Part 1 {Jimmy and The Genk}

201 4 0
                                    

- Jessica Jodha Jasse -
Udara segar pagi ini menyapaku. Aku segera mengayuh sepeda kesayanganku menuju ke sekolah. Ya! Aku bukanlah anak orang kaya, aku hanya orang yang sederhana. Hidupku jauh dari kata mewah. Ku nikmati perjalananku menuju sekolah, jarak rumah denganku tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 3 km. Huft! Akhirnya aku sampai juga, aku segera memarkirkan sepedaku di tempat parkir sekolah, lalu bergegas menuju kelas ku.
.
"Jodhaaaa...." teriakan cempreng itu menyambutku ketika baru saja memasuki kelas, dia adalah temanku, Juliet.
.
Aku mengusap kedua telingaku, "Ya ampun, Jul. Ini masih pagi! Kesambet setan mana lo, pagi - pagi udah teriak ? Bisa budeg nih kuping gue!" Omelku pada Juliet.
.
Ia malah nyengir kuda dan menarik tanganku.
"Hehe, iya maaf. Gue pengen curhat sama lo" bisiknya.
.
"Curhat aja kali, biasanya juga gitu, gue pasti ngedengerin semua curhatan lo, kapan sih gue nyuekin lo?" Ucapku pada sahabatku itu.
.
"Setiap hari" sungutnya.
Memang sih, gue pasti nyuekin dia abisnya yang dia ceritain pasti nggak jauh dari masalah cowok, dan aku ga suka ngebahas yang ga jelas gitu.
.
"Oke, kali ini gue ga bakal nyueki lo, tapi....." aku menggantung kata - kataku sambil duduk dikursiku, capek juga mengayuh sepeda.
.
"Tapi apa'an???" heran Juliet sembari menduduki kursi di samping ku.
.
"Bukan tentang cowok" tegasku sambil mengacungkan jari telunjuk ku dan menggerakkan ke kiri dan ke kanan tepat didepan wajahnya.
.
Ia menghela napas kasar, "Yaaahhhh...." keluhnya.
.
Sudah bisa ditebak ia pasti akan bercerita tentang masalah cowok. Ia terlihat kecewa saat mendengar bahwa aku tidak akan mendengarkan ceritanya jika ia bercerita tentang cowok, aq tidak pernah melihat wajah Juliet sekelas ini, What happen??? Apakah Juliet-ku benar-benar sedang jatuh cinta??? Sampai sekecawa itu saat aq menolak ia menceritakan padaku. Huft! Aku tau, aq adalah teman satu-satunya sahabat Juliet yang as selalu tau tentang kehidupan ceritanya.
.
"Cepet cerita, gue bakal dengerin apapun yang lo ceritain, jangan cemberut gitu donk, Jul" hiburku sambil mengangkat wajahnya yang tadi sempat tertunduk lesu.
.
Ekspresi Juliet berubah 180°, matanya berbinar dan bibirnya mencetak senyum yang manis, "Beneran, Jo?" katanya yang masih tidak percaya sambil membenarkan kerudungnya.
.
"Iya, cepet cerita, sebelum gue berubah pikiran" kataku sambil tersenyum padanya.
.
"Makasih, Jo... Lo emang sahabat terbaik gue!" heboh Juliet sambil memelukku erat. Ya ampun nih anak! Lebay banget sih.
.
"Iyaaa.... Lepasin, Jul" kataku

sambil mencoba melepaskan diri dari Juliet.
.
"Hehe, maaf maaf. Sekarang gue mau cerita nih" ucapnya sambil menatapku lekat.
.
"Hmmm cepetan" jawabku ogah-ogahan.
.
"Lo tau gak cogan kelas sebelah ?" tanyanya antusias.
.
What? Apaan tuh 'cogan'? "Apaan ??? Cogan ???" tanyaku.
.
Ekspresi Juliet langsung datar, "Lo ga tau cogan ???" tanyanya lesu.
.
Aku menggeleng pelan.
.
"Cogan itu singkatan daro cowok ganteng, Jo!" jelasnya.
.
"Oh... Cogan yang mana? Yang gue tau, di sekolah ini gak ada cogan" kataku jujur, karena aku pikir di sekolah ini biasa - biasa aja.
.
"Hh... Susah ya punya temen unik kayak lo!" kesal Juliet.
.
"Unik apa udik ?" tanyaku karena aku tau apa maksud dari kata 'unik' itu.
.
"Hehe.. Lo tau sendiri kan, lo itu ga pernah ngomongin cowok, mana mungkin lo tau di sekolah ini banyak cogan, ngelirik aja lo juga ogah, ya kan ?" katanya mantap.
.
"Emang apa sih maafaat nya? Ga ada kan" jawabku tak kalah mantap.
.
"Oke oke, gue ngalah, ga ada habisnya nanti kalo gue debat sama lo. Lo tau si Jimmy anak kelas sebelah itu?" kata Juliet kembali sumringah.
.
"Jimmy??" aku mencoba mengingat wajah cowok bernama Jimmy, aku sudah tak asing dengan nama itu, "Oh, Jimmy yang famous itu?" tanyaku.
.
"Iya, lo tau juga" ucapnya malu-malu.
.
"Kenapa sama si Jimmy? Lo jadian sama dia?" tanyaku.
.
Ekspresinya kembali mengenaskan, ada apa dengan Juliet? Sebentar-sebentar senang, sebentar-sebentar sedih, apa aku bersahabat dengan orang gila? Aku pikir tidak, menurut penerawanganku sih *cielah* ia sedang di mabuk cinta.
.
"Gue ga jadian, Jo, do'a in aja!" ucapnya.
.
"Lah trus ??? Lo lagi PDKT sama dia ???" heranku.
.
Juliet kembali menggeleng.
.
"Lo naksir sama dia ??" tanyaku malas.
.
"Kenapa lo harus naksir sama itu cowok, dia itu cowok ga baik, kelihatan dari mukanya, dia itu playboy, ceweknya dimana-mana, dia juga terkenal di sekolah, gue ga mau mau lo sakit hatu untuk yang kesekian kalinya, Jul!" ucapku,, anggap saja aku ini kejam, tapi aku sudah tidak mau lagi melihat Juliet menangis karena seorang cowok. Kisahnya sama seperti itu, ia menyukai seseorang, lalu mencoba mendekati tetapi gagal dan akhirnya saat si cowok berpacaran dengan cewek lain, Juliet sakit hati dan menangis seharian di rumahku.
.
"Tapi, Jo. Kali ini beda, gue bener-bener suka sama dia, kalo yang dulu-dulu itu mungkin cinta monyet" belanya.
.
"Ya udah, yang penting gue udah meringatin loe, terserah lo aja, asal lo seneng, gue juga ikut seneng" ucapku mencoba menghiburnya.
.
"Makasih, Jo" ucapnya.
.
Aku mengangguk, semoga saja kali ini Juliet tidak lagi sakit hati, aku merasa kasihan saat melihatnya menangis hanya karena seorang cowok yang tidak mengerti betapa istimewanya sahabatku itu.
.
"Woi... Jo, Jul, udah disini aja lo berdua" jerit Jazyra bingung sambil menduduki kursi di depanku.
.
"Biasa" singkatku.
.
"Siapa lagi" tanya Jazyra.
.
Jazyra paham apa maksudku, pasti dia menanyakan siapa lagi lelaki yang sedang di taksir Juliet, tapi aku memilih untuk bungkam karena Jazyra adalah cewek yang suka merebut cowok yang sedang ditaksir Juliet, Juliet juga sedikit dendam dengan Jazyra, tapi aku selalu meyakinkan Juliet agar memaafkan Jazyra dan bersikap baik padanya.
.
"Hmm, siapa lagi Jul?" tanya Jazyra, kali ini keras, seperti menuntut.
.
"Siapa apanya, Kaz?" tanya Juliet sedikit kesal, ia berpura-pura tidak tau apa maksud dari Jazyra.
.
"Cowok yang lo taksir?" kata Jazyra langsung, aku pikir terkadang Jazyra bersikap tidak tau malu saat menanyakan hal itu. Karena pasti setelah ia mengetahui siapa orang yang ditaksir oleh Juliet, ia langsung mencoba mendekati orang tersebut. Aku dan Juliet mulai berhati-hati kepada Jazyra.
.
"Ga ada, gue sama Jodha Cuma lagi ngomongin lo aja, kenapa tumben jam segini belum dateng?" dusta Juliet disertai dengan senyum kecutnya.
.
"Oh, gue barusan dari kelas sebelah, katanya si Jimmy kena tilang gegara gak pake helm waktu berangkat sekolah, makanya nih kelas masih sepi, hampir semua murid pada kesana, lo berdua malah nyempil disini" jelas Jazyra.
.
Juliet langsung menatapku sekilas, aku tau maksudnya, ia sudah memasang kuda-kuda, karena Jazyra sudah mulai membicarakan Jimmy, lelaki yang sedang ia taksir.
.
"Si Jimmy kena tilang ?" tanya Juliet kepo.
.
"Iya, terus pada ribut tuh di kelas sebelah" jawab Jazyra.
.
"Masalah kek gitu doang jadi ribut? Kurang kerjaan banget mereka" sewotku.
.
"Ya ampun, Jo. Kalo Jimmylicious ada yang dengar biasa abis lo!" ucap Jazyra.
.
"Emang kenapa sih? Apaan pake Jimmylicious segala? Kataku. Udah kayak artis aja, pake ada nama fans.
.
"Ada apa sih ?"
"Tadi si Jimmy kena tilang"
"Kok bisa ?"
"Dia ga pake helm"
"Emang tuh anak, kaya tapi ga modal helm"
"Haha iya bro" terdengar ucapan teman-teman sekelasku yang baru saja memasuki kelas.
.
"Jam berapa nih ?" tanyaku pada Juliet.
.
"Udah jam 7" jawab Juliet setelah melihat jam tangan coklat yang melingkar cantik di pergelangan tangan kirinya.
.
"Woii... Bu Juwi udah kesini" koor John, teman sekelasku yang paling bandel.
.
Semua langsung duduk di posisinya masing-masing.
"Selamat pagi aanak-anak" sapa Bu Juwi setalh memasuki kelas
.
"Selamat Pagi, Bu" sahut semuanya.
.
.
+ Jam Istirahat+
.
"Ngantin yuk, Jo!" ajak Juliet.
.
"Yuk!" sahutku.
.
"Gue Ikuuuttt" teriak Jazyra.
.
"Mbuntut aja terus!" gumam Juliet yang masih bisa kudengar.
.
"Ayo Jaz, keburu habis nanti makanannya!" ucapku.
.
Kamu bertiga pun sampau dikantin, setelah memesan makanan, kami duduk disalah satu kursi panjang kantin. Aku berada ditengah, diantara Jazyra dan Juliet. Jazyra sedang sibuk dengan ponselnya, katanya mumpung ada WIFI, jadi dia bisa puas download game. Itu memang hobinya.
.
"Jo.. Joo.." bisik Juliet sambil menyenggol lenganku.
.
"Apaan sih, Jul?" heranku.
.
"Jimmy tuh.. Jimmy..." bisik Juliet sambil menatap segerombolan cowok populer disekolah.
.
"Ini pesanannya" ucap Bu Kantin sambil meletakkan pesanan kami diatas meja.
.
"Makasih, Bu" sahutku mewakili.
.
Aku menyeruput sedikit es ku untuk melepas dahaga.
.
"Jimmy ganteng banget deh!" oceh Juliet.
.
"Heh, Jo, lo liat gak?!" tegur Juliet, tapi masih dalam volume terkecil dalam dirinya, mungkin takut kalau sampai terdengar oleh Jazyra.
.
"Liaaatt... Jimmy nengik kesini!" bisik Juliet.
.
"Bukan berarti ngeliatin elo juga, neng" ucapku mengingatkan, supaya ia tak terlalu terbawa perasaan.
.
Kuliat ke arah gerombolan itu, ada seorang cowok yang berbeda.
.
.
- Jerry Jalal Jasson -
.
Hari ini aku datang lebih awal, aku memasuki kelasku, kelasku masih sepi, tapi tiba - tiba ada sekelompok anak lelaki yang berjalan menuju ke kelasku, pasti itu Jimmy, ia memang senang sekali membuat sensasi, temanku yang satu itu memang sudah mengalami "Star Syndrome" walaupun dia belum menjadi bintang. Aku sebenarnya merasa risih dengan sikapnya, tapi aku harus bisa memberitahunya saat dia melakukan kesalahan.
.
"Hai, Jal" sapa Jimmy sambil mengajak aku tos, akupun membalas tosnya.
.
"Ada apa, Jim? Kok rame - rame?" heranku saat di depan kelasku sudah penuh dengan murid - murid sekolah ini.
.
"Mereka kepo sama gue, biasa lah, artis sekolah emang gitu" ucapnya sedikit sombong.
.
"Emang lo buat ulah apa lagi?" tanyaku malas.
.
"Gue kena tilang" jawabnya enteng sambil duduk dimeja guru.
.
"Terus tuh anak - anak mau ngapai kesini?" bingungku.
.
"Mereka mau wawancarain gue, Jal. Lo kayak baru temenan sama gue aja" ucapnya.
.
"Iya, gue udah hapal kok sama sifat lo, sifat sombong dan pecicilan" kataku lalu pergi meninggalkannya, sepertinya Jimmya tidak tersinggung sama sekali, karena ini sudah kesekian kalinya aku menyindir dia soal kesombongannya.
.
Aku harus menerjang lautan manusia itu demi pergi menjauhi makhluk Tuhan paling sombong yang pernah aku kenal itu.
.
"Kak Jimmy...." ada yang terus memanggil nama Jimmya, ada pula yang mulai memanggilku.
.
"Kak Jalal.. Kak... Kak Jimmy nya kenapa kok bisa kena tilang?" teriak salat satu siswi, aku tak menanggapi semua pertanyaan mereka, aku berjalan ke Musholla untuk menenangkan diri.
.
"Hai kak"
"Kak Jalal.."
"Kaakk..."
Dan berbagai macam sapaan lainnya.
.
"Sayang!" yang satu itu berbeda, aku menoleh ke sumber suara.
.
Haduuuhhh.. Cewek ini lagi, aku tidak bereaksi dan aku pun meneruskan langkahku.
.
"Sayangg..." kali ini terdengar lebih manja dan dia mulai menggeleyot di lenganku.
.
"Apaan sih?" aku bersikap sesabar mungkin sambil mencoba melepaskan diri.
.
"Kok cuek gitu sih, beb?" manjanya sambil mengerucutkan bibirnya.
.
"Joceline!! Stop manggil gue kayak gitu!" emosiku melau tersuslut.
.
"Ciee Kak Jalal sama Kak Joceline balikaann.." ledek salah satu adik kelas yang melewati kami.
.
Aku tak menanggapinya, si Joceline malah senyam - senyum sendiri, "Iiihh.. Kamu kok gitu sih sama aku" ucapknya.
.
"Joce, kita itu udah nggak ada hubungan lagi, bukannya lo lebih milih mantan lo itu? Kenapa sekarang lo nempel ke gue? Sorry ya, gue bukan barang cadangan!" ucapku tajam.
