Lima

4.5K 255 8
                                    

Ibu Jaejoong sibuk menyiapkan sarapan seperti biasa. Ayumi bergabung dan membantu ibu tirinya itu. Satu persatu piring makanan diletakkan di atas meja makan.

"Panggil kakakmu untuk sarapan, tidak biasanya dia belum bergabung di meja makan dengan kita," pinta ibu Jaejoong.

Ayumi mengangguk dan langsung menuju kamar Jaejoong. Dia sangat bersemangat hari ini karena Jaejoong berjanji padanya untuk menonton film kesukaan Ayumi siang ini. Akhir pekan yang jarang bisa mereka nikmati karena Jaejoong selalu sibuk dengan pekerjaan kantor.

Ayumi mengetuk pelan pintu kamar Jaejoong, tapi tidak ada sahutan. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk saja. Saat dibukanya pintu kamar itu dan masuk ke dalam, Jaejoong masih berbaring di tempat tidurnya dengan tubuh ditutupi selimut.

"Niisan, jangan bermalas-malasan," ucap Ayumi yang sudah berdiri di samping tempat tidur Jaejoong dan menarik selimut itu dari tubuh Jaejoong.

Merasakan sesuatu, Jaejoong hanya melenguh dan menarik selimut itu kembali untuk menutupi tubuhnya.

"Niisan," panggil Ayumi sekali lagi sambil mengguncang tubuh Jaejoong dan menarik lengannya.

"Astaga! Niisan!" pekik Ayumi tiba-tiba. Dia merasakan panas di lengan Jaejoong. Dia langsung memegang dahi dan leher Jaejoong bergantian untuk memastikan.

"Niisan kau demam, astaga."

=-=-=-=-=-=-=

"Dia hanya perlu istirahat. Sepertinya dia akhir-akhir ini terlalu memaksakan diri bekerja terlalu keras sampai daya tahan tubuhnya melemah. Setelah beberapa hari istirahat, keadaannya akan pulih seperti semula," jelas dokter keluarga yang memeriksa keadaan Jaejoong.

"Syukurlah," ucap ibu Jaejoong lega. Kemudian dokter itu pamit.

"Niisan," Ayumi duduk di sisi tempat tidur Jaejoong sambil memegang tangan Jaejoong.

"Dia akan baik-baik saja," ucap ibu Jaejoong menenangkan Ayumi.

Janji menonton siang itu batal karena Jaejoong demam. Setelah diperiksa dokter pagi tadi, Jaejoong masih tertidur pulas. Ayumi bahkan idak keluar dari kamar Jaejoong dan terus berada di sana menjaganya. Sesekali mengelap keringat di wajah Jaejoong.

"Enghh," lenguh Jaejoong pelan. Mendengar itu Ayumi langsung menghampiri Jaejoong.

"Niisan, kau butuh sesuatu?" tanya Ayumi setelah duduk di sisi empat tidur Jaejoong.

"Ayumin, pukul berapa sekarang?" Jaejoong justru menanyakan waktu.

"Ini sudah pukul tiga sore," jawab Ayumi sambil menggenggam tangan Jaejoong.

"Kenapa kau tidak membangunkanku?" Jaejoong mencoba untuk duduk. Ayumi membantunya untuk bersandar.

"Kita bisa memikirkan hal itu lain kali, sekarang kau harus fokus pada penyembuhan demammu ini. Niisan, kau akhir-akhir ini terlalu keras bekerja. Jadi sekarang waktunya kau istirahat dan jangan pikirkan apapun," ucap Ayumi panjang lebar. Jaejoong hanya mengangguk lemah.

"Niisan tunggu sebentar, aku akan mengambilkan bubur untukmu, kau belum makan dari pagi tadi." Ayumi kemudian meninggalkan Jaejoong untuk mengambil bubur dan obat.

=-=-=-=-=-=

Pagi itu Ayumi membawa nampan berisi bubur, air mineral, dan obat ke kamar Jejung. Dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan siap untuk berangkat sekolah.

"Niisan, aku membawakan sarapan," ucap Ayumi sambil meletakkan nampan itu di meja samping tempat tidur Jaejoong.

Jaejoong masih meringkuk di tempat tidur. Demamnya sudah turun tapi keadaan fisiknya belum fit sepenuhnya. Ayumin menepuk pelan lengan Jaejoong, membangunkannya. Jaejoong melenguh pelan dan mulai membuka matanya.

"Ayumin, ohayou," sapa Jaejoong dengan suara sedikit serak.

"Ohayou, Niisan, makanlah, aku sudah membawakan bubur," ucap Ayumi sambil membantu Jaejoong duduk bersandar.

"Kau sudah mau ke sekolah? Tunggu sebentar, aku cuci muka dulu baru mengantarmu," ucap Jaejoong yang melihat Ayumi sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Tidak, Niisan harus istirahat total sampai sembuh total. Aku akan pergi dengan Yuta. Kau tidak perlu khawatir. Hanya sementara kau sakit."

"Tapi, Ayumin." Jaejoong tidak bisa menyelesaikan kalimatnya karna Ayumi langsung menyuapkan sesendok bubur ke mulut Jaejoong.

"Tidak ada tapi."

=-=-=-=-=-=-=

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya ibu Jaejoong yang membawakan bubur untuk makan siang Jaejoong.

"Sedang sangat tidak baik," jawab Jaejoong sekenanya.

"Ada apa?" ibu Jaejoong duduk di sisi empat tidur Jaejoong.

"Aku khawatir dengan Ayumin, hari ini aku tidak bisa mengantar dan menjemputnya, Eomma."

"Kau tidak perlu khawatir, Ayumin sudah berjanji dia akan baik-baik saja dan langsung pulang kalau jam sekolah sudah berakhir," ucap ibu Jaejoong menenangkan anaknya yang begitu posesif terhadap Ayumi.

"Aku benci harus sakit," keluh Jaejoong.

"Ini salahmu sendiri. Kau memaksakan diri bekerja terlalu keras. Pulang dari kantor pun masih sibuk dengan berkas dan laporan. Belum lagi kau mengkhawatirkan Ayumin. Cobalah santai sedikit. Kau tidak seharusnya mengurus semua masalah di kantor sendirian. Kau dak ada yang bisa bekerja sendiri. Dan masalah Ayumin, cobalah percaya padanya." Ibu Jaejoong menasihati anaknya yang benar-benar keras kepala.

Jaejoong yang mendengar nasihat itu hanya diam. Dia bisa terima untuk tidak lagi memaksakan diri dalam bekerja, tapi untuk melepaskan pengawasan terhadap Ayumin, dia tidak bisa melakukan itu.

"Eomma, aku akan menjaga Ayumin sesuai permintaan otou-san," ucap Jaejoong setelah terdiam lama.

=-=-=-=-=-=-=

"Aku tidak menyangka bahwa kakakmu bisa jatuh sakit," ucap Yuta saat dalam perjalanan pulang menuju halte bersama Ayumi.

"Dia juga manusia, Yuta. Dia bisa sakit," sahut Ayumi sambil memutar bola matanya.

"Kakakmu memang pria pekerja keras."

"Aku khawatir jika dia akan terus memaksakan diri bekerja sekeras itu. Aku khawatir dengan kesehatannya." Ayumi terlihat begitu sedih.

"Kau tidak perlu sedih. Kakakmu pasti tidak akan mengulangi hal yang sama yang akan merugikan dirinya sendiri," hibur Yuta.

"Kau benar. Setidaknya aku harus memastikan dia sehat sebelum kepergian kia ke Osaka," ucap Ayumi.

"Rawatlah dia dengan baik," ucap Yuta sambil mengacak rambut Ayumi. Kebiasaan lama yang akhir-akhir ini jarang Yuta lakukan.

=-=-=-=-=-=

"Aku pulang!" teriak Ayumi sambil memasuki rumah. Dia melihat ibu tirinya sedang sibuk mencuci mangkuk yang Ayumi duga bekas mangkuk bubur untuk Jaejoong.

"Kau sudah pulang. Sudah makan siang?" tanya ibunya sambil mengeringkan tangannya dengan handuk kecil.

"Aku sudah makan siang di kantin sekolah. Bagaimana keadaan, Niisan?" tanya Ayumi sambil mengambil menuangkan air mineral ke gelas yang baru saja dia ambil di lemari.

"Dia baru saja meminum obatnya dan sekarang sedang tidur. Setidaknya dia sudah tidak demam lagi."

=-=-=-=-=-=

Ayumi duduk di sisi tempat tidur Jaejoong dengan pelan, tidak ingin membangunkan kakaknya yang baru saja tidur.

"Niisan, cepatlah sembuh," ucap Ayumi lirih.

Ayumi kemudian membenarkan selimut Jaejoong, tapi hal itu justru membuat Jaejoong terbangun. Digenggamnya tangan Ayumi dan dia kembali memejamkan matanya.

"Biarlah seperti ini sampai aku benar-benar tertidur," ucap Jaejoong pelan.

"Istirahatlah," ucap Ayumi sambil membelai rambut Jaejoong dengan sebelah tangannya yang bebas.

[C] Sister ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang