Author's POV
Hari senin , mungkin menjadi hari yang paling Nadine benci , selain harus berangkat lebih awal karena upacara , sudah pasti di hari senin guru-guru mata pelajaran yang ia benci pun menumpuk, sudah dapat Ia bayangkan hari ini akan menjadi hari yang membosankan sepanjang waktu.
Pagi itu , Nadine yang sudah mengenakan seragam andalannya , putih abu-abu dengan lengan yang sedikit Ia linting, juga jam tangan hitam yang selalu menghiasi tangannya yang berkulit putih bak susu itu sudah siap untuk pergi kesekolah, dengan langkah santai Nadine menuruni tangga rumahnya sambil mengikat rambut curly asli dengan warna kecoklatan miliknya itu."Bi ? mama sama papa belum bangun ya ?" Tegur Nadine pada pembantu rumah tangga di rumahnya itu sambil matanya menyusuri seluruh ruangan karena Ia tidak mendapati kedua orang tuanya.
"Nyonya belum Non , Tuan dari semalam tidak pulang" Jawab Bi Ijah setelah beberapa detik iya celingukan seperti berfikir sesuatu.
Wajah semangat Nadine seketika hilang , dengan badan yang seketika lemas Nadine duduk dikursi meja makan dan dengan gontai mengoles selai coklat kacang favoritenya keatas roti tawar dihadapannya.
"Mama sama Papa kemarin berantem lagi ya bi?" Kata Nadine sambil terus memperhatikan rotinya.
"Maaf non bukannya bibi lancang , tapi kemarin bibi dengar sepertinya Tuan dan Nyonya berdebat berat non" Jawab bi Ijah dengan kaku dan ragu-ragu
Nadine menghembuskan kasar nafasnya lalu bangkit dari kursinya.
"Iya bi, Nadine tau kok, yaudahlah bi, Nadine berangkat dulu" Jawab Nadine sambil berjalan gontai membawa roti yang sedari tadi Ia olesi selai."Eh , Iyaa non hati-hato dijalan" Kata Bi Ijah sambil mengikuti majikan kecilnya hingga sampai kedepan pintu.
Semangat Nadine yang seakan membara 5menit yang lalu seperti tersiram hujan sehingga membuatnya padam begitu saja.
***
'toktoktok'
'ceklek'
"Eh den Daffa" Sambut bi Ijah ketika mendengar ketukan lembut.
"Hehe Iya bi , Bi ? si Nadine udh bangun apa masih ngebo?" Kata Daffa dengan ringisan andalannya.
"Loh Non Nadine sudah berangkat barusan Den , saya kira Non Nadine berangkatnya sama Den Daffa" Jawab Bi ijah dengan polosnya.
"Hah? Nadine udah berangkat bi? kenapa pagi banget? ini masih jam 6 , biasanya juga dia berangkat jam 7" Jawab Daffa tak percaya sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Wah saya kurang tau Den , Non Nadine baru aja kok berangkatnya , mungkin sekitar 3menit yang lalu" Jawab Bi Ijah dengan wajah berfikir.
"Oh berarti Nadine belum jauh bi , yasudah kalau gitu Daffa berangkat dulu bi" Seru Daffa , tanpa menghiarukan jawaban dari Bi Ijah, Daffa langsung menaiki motor gede nya dan membelah jalanan sambil celingukan mencari sosok Nadine.
Sedangkan....
Nadine berjalan santai sambil menendang kerikil-kerikil kecil di pinggir jalan , roti yang sedari tadi ia bawa tidak sedikitpun ia masukkan kedalam mulutnya , Entah bagaimana perasaan Nadine , Ia begitu kecewa bila keadaan keluarganya selalu seperti ini, selalu dihiasi pertengkaran , tidak ada ketentraman.
Setelah beberama lama barulah Nadine tersadar akan roti yang sedari tadi hanya menemaninya berjalan, dengan malas Nadina menggigit sisi roti itu lalu membuangnya ke jalanan.
'buk'
"Aw" jerit Nadine saat merasakan bahunya dicengkeram. Nadine seketika berbalik.
"Kenapa lo berangkat sendiri ? kenapa lo tinggalin gue ? Kenapa lo berangkat pagi ? Kenapa lo.." Cerocos Daffa berhenti saat iya melihat mata merah Nadine dan sedikit bekas air mata di sudut matanya.
"Nadine ? Lo kenapa?" Suara Daffa melembut seketika , Daffa memang sangat tidak bisa melihat wanita menangis , apalagi yang menangis sahabtanya , Nadine.
"Kenapa gimana maksud lo ?" Jawab Nadine sambil mengaitkan kedua alisnya.