.
Joceline tidak berkata apapun, ia sepertinya kaget, karena baru aku sadari bahwa kalimat yang baru saja aku lontarkan adalah kalimat terkejam yang pernah ku katakan pada Joceline.
.
"Maaf, Joce. Gue gak maksud, tolong jangan ganggu gue lagi. Be happy with your boy" ucapku pada Joceline, sebenarnya aku belum sepenuhnya melupakannya, bahkan aku masih sangat mencintainya, tapi mau bagaimana lagi, ia masih cinta dengan mantan pacarnya, Joshua. Jadi, aku lebih memilih memutuskan hubungan kami, Yup! Aku yang memutuskan hubunganku dengan Joceline, bahkan semua hubungan yang pernah aku jalani, semua aku yang memutuskan. Daripada aku harus tersakiti karena itu. Aku juga ikut bahagia jika Joceline bisa bahagia, meskipun bukan bersamaku, mungkin ada gadis lain yang bisa bahagia bersamaku. Tapi siapa? Apakah Jelita? Aku tertarik pada gadis itu, tapiii... Dia pacar sahabatku, Justin. Beruntung sekali Justin bisa memiliki Jelita, gadis yang cantik dan cerdas, idaman setiap pria di dunia ini.
.
Setelah aku memutuskan Joceline 2 minggu lalu, aku merasa gelisah, galau, merana:v layaknya remaja pada umumnya. Kalian rasakan saja, aku baru berpacaran dengan Joceline selama 4 bulan, dan aku harus mengakhiri hubungan yang awalnya sangat manis itu.
.
+Jam Istirahat+
.
Aku seperti biasa menghabiskan jam istirahatku bersama dengan Jimmy dan teman-teman 'populer' ku yang lain.
.
"Jim, anak-anak pada nanyain lo tuh!" ucap Justin pada Jimmy saat kami berjalan menuju kantin.
.
"Nanyain apa sih, Bro?" sahut Jimmy santai, dengan angkuh pastinya.
.
"Ceweekk.." jawab Justin.
.
"Ohh.. Cewek gue? Ada kok" enteng Jimmy.
.
"Siapa??" heranku.
.
"Jelita, cantik kan?" kata Jimmy santai.
.
"Wooiiii.. Punya gue tuh!" jerit Justin.
.
"Apaan? Bukannya kalian udah putus??" tanya Jimmy.
.
"Belumm.." elak Justin cepat.
.
"Lah? Si Jalal kan deket tuh sama Jelita, gue kira si Jelita lagi ama si Jalal?? Ternyata masih betah sama lo" cerocos Jimmy menyindirku.
.
"Halah.. Si Jalal mah belum bisa move on" celetuk Justin sambil menepuk bahuku.
.
"Apaan sih, Jus? Nggak lah" bohongku.
.
"Halah.. Lo mah ga mau cerita sama kita-kita" ucap Justin lagi.
.
Aku tak mempedulikan apapun yang di bincangkan mereka, aku sekarang sedang memperhatikan cewek yang duduk di kursi panjang Kantin, ada tiga cewek, ketiga nya berhijab. Cewek yang pertama sedang memandang ke arah gerombolanku sambil mengoceh pada teman disampingnya, dan cewek yang kedua sedang malas mendengar ocehan temannya tadi sambil menyeruput segelas es, dia tidak melihat ke arah gerombolanku. Wahh.. Itu pemandangan langka, semua mata di Kantin ini tertuju pada gerombolanku tapi dia malah seperti itu.
.
Wajah cewek itu tidak terlihat dengan jelas, ia terus menunduk sambil mengaduk-aduk es nya, heii ayo nengok kesinii. 1.. 2.. 3.. Dan dia menengok kesini, dia menatapku, aku langsung mengalihkan pandanganku, tapi aku sempat meliriknya.
.
