah ditanyain tau apa engga.." jawab Leyya

"Waktu dikelas kan tadinya gue mau duduk didepan sama Hana, nah pas gue udah balik ke tempatnya Hana, ternyata dia udah sama Shinta..."

"Terus?" Tanya Leyya

"Terus, gue di suruh duduk dibelakang mereka, dan ngga lama kemudian tiba-tiba Rafa duduk di samping gue. Ngga tau itu asal muasalnya gimana.. tangan gue pegangan sama Rafaa..... uwwaaa!!!!"

"Iww, menjijikan. Lo nyuruh gue kesini cuma buat dengerin ocehan lo yang ngga bermutu gitu?" ujar Leyya. Myesha cemberut menanggapi perkataan Leyya

"Hahaha... yo ndak laa.. jadi udah ganti nih? Bukan Naif lagi?" tanya Leyya, dan Myesha hanya senyum malu-malu

"Gue kok ngga kenal Rafa sih, murid baru, ya?" tanya Leyya

"Bukaann.. dia dari kelas 10.7 kok.." jawab Myesha

"Oh.."

"Lo ngga kepo gitu, Leyy?" tanya Myesha

"Dih, ngga guna banget" jawabnya ketus, tapi sebenarnya ada sesuatu yang terbesit dibatinnya.

"Tapi, masa iya, lo ngga kenal? Dia wakil tim basket loh. Ketua sama wakil tim basket kan pasti terkenal," jelas Myesha

"Kalo gue ngga kenal, berarti dia ngga terkenal."

Lama mereka berbincang, bel pulang sekolah berbunyi, Leyya dan Myesha langsung bergegas untuk pulang karena harus mengikuti latihan senam tongkat dan semaphore yang diadakan sekolahnya dan diikuti oleh kelas 10 dan 11 untuk menyambut orang penting di daerahnya.

Aduh, udah pada baris lagi, telat mulu sih gue ̶ racau Leyya sembari berlari kecil, dan kegiatan latihan pun mulai berlangsung. Setelah 30 menit berlalu, pelatih mempersilakan anak-anak untuk beristirahat

"Pelatihnya cucok, yaa," celetuk Shakila, dan Leyya menanggapinya dengan senyuman kecil

"Mau anterin gue beli minum ngga, Sha?" Tanya Leyya, yang mendapat anggukan dari Shakila

Baru saja Shakila dan Leyya akan duduk, pelatih membunyikan peluitnya guna memberi aba-aba pada anak-anak supaya berbaris lagi. Sekaligus sebagai tanda, bahwa istirahat sudah selesai.

"Kejem amat tu orang, tadi pantat gue masih ngambang Leyy.."

"Udah ah, yuk"

"Ayo! Barisannya dirapihin! Itu yang belakang!" teriak si pelatih, secara otomatis anak-anak menoleh kebelakang tanpa terkecuali Leyya.

"Weh, baris.. baris.." tuntun anak laki-laki pada teman-temannya agar berbaris dengan tertib, ia berbaju pramuka lengan pendek dan di dalam baju pramukanya terdapat baju merah lengan panjang, sehingga membalut kedua lengannya.

Ngga mecing banget ̶ ucap Leyya dalam hati, saat melihat anak laki-laki tersebut, dan Leyya langsung membenarkan posisinya kembali. Latihan pun mulai berlangsung.

Tak terasa jarum pendek pada arloji Leyya sudah menunjukkan pukul 4, dan pelatih baru membubarkan latihan, biasanya lebih awal dari ini.

"Leyyaa, nunggu jemputan?" Tanya Diba ̶ teman kelas 10.2 Leyya yang sekarang berada di kelas 11.4

"Eh, iyaa, Dibaa.. yuk bareng.." ajak Leyya ramah

"Diba, Diba, gue mau tanya, deh.. yang namanya Rafa itu gimana, sih?" Tanya Leyya

"Namanya Havier Rafa Athar, baik kok, dia juga pinter matematika sama fisika"

"Hoo... makasih, Dibaa. Betewe, nanti tunjukin ke gue ya," kata Leyya yang mendapat acungan jempol dari Diba.

3 hari setelah mengetahui nama Rafa, kebetulan saat jam istirahat Leyya berpapasan dengan Diba, Leyya meminta pada Diba untuk menunjukan sosok Rafa yang diceritakan oleh Myesha, Diba pun menyetujui ajakan Leyya.

"Rafaa, ada yang nyari niih!!" teriak Diba saat sampai di kelasnya ̶ 11.4

"Ih! Diba, ngga usah teriak!"

"Nah, itu yang nengok kesini!" Diba menunjuk salah seorang dari sekumpulan anak laki-laki di kelasnya yang sedang bermain game online

Lalu, sekumpulan anak laki-laki itu menengok kearah sumber suara, yang membuat Leyya terkejut dan langsung melarikan diri dari hadapan mereka.

Dia kan yang kemaren... ̶ ucap Leyya lirih

***

Sepulang sekolah, Leyya langsung merebahkan tubuhnya yang terasa sangat berat diatas ranjangnya, ia menatap kosong langit-langit kamarnya, dan pikirannya terbang kesana-kemari.

Kalo aja lo ngga cerita tentang temen lo yang namanya Rafa, gue ngga bakal kaya gini, Myesh ̶ batin Leyya

Leyya, lo kan baru liat mukanya setelah tiga hari tau namanya, dan lo benci hal ini ̶ gumam Leyya bermonolog, kemudian merubah posisinya yang terlentang menjadi tengkurap

Lo Philophobia, Leyy.. ngga boleh, ini ngga mungkin Lo harus tetep pegang prinsip awal. Lo ngga boleh suka cowok. Ya, setidaknya gue masih bisa cuek ̶ lanjutnya

Gue ngga mau kalo masa-masa sekolah dicampur adukan dengan masa depan yang bener-bener masih jauh buat gue raih ̶ gumam Leyya yang terakhir dan kemudian dia terlelap

The Secret FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang