Chapter 10

3.1K 272 0
                                    

Dosa apa lagi yang kulakukan?

•CHAPTER TEN•

"Jihae~ah!"

Gadis itu masih diam, tatapannya terfokus pada guci di balik kaca, di mana terdapat foto seorang wanita cantik yang tersenyum. Ia meletakkan bunga kecil di dalam lemari kaca itu, tersenyum kelu saat menatap wajah ibunya. "Ibu, maaf. Aku datang terlambat."

Pria paruh baya di sampingnya segera memeluknya, rasa bersalah menghimpit dadanya. Ia tahu betapa sulitnya menyimpan kebenaran ini dari anaknya. "Maafkan Ayah."

.
.
.

Gadis itu melayani pelanggan di kafe dengan lesu. Taehyung memperhatikan dengan khawatir; ia tak pernah melihat Jihae sekusut ini. Tiba-tiba, seorang pria masuk ke dalam kafe, matanya tertuju pada Jihae yang tampak termenung di meja kasir. Ia melangkah mendekatinya.

"Jihae."

Tak ada jawaban. Taehyung pun mendekati mereka.

"Jihae~ah!"

Panggilan itu seakan tak terdengar oleh Jihae. Matanya hanya menatap kosong ke depan. Jungkook menatap Taehyung dengan penuh tanda tanya, lalu memberanikan diri mengelus pelan kepala Jihae. Gadis itu sedikit terkejut dan segera tersenyum. "Eoh, ada apa?"

"Kau memikirkan sesuatu?" tanya Taehyung.

"Tidak. Tidak ada."

"Bohong," gumam Jungkook pelan. Jihae menundukkan wajahnya.

"Kau ada masalah?" tanya Taehyung lagi.

Jihae menatapnya, matanya berkaca-kaca seolah air mata itu adalah representasi dari rasa sakitnya. "Ibuku..."

.
.
.

Jungkook memberikan segelas air putih kepada Jihae, yang masih sesenggukan karena menangis. Kini, mereka memahami alasan mengapa Jihae diperlakukan tidak adil oleh keluarganya. Selama bertahun-tahun, ia menanggung beban berat. Ibunya meninggal akibat tindakan ibunya yang sekarang. Jimin dan adiknya hanyalah saudara tirinya, dan karena itu, ia bukan siapa-siapa bagi keluarga itu.

"Walaupun mereka berbuat tidak baik padamu, kau masih memiliki aku, bukan? Masih ada Jungkook. Dan juga, ayahmu. Dia menyayangimu. Berhentilah menangis, ibumu tidak akan suka melihat anaknya dalam keadaan seperti ini."

Jungkook mengangguk dan tersenyum. Tak disangka, pria yang terkadang menyebalkan itu memiliki sisi hangat dalam dirinya.

"Terima kasih," Jihae tersenyum, merasakan syukur yang tulus. Setidaknya Tuhan masih memberinya kebahagiaan lewat kedua pria ini.

Setelah itu, Jihae memasuki rumah mewah tersebut. Seorang wanita dan anaknya tengah menunggu kedatangannya. Emosinya meledak, ia menghampiri gadis pucat itu dan menamparnya.

Plak!

Jihae memegangi pipinya yang memanas akibat tamparan itu. Kesalahan apa lagi yang ia perbuat sekarang?

"Kau sudah puas, hah! KAU PUAS MELIHATKU MENDERITA SEPERTI INI KAN!"

Jihae menundukkan kepalanya. Tidak, ia pun tidak ingin seperti ini. Kenapa mereka meluapkan kemarahan dan dendam pada Jihae? Salahkah jika ia terlahir dari ibu seperti itu? Salahkah dirinya berada di rumah ini?

"I... Ibu..."

"AKU BUKAN IBUMU! Semua ini terjadi karena kau! Karena ibumu! Hidupku hancur. Kau sama saja seperti dia! Seharusnya kau mati! MATI!"

Mianhae(미안해)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang