"Ehmm.. ye.."
"CHRISTINA! KAMU MAU BANGUN JAM BERAPA?! INI UDAH JAM SETENGAH TUJUH!"
Hah?
"Apaan sih Ma?"
"BANGUN CHRISTIN INI UDAH JAM SETENGAH TUJUH!"
"HAH?! JADI..."
Gue diam.
"Itu semua cuma mimpi?"
"KAMU MAU SEKOLAH GA SIH?"
Astaga! Mati gue!
-
Lalu di sinilah gue. Duduk diam di pojok paling belakang. Menatap lesu semua yang ada. Bahkan berisiknya kelas pun gak berarti buat gue saat ini. Hanya karna satu alasan, sebuah mimpi.
Itu cuma mimpi. M-I-M-P-I!
Gue, gue bingung. Gue gak ngerti lagi. Kenapa itu cuma sebuah mimpi? Bunga tidur. Beberapa memory jangka panjang bocor dan menyatu, menjadi sebuah rangkaian cerita.
Tapi, kenapa itu semua tampak nyata? Apa boleh berharap hal itu akan menjadi nyata? Atau, itu sebuah pertanda?!
Orang bilang kalau mau mimpinya terkabul jangan ceritakan pada siapapun. Gue juga ga tau kenapa, tapi gue mau percaya. Gue lebih dari sekedar ingin mimpi itu terkabul. Tapi yang aslinya terjadi lengkap tanpa kepotong dan yang jelas, nyata.
Iya! Gue yakin itu bakal kejadian! Pasti!
"Tin! Buset dah!"
"Ha?"
"Gila kali ya lo? Dateng dateng mepet ama bel masuk, di kelas diem kayak orang bego, trus abis diem senyum-senyum ga jelas, lo stres?"
Gue cuma senyum.
"Sekarang senyum lagi, gila emang lo!"
Yah, sorry ya Tha, gue ga bisa cerita sama lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trial and Error
Teen FictionKenapa setiap gue coba pergi gue pasti bakal balik lagi sama lo? Gue udah gak bisa lagi menahan segala luka yang lo buat. Terlalu sakit. Semua orang menatap iba. Seakan gue gadis malang yang harus di kasihani. Seolah mereka tau apa yang gue rasakan.