"Lo abis nangis ya ? lo kenapa ? gue tau lo kenapa-napa lo cerita sama gue ya?" Jawab Daffa, ada sedikit nada panik dalam intonasi suara Daffa."Bhahahaha ngaco lo, sok tau lo, mata gue dari tadi pedes jadi gue tetesin obat mata ini, hahahahhaaha ketipu lo" Kata Nadine dengan tawa lepas , diam-diam Nadine bersyukur ada obat mata di kantong seragamnya.
'Ini pasti kerjaan bi Ijah yang naruh obat mata di kantong gue karena dia tau gue kalau naik motor bareng Daffa mata gue sering iritasi , buat kali ini thanks banget bi Ijahhhhh, i love you full' Batin Nadia.
Daffa menatap Nadine tampak tak percaya, sesekali Daffa mengaitkan kedua alisnya, masih berfikir tentang Nadian , apakah benar yang diucapkan Nadine tanteng obat mata itu.
"Lo serius?" Tanya Daffa sambil memegang kedua bahu Nadine dan menatapnya dalam.
Jantung Nadine seringkali bereaksi diatas batas normal pada saat Daffa melakukan hal seperti itu, seperti saat ini degupan jantung Nadine begitu kencang.
"Muka lo santai aja dong haha, yaudah ayo bareng gue aja" Kata Daffa dengan tawa yang lepas sekaligus menyadarkan Nadine dari angan angan di kepalanya.
"Rese lo" Kata Nadine yang langsung menyambar helm yang Daffa siapkan memang khusus untuk Nadine "Buruan" Teriak Nadine setelah ia memakai helmnya.
***
Tak terasa lama perjalanan, sampailah mereka di depan pintu gerbang sekolah SMA Garuda , sekolah yang cukup ternama dikota mereka dan cukup favorite di kalangan sekolah setara.
"Lo turun di sini aja , gue parkir dulu, jangan kemanamana" Kata Daffa sambil memberhentikan motornya dan menunggu Nadine turun dari motornya.
"Iya tapi lo cepetan ya" Kata Nadine sambil melepas helmnya dan memberikannya pada Daffa.
"Oke" Kata Daffa sambil berlalu pergi.
"Eeehhh ada si comelnya Daffa" Suara Kirana Larasati dari balik tubuh Nadia.
Kirana Larasati , Musuh bebuyutan Nadine yang selalu membuat masalah dengan Nadine lantaran cemburu Nadine selalu dekat dengan Daffa yang menjadi idolanya sejak kelas 10, Kirana tidak sendiri dua selalu dengan Vella dan Mella sikembar yang seolah-olah sudah menjadi dayang pengikut Kirana.
Kirana siswi SMA garuda yang cantik, tinggi semampai, berkulit putih, rambut hitam ikal yang selalu ia biarkan ter urai, selain itu juga dia salah satu model yang cukup di kenal di beberapa daerah karena seringkali memenangkan lomba modeling, tapi entah setan apa yang merasuki kepala Kirana sehingga begitu sangat tergila-gila dengan bassis band disekolahnya itu , padahal jika Kirana mau dia bisa memilih lelaki mana saja.
"Apaan sih lo Ran , gue lagi males berantem , jangan buat masalah" Sahut Nadine sambil menatap Kirana ogah-ogahan.
"Pede banget lo, ngapain gue cari masalah sama lo" Timpal kirana sambil sedikit mengibas rambutnya dengan tangannya.
"Eh , udah Daff? ayo masuk" Pekik Nadine kearah lain.
"Eh kirana, iyaa Nad udah, ayo masuk. Kirana lo mau bareng masuk sama kita?" Sapa Daffa, Daffa memang sosok yanv ramah pada siapapun, mungkin ini yang memikat kirana begitu kuat, pesona Daffa selalu terpancar di setiap senyum ramahnya itu keluar.
"Hay Daffa, eh engga deh kamu duluan aja , aku sama Vella sama Mella masih mau ke kanting ada yang mau aku beli" Kata Kirana dengan Nada yang diperlembut tentunya.
"Oh kalau gitu gue sama Nadine duluan ya, bye" Kata Daffa sambil berlalu dengan melingkarkan lengannya di bahu Nadine.
***
halo Readerssss, suka ga sih sama awal cerita ini, hehehe kalau ada banyak typo sorry yaaa author ngetiknya di hp hihi. ikutin terus cerita ini yaaa baca jangan lupa vote , free coment (dalam bahasa yang sopan) thankyou
28
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is 'MISTAKE'
Teen Fictionsebenarnya cinta adalah sebuah anugrah, tetapi cinta bisa jatuh menjadi kesalahan bila cinta jatuh bukan pada waktu dan orang yang tepat. cinta bukan nafsu, cinta bukan rupa , cinta bukan harta, tapi cinta adalah hati.