Dia sangat manis, seperti orang India, meskipun dia tidak seputih dan setinggi Joceline ataupun Jelita. Tapi, sepertinya aku ingin lebih mengenalnya.
.
"Jim, cewek itu daritadi ngeliatin lo terus tuh!" bisik Justin sambil melirik cewek tadi yang terus memandang kesini.
.
"Halah.. Udah biasa, ga usah diliatin, dia nanti ke-geer-an" sahut Jimmy. Ya Allah, kenapa aku bisa berteman dengan orang sesombong dia? Huh..
.
"Hai Justiinn.." sapa Jelita.
.
"Hai sayaang" sahut Justin sambil mendekati Jelita.
.
Haduuhh.. Pemandangan yang tidak menyenangkan, aku mengalihkan perhatianku.
.
Dan tidak sengaja mataku dan mata cewek berhijab tadi bertemu, tetapi hanya sekilas. Sepertinya, ia mempunyai sifat mirip sepertiku, yaitu tidak bisa menatap mata seseorang dengan dalam dan lama.
.
.
+Kelas+
.
Bel sudah berbunyi, pelajaran selanjutnya akan segera dimulai, ini adalah jam pelajaran Seni Budaya, salah satu mapel favoritku setelah Matematika dan Bahasa Inggris.
.
"Selamat siang anak-anak" sapa Pak Joko saat memasuki kelas.
.
"Selamat siang, Pak" sahut seluruh isi kelas hampir bersamaan.
.
"Baik. Saya membuka pertemuan kali ini dengan membawakan sebuah pengumuman penting, Minggu depan akan diadakan pentas seni di sekolah kita--"
.
Belum selesai Pak Joko mengumumkan, seisi kelas sudah riuh, semua bersorak gembira.
.
"Stop.. Tolong tenang dulu, saya belum selesai bicara!" tegas Pak Joko, sontak semuanya diam memperhatikan. "Dan sekolah akan mengadakan lomba Drama musikal, semua kelas wajib mengikuti lomba ini dan para peserta terbaik akan menjadi perwakilan sekolah dalam lomba Drama Musikal tingkat Kabupaten/Kota. Jadi, karena waktu yang diberikan sangat singkat, kalian harus bergerak cepat, kalian harus menampilkan yang terbaik. Baik, sekarang saya memberikan waktu untuk merundingkan tentang hal tersebut, tetapi jangan buat keributan, saya ingin mengumumkan hal ini pada kelas lain." jelas Pak Joko.
.
"Siap, Paakk" sahut Justin bersemangat. Pak Joko pun meninggalkan kelas.
.
"Hei.. Gimana nih kita?" tanya Justin padaku dan Jimmy.
.
"Kita ikutin ajaa" santai Jimmy.
.
"Hello guys, gue ada ide, nyokap gue kan punya sanggar drama, kita latihan drama disana aja sambil belajar dan pastinya gratiiiss.. Gimana?? Pada setuju gak??" usul Jennifer, salah satu cewek populer di sekolah ini dan sekaligus mantan pacar Jimmy.
.
"Wwaaahh.. Kalo gue setuju"
"Setuju banget, Jen"
"Okelahh.."
"Siipp"
Sahutan dari setiap temanku yang saling tumpang tindih.
.
"Gue setuju" ucap Jimmy. "Kita latihan mulai nanti dan nanti kita tentuin cerita nya apa dan pembagian tokoh, terus besok kita baru mulai latihan, kita harus maksimal supaya kita bisa jadi perwakilan sekolah kita" lanjut Jimmy bijak. Terkadang, aku kagum pada sifat bijaknya, tetapi sifat sombongnya, melunturkan semua sifat baik yang ia miliki.
.
.
To Be Continued--
.
*) Tinna Dattaa (sbg Ichcha dlm serial Uttaran) as Jennifer.

Don't forget to vote and comment guys.....

See Yo Guys... 😊😊😊👋

J Love StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang