Intro

882 25 2
                                    

Namaku Nadine Nabilla Shila , aku begitu akrab dipanggil Nadine , Aku yang kini duduk di kelas 12, ya. benar saja. sebentar lagi aku akan keluar dari area pendidikan formal ini.

Bisa di bilang aku bahagia, tapi siapapun pasti juga akan merasa sedih, jika berpisah dengan teman-teman seperjuangannya bukan? kira kira begitulah perasaanku.

Apalagi aku sebentar lagi akan berpisah dengan 'Dia' , 'Dia' yang selalu ada di hatiku yang hanya bisa kupandang tanpa bisa aku menaikkan sedikit level hubungan kami, 'Dia' yang senyumnya sangat manis , 'Dia'pun menjadi satu dari sekian banyak alasanku bangun pagi dan pergi ke sekolah.

***

"Nadineeeeee, bangun looooo bangun Nadineeeee"
Kurasakan guncangan kasar tanpa belas kasihan menghantam seluruh badanku di iringi dengan suara berat yang selalu kudengar nyaris setiap pagi. Siapa lagi kalau bukan sahabat ku , Daffa Siregar.

"aaaahhhh, berisik banget lo daff, ini kan hari minggu kenapa sih lo selalu ganggu hidup gue!! pergi loooo" Teriak ku dengan mata yang masih tertutup dan mulut yang meringis berusaha menarik kembali selimut agar menutupi wajahku dari silaunya cahaya matahari yang memaksa masuk melalui celah jendela dengan korden ping yang sudah tersibak.

Jangan bertanya padaku, kenapa Daffa bisa masuk kekamarku? tentu saja, aku dan Daffa sudah seperti keluarga , bahkan keluarga kami juga teman sejak lama, Aku dan Daffa sudah bersahabat dari kami duduk di kelas 1sd, tentu sudah tidak asing lagi bagi Ayah dan Ibuku melihatku dan Daffa terkadang tidur satu kamar, karena mereka mengerti sesuatu yang tidak di inginkan tidak mungkin kami lakukan.

"Nadineeeee kan kita udah janjian buat jogging bareng, ayo dong bangun ini sudah jam 6 tauuu!!!! lo dasar kebo betina" Teriaknya lagi tanpa mempedulikan mataku yang kini sangat sulit terbuka.

"Lo rese banget ya Daff, gue ngantuk tau" Kataku menyerah, ya, selalu aku yang menyerah, aku tak tahan dengan perlakuan Daffa yang membangunkanku tanpa henti sebelum aku benar-benar berjalan menuju kamar mandi.

"Hehe, Princess gue akhirnya bangun juga, cepet ke kamar mandi ya, gue tunggu di meja makan, bye" Katanya sambil mencubit pipiku. Daffa selalu memperlakukan aku layaknya tuan putri, entah apa yang membuatnya seperti itu , menurutku itu hanya karena dia tidak memiliki saudara perempuan, maka akulah saudaranya.

Dengan langkah gontai aku berjalan menuju bilik kecil yang bersuhu dingin, membersihkan badan dari segala kotoran.

***

"Nadine lo mau jalan santai apa jogging? perasaan dari tadi jalan doang kapan larinya" Teriak Daffa yang selalu mengusik ketenanganku.

"Rese lo Daff" kataku sambil berlari kecil.

"Haha gitu dong, eh Nad baru aja gue sadari ya komplek rumah kita ini kalau pagi-pagi seger juga ya" katanya sambil berlari disampingku dan melihat kesegala arah.

"Serahlo" Kataku sambil memperlaju lariku, bukan Daffa namanya kalau dia berhenti mengusik ku, lagi lagi dia pun memperlaju Larinya dan mensejajarkannya dengan langkahku.

"wah Nad lo rese ya, ngajak balapan lo?" kicauan Daffa memang sulit berhenti yang terkadang membuat aku ingin mengikat bibirnya agar sejenak dia berhenti berbicara.

"ayo Nad kejar gue naaaad" Teriaknya lagi kegirangan.

"Rese lo" kataku sambil menikmati lari santaiku. Tiba-tiba saja Daffa berhenti dan berbalik menatap ku dengan alis terangkat satu.

"Nadine awas" Serunya sambil secepat kilat berlari kearahku.

'Brukkk'
kepalaku terhantup dada bidang Daffa , tubuhku nyaris saja jatuh menghantam jalanan , tapi dengan sigap tangan kuat Daffa menahannya.

Jujur saja aku terpaku dengan posisi seperti ini , telingaku pas berada di dada kiri Daffa sehingga dapat kudengar dengan jelas detak jantung Daffa yang berdetak tak beraturan dan tertambah dengan nafas yanv memburu seperti orang yang baru saja sadar dari minpi buruk.

"Sorry" Kataku sambil menajauh tubuh Daffa.

"Nadine lo selalu ceroboh" Katanya sambil berjongkok dan mengikat kembali tali sepatu ku yang membawa petaka.

"Hehe" Tawa mirisku sambil menggosok tengkuk ku.

"Lo udah capek belum?" Tanyanya lagi sambil kembali berdiri.

"Udah sih" Kataku sambil memperhatikan hasil ikatan tali sepatu Daffa.

"Yaudah kita balik aja" Katanya sambil berjalan mendahuluiku.

'lakilaki macam apa dia , bagaimana mungkin dia membiarkan aku berjalan dibelakangnya ? kenapa dia tidak membiarkanku berjalan disampingnya , bukankah itu lebih baik?' gerutuku dalam hati.

***

helooo, sampai sini dulu ya intronya semoga sukaaaaa kalau readers pada suka author bakal semangat nih nulisnya hihi

Love Is 'MISTAKE'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang