Tolong izinkan aku berhenti berusaha dan mengakhiri segala harapanku
•CHAPTER ELEVEN•
Di balik kaca ruang ICU, suasana tegang menyelimuti. Semua orang tampak cemas menatap seorang gadis muda yang terbaring lemah di sana, tubuhnya tersambung dengan berbagai alat bantu pernapasan. Gadis itu terlihat rapuh, tubuh kurusnya semakin memperlihatkan kesan betapa berat penderitaannya. Ia menanggung semua ini sendirian, tanpa mengeluh, tanpa meminta bantuan. Apakah karena ia terlalu baik atau terlalu bodoh untuk menanggung semuanya sendiri?
Taehyung, yang berdiri di sudut ruangan, memandangi keluarga Park satu per satu. Ini pertama kalinya mereka datang mengkhawatirkan Jihae. Tapi bagi Taehyung, hanya ayahnya yang benar-benar peduli. Yang lain tampak enggan, seolah kedatangan mereka hanyalah formalitas untuk memenangkan hati sang kepala keluarga. Tuan Park, yang menyadari kehadiran dua pemuda asing itu, akhirnya angkat bicara.
"Kalian berdua siapa?" tanyanya dengan nada datar.
"Saya Taehyung, rekan kerja paruh waktu Jihae. Dan ini Jungkook, teman sekelasnya," jawab Taehyung dengan suara tenang.
"Paruh waktu?" Tuan Park mengerutkan dahi.
"Ya, dan karena Anda sudah di sini, sepertinya saya harus menjelaskan sesuatu mengenai hal ini."
"Apa maksudmu? Kerja paruh waktu? Apa yang perlu dijelaskan?" suara Tuan Park terdengar semakin tajam.
"Jihae bekerja paruh waktu di kafe kecil di sudut kota untuk mendapatkan uang. Dia juga bekerja di beberapa tempat lain untuk memenuhi kebutuhannya. Jika Anda bertanya kenapa dia melakukannya, tanyakan pada istri Anda dan anak-anaknya. Apa yang mereka lakukan selama ini pada gadis yang tidak bersalah itu? Bagaimana bisa mereka menelantarkan Jihae hingga jatuh dalam kondisi seperti ini? Apa kesalahannya hingga mereka membencinya begitu dalam?" Suara Taehyung bergetar, meski ia berusaha tetap tenang.
Tuan Park terdiam. Hati kecilnya terasa hancur. Bagaimana bisa ia tidak tahu keadaan putrinya sendiri? Air mata mulai mengalir di wajah pria yang semakin menua itu, seolah pertanyaan itu menghantam seluruh kesadarannya. Kenapa selama ini dia tidak tahu apa pun?
"Maaf, saya tidak bermaksud ikut campur urusan keluarga Anda," sambung Taehyung, berusaha meredakan ketegangan.
"Sudah berapa lama dia bekerja paruh waktu?" tanya Tuan Park dengan suara lirih.
"Lima tahun lebih," jawab Taehyung pelan. "Tapi sebelum itu, dia juga sudah bekerja di beberapa tempat lain."
"Dan penyakitnya?" suara Tuan Park semakin lirih.
"Aku baru tahu belakangan ini. Tapi berdasarkan rekam medisnya, Jihae sudah menderita penyakit ini selama dua tahun."
Kata-kata itu membuat semua orang terdiam. Selama 2 tahun belakangan ini, Jihae berjuang sendirian. Keluarga Park, yang mendengar kenyataan itu, tampak terhenyak. Jimin menunduk, merasa tertampar oleh kenyataan pahit ini. Hatinya terluka, perasaan bersalah membelenggunya. Kenapa semuanya terasa begitu menyakitkan?
Jungkook berdiri di dekat kaca, menatap Jihae yang masih terbaring tak berdaya. Kenapa dia belum membuka matanya? Kenapa dia tidak mengatakan apa-apa? Kenapa dia tak lagi tersenyum?
.
.
Di sebuah rumah yang sunyi, Jungkook melangkah pelan melewati ruang tamu menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti ketika suara wanita paruh baya memanggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae(미안해)✓
FanfictionMIANHAE SERIES I [END] Happy Reading!!! Biarkan aku menyerah... Biarkan aku pergi tanpa beban... Setiap kali aku menatap ruangan putih kosong ini, rasa hampa yang menyiksa terus menghujam hati... Apakah aku boleh berhenti mencoba? Apakah aku bisa be...