CHAPTER 3

159 17 0
                                    

"Ada apa kau memanggilku ke sini, Nocha?" tanya Juliana ketika ia tiba di dalam ruangan yang sangat gelap. Insting vampirnya membuatnya waspada.

Tiba-tiba ia mendengar rintihan seorang gadis.

Dan ia juga mencium bau darah.

Gigi taring mulai muncul tanpa mampu Juliana kendalikan. Dan tanpa sadar, Juliana sudah menerkam gadis itu dan meminum darahnya.

"AAAAARGH!!!" teriak Juliana kesakitan. Tenggorokannya bagai terbakar. Rasanya begitu perih tak tertahankan.

Juliana langsung menggeliat di lantai. Suara tawa seorang pria membahana.

"Hahaha ... aku tak menyangka kau akan terjebak semudah itu, Lilith!"

"Nocha! Sudah kuduga ini semua pasti akal bulusmu!" jerit Juliana dengan murka.

Nocha muncul dari balik kegelapan sambil membawa jarum dan infus berwarna bening.

"Darah gadis itu sudah kucampur dengan vervain. Namun jangan khawatir." Nocha menyuntikkan jarum infus ke dalam nadi Juliana.

"Aaaargh! Apa yang kau lakukan?"

Juliana hendak melawan, namun tubuhnya kini lemah karena sengatan vervain dalam darahnya.

"Jika kau ingin vervain murni, akan kuberikan!"

Nocha segera mengalirkan vervain itu ke dalam tubuh Juliana. Jeritan gadis itu makin kencang.

"Kenapa? Kenapa kau lakukan ini?"

"Akulah yang lebih pantas jadi pemimpin, bukan kau!" seru Nocha.

Tiba-tiba sesosok bayangan menerjang tubuh Nocha. Jarum infus itu ikut tercabut, menumpahkan isinya.

Juliana tak percaya siapa yang menolongnya.

Januar.

Mereka berdua bergelut. Nocha semula unggul dan melemparkan tubuh Januar. Namun pemuda itu lalu mengambil kantung infus berisi vervain dan menyemprotkannya ke wajahnya.

"AAAAARGH!!!" kini giliran pemuda itu yang menjerit kesakitan. Dengan segera ia terbang melarikan diri.

Juliana akhirnya berhasil meredakan efek vervain itu dalam tubuhnya dan bangkit berdiri. Ia sempat berharap bahwa Januar menyelamatkannya karena ia peduli kepadanya, namun pemuda itu hanya menjawab.

"Sekarang kita impas. Kau pernah menyelamatkanku dan kini aku sudah menyelamatkanku. Jangan pernah cari aku lagi."

Pemuda itu hendak meninggalkannya, namun Juliana lalu berseru.

"Mau kemana kau pergi? Apa kau masih mengharapkan cinta Lana?"

Januar langsung menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Darimana kau tahu tentang Lana?"

"Saat aku mengubahmu menjadi vampir, aku bisa membaca sebagian ingatanmu. Kenangan manis yang selalu kau kenang, aku melihatnya seakan aku mengalaminya sendiri. Dan kau selalu menyimpan memori tentang Lana, gadis yang kau cintai sepenuh hati, tapi tak pernah membalas perasaanmu."

Januar hanya terdiam.

"Aku benar kan? Dia sudah mencintai orang lain. Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Mencarinya?"

"Kau takkan pernah mengerti, Juliana. Hatimu telah lama mati." balas Januar, kali ini dengan nada penuh simpati. "Kau tak tahu, namun saat kau mengubahku menjadi vampir, sekilas kenanganmu juga terbaca dalam benakku."

CITY OF ASHES: PART TWOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang